Minggu, 17 Mei 2015

tugas portofolio 3

PENGEMBANGAN KREATIVITAS DAN KEBERBAKAT

BELAJAR DAN MENGAJAR KREATIF



Heni Rahmawati - 14514914

UNIVERSITAS GUNADARMA
FAKULTAS PSIKOLOGI
2015
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kurikulum 2004 berbasis kompetensi (KBK), yang diperbaharui dengan Kurikulum 2006 (KTSP), telah berlaku selama 4 tahun dan semestinya dilaksanakan secara utuh pada setiap sekolah. Namun pada kenyataannya, pelaksanaan pembelajaran di sekolah, masih kurang memperhatikan ketercapaian kompetensi siswa. Hal ini tampak pada RPP yang dibuat oleh guru dan dari cara guru mengajar di kelas masih tetap menggunakan cara lama, yaitu dominan menggunakan metode ceramah-ekspositori. Guru masih dominan dan siswa resisten, guru masih menjadi pemain dan siswa penonton, guru aktif dan siswa pasif. Paradigma lama masih melekat karena kebiasaan yang susah diubah, paradigma mengajar masih tetap dipertahankan dan belum berubah menjadi paradigma membelajarkan siswa. Padahal, tuntutan KBK, pada penyusunan RPP menggunakan istilah skenario pembelajaran untuk pelaksanaan pembelajaran di kelas, ini berarti bahwa guru sebagai sutradara dan siswa menjadi pemain, jadi guru memfasilitasi aktivitas siswa dalam mengembangkan kompetensinya sehingga memiliki kecakapan hidup (life skill) untuk bekal hidup dan penghidupannya sebagai insan mandiri.
Demikian pula, pada pihak siswa, karena kebiasaan menjadi penonton dalam kelas, mereka sudah merasa enjoy dengan kondisi menerima dan tidak biasa memberi. Selain dari karena kebiasaan yang sudah melekat mendarah daging dan sukar diubah, kondisi ini kemungkinan disebabkan karena pengetahuan guru yang masih terbatas tentang bagaimana siswa belajar dan bagaimana cara membelajarkan siswa. Karena penghargaan terhadap profesi guru sangat minim, boro-boro sempat waktu untuk membaca buku yang aktual, mereka sangat sibuk untuk memenuhi kebutuhan keluarganya, dan memang itu kewajiban utama, apalagi untuk membeli buku pembelajaran yang inovatif.Mereka bukan tidak mau meningkatkan kualitas pemebelajaran, tetapi situasi dan kondisi kurang memungkinkan.Permasalahannya adalah bagaimana mengubah kebiasaan prilaku guru dalam kelas, mengubah paradigma mengajar menjadi membelajarkan, sehingga misi KBK dapat terwujud. Dengan paradigma yang berubah, mudah-mudahan kebiasaan murid yang bersifat pasif sedikit demi sedikit akan berubah pula menjadi aktif.
Rumusan Masalah :
1.      Apa itu belajar kreatif ?
2.      apa saja proses belajar kreatif?
3.      Mengapa proses belajar kreatif itu penting?
4.      Apa saja tiga tingkat belajar kreatif (model triffinger) ?
5.      Apa itu mengajar kreatif ?
6.      Apa saja teknik mengajar kreatif?
7.      Apa saja strategi memupuk iklim belajar yang kreatif
Tujuan Menulis :
1.      Untuk mengetahui tentang belajar kreatif
2.      Untuk mengetahui proses belajar kreatif
3.      Untuk mengetahui mengapa proses belajar kreatif itu penting
4.      Untuk mengetahui tiga tingkat belajar kreatif (model triffinger)
5.      Untuk mengetahui tentang mengajar kreatif
6.      Untuk mengetahui teknik mengajar kreatif
7.      Untuk mengetahui strategi memupuk iklim belajar yang kreatif
8.      Untuk mengetahui saran-saran tambahan belajar yang kreatif
Manfaat tulisan :
1.      Dapat menambah wawasan untuk mengetahui tentang belajar kreatif
2.      Menambah pengetahuan tentang mengajar kreatif
3.      Dapat mengetahui cara memupuk iklim belajar kreatif


BAB II
ISI DAN PEMBAHASAN
1.    Belajar dan Mengajar
Belajar dan Mengajar bisa diuraikan menjadi 2 aspek:
Belajar
Berarti hal ini ditujukan untuk kepada siswa.Karena subjek yang melakukan belajar adalah siswa/murid/mahasiswa.Belajar memang kegiatan yang dilakukan tanpa mengenal tepat, orang, ataupun waktu.Maka ada istilah belajar bisa dimana saja, oleh siapa saja, dan kapan saja.Jadi belajar sebenarnya tidak bisa diartikan secara sempit hanya untuk murid atau siswa atau mahasiswa saja.
