Kamis, 30 Oktober 2014

PSIKOLOGI UMUM TOKOH PSIKOLOGI KLINIS CARL RANSOM ROGERS



PSIKOLOGI UMUM
TOKOH PSIKOLOGI KLINIS
CARL RANSOM ROGERS



DISUSUN OLEH :
HENI RAHMAWATI
(14514914)

KELAS :
1PA 15



FAKULTAS PSIKOLOGI
JURUSAN PSIKOLOGI
UNIVERSITAS GUNADARMA
2014


BIODATA TOKOH
        
Carl Ransom Rogers adalah seorang psikolog yang terkenal dengan pendekatan terapi klinis yang berpusat pada klien (client centered). Rogers kemudian menyusun teorinya dengan pengalamannya sebagai terapis selama bertahun-tahun.Teori Rogers mirip dengan pendekatan Sigmund Freud, namun pada hakikatnya Rogers berbeda dengan Freud karena Rogers menganggap bahwa manusia pada dasarnya baik atau sehat. Dengan kata lain, Rogers memandang kesehatan mental sebagai proses perkembangan hidup alamiah, sementara, kejahatan, dan persoalan kemanusiaan lain dipandang sebagai penyimpangan dari kecenderungan alamiah.Rogers adalah seorang kebangsaan Amerika Serikat,ia lahir pada tanggal 8 januari 1902 di Oak Park,Illinois,Amerika Serikat.lalu wafat pada tanggal 4 februari 1987 di San Diego,California,Amerika Serikat karena serangan jantung.
Rogers adalah putra keempat dari enam bersaudara. Rogers dibesarkan dalam keluarga yang berkecukupan dan menganut aliran protestan fundamentalis yang terkenal keras, dan kaku dalam hal agama, moral dan etika. Rogers terkenal sebagai seorang tokoh psikologi humanis, aliran fenomenologis-eksistensial, psikolog klinis dan terapis, ide-ide dan konsep teorinya banyak didapatkan dalam pengalaman -pengalaman terapeutiknya.
Konsep diri menurut Rogers adalah bagaimana orang memberi gambaran terhadap dirinya, tentang siapa dirinya. Konsep diri ini terbagi menjadi 2 yaitu konsep diri real dan konsep diri ideal. Rogers mengenalkan 2 konsep lagi, yaitu Incongruence dan Congruence.
Incongruence adalah ketidakcocokan antara self yang dirasakan dalam pengalaman actual, dari situ tidak bisa mengembangkan kepribadian yang sehat. Sedangkan Congruence adanya kecocokan antara self yang dirasakan dengan kenyataan. Setiap manusia memiliki kebutuhan dasar akan kehangatan, penghargaan, penerimaan, pengagungan, dan cinta dari orang lain. Kebutuhan ini disebut need for positive regard, yang terbagi lagi menjadi 2 yaitu conditional positive regard (bersyarat) dan unconditional positive regard (tak bersyarat). (Schultz 1991).
Rogers memiliki beberapa hipotesis tentang bagaimana ketidaksesuaian itu dapat berkembang. Rogers menggambarkan orang yang tidak sehat adalah orang yang mengalami tidak mendapatkannya unconditional positive regard (penghargaan positif tanpa syarat). Contohnya, Semakin banyak conditional positive regards dari orang tua, patologi juga semakin berkembang. Karena membutuhkan cinta tersebut, anak mulai untuk mendapatkan kasih sayang tersebut dengan mengikuti kondisi yang diberikan orang tuanya atau apa yang diharapkan oleh orang tuanya. Sehingga dia tidak menjadi dirinya sendiri dan selalu mengikuti kehendak orang lain.