Mengajar
Berarti kata ‘mengajar’ mengarah kepada sosok pengajar, yaitu guru/dosen.Orang yang dipercaya untuk bisa ‘memberi pelajaran’ kepada muridnya, membagikan ilmu yang didapat kepada anak didiknya.Inilah tugas mulia dari para pengajar, yang harus diakui bahwa ini tidaklah mudah.
a.   Pengertian belajar kreatif
Kreativitas belajar terdiri dari dua kata yaitu kreativitas dan belajar, dalam pengertian kreativitas beberapa ahli berpendapat dengan berdasarkan latar belakang dan kebudayaan yang berbeda-beda,diantaranya sebagai berikut : James R. Evans mendefinisikan kreativitas sebagai keterampilan untuk menentukan pertalian baru, melihat subyek dari perspektif baru dan membentuk kombinasi-kombinasi baru dari dua atau lebih konsep yang telah tercetak dalam pikiran.
1.      Kreativitas memerlukan adanya modal, yaitu konsep dalam pikiran untuk dilahirkan kembali dalam bentuk yang berbeda. Dalam pemecahan masalah, dia tidak harus mencari jawaban baru tetapi dia hanya perlu menggali informasi-informasi dalam pikirannya untuk dikaitkan dan dituangkan dalam bentuk solusi terhadap problem tersebut. Sedangkan Rogers menekankan bahwa sumber dari kreativitas adalah kecenderungan untuk mengaktualisasikan diri, mewujudkan potensi, dorongan untuk berkembang, dan menjadi matang, kecenderungan untuk mengekspresikan dan mengaktifkan semua kemampuan organisme.
2.      Kreativitas dapat dinilai ketika hal tersebut tertuang dalam suatu tindakan nyata, ketika pemikiran baru belum dituangkan, maka itu adalah proses menuju kreativitas. Jadi, kreativitas tetaplah berpusat di otak manusia, kreativitas terjadi karena keseluruhan bagian otak bekerja secara bersamaan, terpadu pada satu waktu tertentu dengan tetap melakukan spesialisasi masing-masing, otak dengan sigap menanggapi setiap informasi yang masuk. Kadar pengelolaan otak akan sangat menentukan tingkat kreativitas seseorang, karena itu otak harus dilatih, tidak hanya dengan makanan bergizi tapi dengan latihan berfikir yang terus-menerus.
3.      Untuk dapatmelahirkan kreativitas, seseorang harus dapat memanfaatkan kedua sifat otak (kiri dan kanan). Otak kiri yang bersifat logika, berurutan, lisan, pertambahan, dan dominan.Sedangkan otak kanan bersifat emosi, lompatan, visual, menyeluruh, dan tersembunyi. Akhir-akhir ini, istilah otak kanan telah digunakan sebagai cara popular untuk menyatakan kreatif, artistik, dan rapi. Kreativitas muncul dari interaksi yang luar biasa antara kedua otak.Kreativitas adalah suatu keterampilan.
4.      Dikarenakan kreativitas merupakan hasil sebuah latihan,maka harus diupayakan secara terus- menerus agar tidak menjadi lumpuh.Artinya, siapa saja yang berniat untuk menjadi kreatif dan ia mau melakukan latihan-latihan yang benar, maka ia akan menjadi kreatif.
Dari pengertian krreativitas adalah hasil sebuah latihan yang unik, berbeda, dan lebih baik serta bermanfaat. Sedangkan belajar diartikan sebagai suatu proses usaha yangdilakukan individu untuk memperoleh tingkah laku baru secarakeseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksidengan lingkungan.
Belajar mengandung pengertian terjadinya perubahan persepsi dan tingkah laku, termasuk juga perubahan perilaku. Lingkungan belajar merupakan faktor penting dalam pendidikan, yaitu guru dan orang tua yang dapat membantu dalam prose belajar, yang akan dapat membentuk lingkungan pembelajaran. Jadi, kreativitas belajar adalah suatu keterampilan yang dihasilkandari sebuah latihan- latihan (proses pembelajaran) yang diupayakan terus menerus agar tidak menjadi lumpuh.
b.   Proses belajar kreatif
Beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh seorang guru yang professional dalam menyusun program pembelajaran yang dapat meningkatkan  kreativitas siswa dalam belajar yaitu:
1.      Menciptakan lingkungan di dalam kelas yang merangsang belajar kreatif
2.      Memberikan Pemanasan
Sebelum memulai dengan kegiatan yang menuntut prilaku kreatif siswa sesuai dengan rencana pelajaran lebih dahulu diusahakan sikap menerima (reseptif) di Kalangan siswa, terutama berlaku apabila siswa sebelumnya baru saja terlibat dalam suatu penguasaan yang berstruktur, mengerjakan soal fiqih, tugas atau kegiatan, bertujuan meningkatkan pemikiran kreatif menuntut sikap belajar yang berbeda lebih terbuka dan tertantang berperanserta secara aktif dengan memberikan gagasan-gagasan sebanyak mungkin untuk itu diberikan  pemanasan yang dapat tercapai dengan memberikan pertanyaan pertanyaan terbuka dengan menimbulkan minat dan rasa ingin tahu siswa.
3.      Pengaturan Fisik
4.      Membagi siswa dalam kelompok untuk mengadakan diskusi kelompok.
5.      Kesibukan Dalam Kegiatan
Kegiatan belajar secara kreatif sering menuntut lebih banyak kegiatan fisik, dan diskusi antara siswa oleh karena itu guru hendaknya agak tenggang rasa dan luwes dalam menuntut ketenangan dan sebagai siswa tetap duduk pada tempatnya. Guru harus dapat membedakan kesibukan yang asyik sert suara-suara yang produktif yang menunjukkan bahwa siswa bersibuk diri secara kreatif.
6.      Guru sebagai Fasilitator
Guru dan anak yang berbakat lebih berperan sebagai fasilitator dari pada sebagai pengarah yangmenentukan segalagalanya baigsiswa. Sebagai fasilitator gurumendorong siswa (memotivator) untuk menggabungkan inisiatif dalam menjajaki tugas-tugas baru. Guru harus terbuka menerima gagasa dari semua siswa dan gur harus dapat menghilangkan ketakutan, kecemasan siswa yang dapt menghambat dan pemecahan masalah secara keatif (Munandar, 1992 : 78-81).
7.      Mengajukan dan mengundang pertanyaan
Dalam proses belajar mengjar, diperlukan keterampilan guru baik dalam mengajukan pertanyaan kepada siswa maupun dalam mengundang siswa untuk bertanya.
8.      Tehnik Bertanya
Pertanyaan yang merangsang pemikiran kreatif adalah pertanyaan semacam divergen atau terbuka.Pertanyaan semacam ini membantu siswa mengembangkan keterampilan mengumpulkan fakta, merumuskan hipotesis, dan menguji atau menilai informasi mereka.
Dengan mengajukan pertanyaan, guru memperoleh informasi yang berharga dan berguna untuk :
·         Menimbulkan minat dan motivasi siswa untuk berperan serta aktif.
·         Menilai persiapansiswa ddan sejauh mana siswa telah menguasai bahan yang diberikan sebelumnya.
·         Mengulang kembali dan meringkas apa yang telah diajarkan.
·         Membantu siswa melihat hubungan-hubungan baru.
·         Merangsang pemikiran kritis dan pengembangan sikap bertanya
·         Merangsang siswa untuk mencari sendiri pengetahuan tambahan
·         Menilai pencapaian tujuan dan sasaran belajar (Munandar, 1999 : 84)
Metode Diskusi
Dalam metode diskusi, peran guru dangat menentukan keberhasilan, guru berperan sebagai pasilitator yang mengenalkan masalah kepada siwa dan memberikan informasi seperlunya yang mereka butuhkan unutk membahas masalah. Guru memang diperlukan misalnya jika timbul kemacetan dalam diskusi atau untuk menghindari kesalahan yang tersembunyi agar siswa tidak terlalu menyimpang dari arah yang dituju.
Metode Inquiri-Discovery
Pendekatan inquiry (pengajuan pertanyaan, penyelidikan) dan discovery (penemuan) dalam belajar penting dalam proses pemecahan masalah. Ada tiga tahap dalam proses pemecahan masalah melalui inquiry, pertama adanya kesadaran bahwa ada masalah. Hal ini merupakan factor yang memotivasi siswa untuk melanjutkan dengan  merumuskan  masalah (tahap kedua), pada tahap ini masalah dirumuskan dan timbul gagasan-gagasan sebagai strategi kemungkinan pemecahan. Melalui inquiry informasi mengenai masalah dihimpun. Tahap ketiga adalah mencari atau  menjajaki (searching). Pada tahap pertanyaan dan informasi dihubungkan dengan perumusan hipotesis.