Positive regards sangat dibutuhkan dalam kepribadian individu agar individu mempunyai kepribadian yang sehat. Ketika anak sedang berkembang maka anak juga belajar membutuhkan cinta dan kasih sayang dari orang terdekatnya maka hal tersebut disebut sebagai positive regards. Setiap anak terdorong untuk mencari positive regards tetapi tidak setiap anak mendapatkan hal itu .Anak akan merasa senang dan nyaman jika dia menerima kasih sayang, cinta dan persetujuan dari orang lain, apalagi jika hal tersebut dia dapatkan dari orang-orang terdekatnya.namun, jika dia kurang mendapat cinta dan kasih sayang serta mendapatkan ejekan, maka dia akan merasa sangat kecewa dan sedih.
Ide pokok dari teori – teori Rogers yaitu individu memiliki kemampuan dalam diri sendiri untuk mengerti diri, menentukan hidup, dan menangani masalah – masalah psikisnya asalkan konselor menciptakan kondisi yang dapat mempermudah perkembangan individu untuk aktualisasi diri. Menurut Rogers motivasi orang yang sehat adalah aktualisasi diri. Jadi manusia yang sadar dan rasional tidak lagi dikontrol oleh peristiwa kanak – kanak seperti yang diajukan oleh aliran freudian, misalnya toilet trainning, penyapihan ataupun pengalaman seksual sebelumnya.Rogers lebih melihat pada masa sekarang, dia berpendapat bahwa masa lampau memang akan mempengaruhi cara bagaimana seseorang memandang masa sekarang yang akan mempengaruhi juga kepribadiannya. Namun ia tetap berfokus pada apa yang terjadi sekarang bukan apa yang terjadi pada waktu itu.
Aktualisasi diri adalah proses menjadi diri sendiri dan mengembangkan sifat-sifat dan potensi -potensi psikologis yang unik. Aktualisasi diri akan dibantu atau dihalangi oleh pengalaman dan oleh belajar khususnya dalam masa kanak – kanak. Aktualisasi diri akan berubah sejalan dengan perkembangan hidup seseorang. Ketika mencapai usia tertentu (adolensi) seseorang akan mengalami pergeseran aktualisasi diri dari fisiologis ke psikologis.
Rogers dikenal juga sebagai seorang fenomenologis, karena ia sangat menekankan pada realitas yang berarti bagi individu. Realitas tiap orang akan berbeda – beda tergantung pada pengalaman – pengalaman perseptualnya. Lapangan pengalaman ini disebut dengan fenomenal field. Rogers menerima istilah self sebagai fakta dari lapangan fenomenal tersebut. Self merupakan konstruk utama dalam teori kepribadian Rogers, yang dewasa ini dikenal dengan ” Self concept “. Rogers mengartikan sebagai persepsi tentang karakteristik “ I ” atau “ Me” dan persepsi tentang hubungan “ I” atau “ Me ” dengan orang lain atau berbagai aspek kehidupan, termasuk nilai-nilai yang terkait dengan persepsi tersebut.
Diartikan juga sebagai keyakinan tentang kenyataan, keunikan, dan kualitas tingkah laku diri sendiri. Konsep diri merupakan gambaran mental tentang diri seseorang, seperti : “Saya cantik”, “Saya seorang pekerja yang jujur”, dan “Saya seorang pelajar yang rajin”.
Lima sifat khas orang yang berfungsi sepenuhnya (fully human being):
1 .Keterbukaan pada Pengalaman
Seseorang yang berfungsi sepenuhnya seseorang bebas untuk mengalami semua perasaan dan sikap. Setiap pendirian dan perasaan yang berasal dari dalam dan dari luar disampaikan ke sistem saraf organisme tanpa distorsi atau rintangan. Memiliki kepribadian yang fleksibel, tidak hanya menerima pengalaman dalam kehidupan tetapi juga dapat menggunakannya dalam membuka kesempata–kesempatan persepsi atau ungkapan baru.

2. Kehidupan Eksistensial
Seseorang yang berfungsi sepenuhnya setiap pengalaman segar dan baru, seperti belum pernah ada. Adanya kegembiraan karena selalu terbuka ke[ada setiap pengalaman. Kepribadian ini tidak kaku dan tidak dapat diramalkan. Setiap pengalaman merupakan suatu struktur yang dapat berubah dengan mudah sebagai respon pengalaman yang berikutnya.

3. Kepercayaan Terhadap Organisme Orang Sendiri
Seseorang yang berfungsi sepenuhnya dapat bertindak menurut impuls–impuls yang muncul seketika dan intuitif. Tingkah laku yang spontanitas dan kebebasan. Memiliki jalan masuk untuk mengambil keputusan pada situasi tertentu. Semua faktor yang relevan diperhitungkan dan dipertimbangkan sehingga dapat diambil keputusan yang memuaskan semua segi situasi dengan sangat baik.