Keativitas berkaitan erat dengan proses perumusan hipotesis, yaitu dalam mengajukan pertnayaan dan hipotesis dalam mneghubungakan fakta yang diketahui dan asas-asas untuk mengembangkan strategi pemecahan, serta harus memperinci dan merumuskan kebutuhan dalammencari informasi, jadi, semua proses berfikir : kelancaran, keluwesan (fluksibilitas), orisinilitas, dan pemerincian (elaborasi) temasuk dalam prosess pemecahan masalah melalui inquiry-discovery. Pokok-pokok yang harus dipenuhi oleh guru dalam  pengalaman belajar inquiry adalah :
1.             Berilah pengalaman permulaan untuk menarik minat siswa agar menanyakan mengenai suatu masalah, konsep, situasi atau gagasan, antara laindenganpenggunaan media, bermain peran dan demonstrasi.
2.             Berilah siswa materi pelajaran dan situasi yang memungkinkan penyelidikan (ekspolorasi)
3.             Sediakan sumber-sumber informasi dengan memanfaatkan sumber-sumber yang ada di masyarakat.
4.             Sediakan peralatan untuk merangsang siswa melakukan eksperimen (percobaan).
5.             Sediakan waktu untuk berdiskusi, bereksperimen, mencoba-coba dan sebagainya.
6.             Berilah bimbingan dan perhargaan terhadap pemecahan yang dapat diterima dan terhadap strategi pemecahan.
7.             Berilah dorongan dan penghargaan terhadap pemecahan yang dapat diterima dan terhadap strategi pemecahan (Munandar, 1999 : 86).
Mengajukan pertanyaan yang menantang (provokatif)
Salah satu cara untuk merangsang daya pikir kreatif adalah dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang menantang (provokatif) antara lain dengan menanyakan apa kemungkinan-kemungkinan akibat apabila suatu kejadian yang telah terjadi, atau dengan menanyakan suatu kejadian yang telah terjadi, atau dengan menanyakan kemungkinan-kemungnkinan akibat dari suatu situasi yang memang belum pernah terjadi, tetapi siswa harus membayangkan apa saja kemungkinan-kemungnkinan akibatnya andaikan kejadian atau situasi itu terjadi di sini.
Memadukan perkembangan kognitif (berfikir), afektif (sikap) dan Psikomotorik (perasaan). 
Dalam rangka membangun manusia seutuhnya perlu ada keseimbanganaantara semua aspek perkembangan yaitu perkembangan  mental intelektual, perkembangan social, perkembanan emosi (kehidupan perasaan) dan perkembangan moral.
a.        Ciri-ciri kemampuan berfikir kreatif (aptitude)
1.      Keterampilan berfikir lancar
2.      Keterampilan berfikir luwes
3.      Keterampilan berfikir orisinal
4.      Keterampilan memperinci
5.      Keterampilan menilai
b.        Ciri-ciri efektif (nonaptitude)
1.      Rasa ingin tahu
2.      Bersifat imajinatif
3.      Merasa tergantung oleh kemajemukan
4.      Sifat berani mengambil resiko
5.      Sifat menghargai (Munandar, 1999 : 88-93).
Menggabung pemikiran divergen dan pemikiran konvergen
Pemikiran konvergen yang menuntut siswa mencari jawaban tunggal yang paling tepat berdasarkan informasi yang diberikan sudah tidak asing bagi siswa-siswa sekolah dasar.Pemikiran divergen atau pemikiran kreatif sebaiknya menuntut siswa mencari sebanyak mungkin jawaban terhadap suatu persoalan.
Menggabung proses berfikir dengan proses efektif
Contoh :
        Berfikir lancar, gabung dengan rasa ingin tahu siswa yang rasa ingi tahunya kuat akan dapat menghasilkan gagasan-gagasan atau cara pemecahan masalah
         Orisinalitas dalam berfikir akan paling berhasil jika siswa tidak ragu-ragu dan berani mengamukakan pendapat yang berbeda dari biasanya dikemukakan siswa-siswa lain.