4. Perasaan Bebas
Seseorang yang berfungsi sepenuhnya memiliki kepribadian yang bebas untuk memilih dan bertindak, tanpa adanya paksaan dan rintangan antara alternative pikiran dan tindakan. Serta memiliki suatu perasaan berkuasa secara pribadi mengenai kehidupan dan percaya bahwa masa depan tergantung pada dirinya.

5. Kreativitas
Semua orang yang berfungsi sepenuhnya sangat kreatif. Menurut Rogers, orang-orang yang berfungsi sepenuhnya memiliki kreativitas dan spontanitas untuk menaggulangi perubahan-perubahan traumatis sekalipun, seperti dalam pertempuran atau bencana-bencana alamiah.sehingga ketika mereka mengalami bencana mereka dapat segera mengatasinya dengan baik.

Contoh Kasus :
Seseorang akan menghadapi persoalan jika diantara unsur-unsur dalam gambaran terhadap diri sendiri timbul konflik dan pertentangan, lebih-lebih antara siapa saya ini sebenarnya (real self) dan saya seharusnya menjadi orang yang bagaimana (ideal self). Berbagai pengalaman hidup menyadarkan orang akan keadaan dirinya yang tidak selaras itu, kalau keseluruhan pengalaman nyata itu sungguh diakui dan tidak di sangkal. Berikut ini ada contoh kasus yang biasa ditangani oleh pendekatan Person-centered. Misalnya, seorang mahasiswi mengira bahwa dia adalah seorang mahasiswi yang pintar dan tidak pernah menyontek, tetapi pada suatu saat dia mulai sadar akan tingkah lakunya yang bertentangan dengan fikiran itu, karena ternyata dia berkali-kali mencoba menyontek dan jarang mengerjakan tugas-tugas kuliah. Padahal, seharusnya sebagai mahasiswa ia tidak boleh bertindak begitu. Pengalaman yang nyata ini menunjuk pada suatu pertentangan antara siapa saya ini sebenarnya dan seharusnya menjadi orang yang bagaimana. Bilamana mahasiswi mulai menyadari kesenjangan dan mengakui pertentangan itu, dia menghadapi keadaan dirinya sebagaimana adanya. Kesadaran yang masih samar-samar akan kesenjangan itu menggejala dalam perasaan kurang tenang dan cemas serta dalam evaluasi diri sebagai orang yang tidak pantas (worthless). Mahasiswi ini siap untuk menerima layanan konseling dan menjalani proses konseling untuk menutup jurang pemisah antara dua kutub di dalam dirinya sendiri, serta akhirnya menemukan dirinya kembali sebagai orang yang pantas (person of worth).

Kelemahan atau kekurangan pandangan Rogers terletak pada perhatiannya yang semata – mata melihat kehidupan diri sendiri dan bukan pada bantuan untuk pertumbuhan serta perkembangan orang lain. Rogers berpandangan bahwa orang yang berfungsi sepenuhnya tampaknya merupakan pusat dari dunia, bukan seorang partisipan yang berinteraksi dan bertanggung jawab di dalamnya.
Selain itu gagasan bahwa seseorang harus dapat memberikan respons secara realistis terhadap dunia sekitarnya masih sangat sulit diterima. Semua orang tidak bisa melepaskan subyektivitas dalam memandang dunia karena kita sendiri tidak tahu dunia itu secara obyektif. 

Rogers juga mengabaikan aspek – aspek tidak sadar dalam tingkah laku manusia karena ia lebih melihat pada pengalaman masa sekarang dan masa depan, bukannya pada masa lampau yang biasanya penuh dengan pengalaman traumatik yang menyebabkan seseorang mengalami suatu penyakit psikologis.
Teori Rogers ini memang sangat populer dengan masyarakat Amerika yang memiliki karakteristik optimistik dan independen karena Rogers memandang bahwa pada dasarnya manusia itu baik, konstruktif dan akan selalu memiliki orientasi ke depan yang positip.
*Schultz, Duane. Psikologi Pertumbuhan: Model – Model Kepribadian Sehat. Jogjakarta: Kanisius, 1991.








REFERENSI

Tidak ada komentar:

Posting Komentar