Tehnik-tehnik relajar kreatif dijelaskan sebagai berikut:
a)      Pemikiran dan perasaan terbuka
Cara yang paling sederhana untuk merangsang pemikiran kreatif ialah dengan mengajukan pertanyaan yang memberikan kesempayan timbulnya berbagai macam jawaban sebagai ungkapan pikiran dan perasaan serta dengan membantu siswa mengajukan pertnayaan. Contoh-kegiatan pemikiran dan perasaaan terbuka :
1.      Menyelesaikan sesuatu yang telah dimulai
2.      Mencari penggunaan baru dari benda sehari-hari
3.      Meningkatkan atau memperbaiki suaut produk atau benda (Munandar, 1999 : 100-1003).
b)      Sumbang Saran
Tehnik yang dikembangkan oleh Osborn ini dapat diterapak unutk memecahkansuaut masalah dalam kelompok kecil (Sekitas 8-10 orang) dengan “menggali” gagasan-gagasan sebanyak mungkin dari anggota kelompok. Hal-hal yang pelru diperhatikan meliputi :
1.      Kebebasan dalam memberikan gagasan
2.      Penekanan pada kuantitas
3.      Kritik ditangguhkan
4.      Kombinsi dan peningkatan gagasan
5.      Mengulangi gagasan (Munandar, 1999 : 104).
c)      Daftar pertanyaan yang memacu gagasan
Tehnik ini bertujuan melancarkan arus pencetusan gagasan dalam pemecahan masalah seperti mengembangkan, meningkatkan, dan memperbaiki suatu subyek atau situasi.dengan meninjau daftar pertanyaan yang membantu melihat hubungan-hubungan baru.
d)     Menyimak sifat benda atau keadaan
Tehnik ini digunakan untuk mengubah gagasan guna meningkatkan atau memperbaiki suatu subyek atau situasi.Pertama-tama semua atribut (sifat) dari suatu subyek atau situasi dicatat, kemudian masing-masing ciri ditinjau satu persatu untuk mempertimbangkan kemungkinan mengubah atau memperbaiki obyek atau situasi tersebut.
e)      Hubungan yang dipaksakan
Tehnik lain untuk merangsang gagasan-gagasan kreatif ialah dengan cara “memaksakan” suatu hubungan antara objek atau situasi yangn dimasalahkan dengan unsure-unsur lain untuk menimbulkan gagasan-gagsan baru. Maksud dari “memaksakan hubungan” ialah agar kita dapat melepskan diri dari hubungan-hubungan yang lazim atau yang sudah mejadi tradisi (kebiasan) untuk menjajaki kemungkinan-kemungkinan baru.
f)       Pendekatan Morfologis
Pada tehnik pendekatan atau analisis morfologis kita berusaha memecahkan suatu masalah atau memperoleh ide-ide baru dengan cara mengkaji dengan cermat bentuk struktur masalah. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :
1.             Kita mulai dengan menentukan komponen-komponen dasar dari masalah atau situasi
2.             Dari setiapkomponen kita tetapkan sifatnya
3.             Dengan meninjau setiap kemungkinan kombinasi, dari sifat-sifat setiap komponen kita mendapatkan gagasan baru  dan kombinasi baru (Munandar, 1999 : 109).
g)      Pemecahan masalah secara kreatif
Parners, Noller dan Biondi (1971) dalam Munandar (1999:110-111) menajukan suatu model pemecahan masalah secara kreatif (PMK) meliputi:
1.      Tahap mengumpulkan fakta
2.      Tahap menemukan masalah
3.      Tahap menemukan gagasan
4.      Tahan mnemukan jawaban
5.      Tahap menemukan penerimaan
c.   Mengapa belajar kreatif itu penting ?
Refinger (1980 : 9-13) dalam Conny Semawan (1990:37-38) memberikan empat alasan mengapa belajar kreatif itu penting.
1.        Belajar kreatif membantu anak menjadi berhasil guna jika kita tidak bersama mereka. Belajar kreatif adalah aspek penting dalam upaya kita membantu siswa agar mereka lebihmampu menangani dan mengarahkan belajar bagi mereka sendiri.
2.         Belajar kreatif menciptakan kemungkinan-kemungkinan untuk memecahkan masalah-masalah yang tidak mampu kita ramalkan yang timbul di masa depan.
3.         Belajar kreatif dapat menimbulkan akibat yang besar dalam kehiduppan kita. Banyak pengalamankreatif yang lebih dari pada sekedar hobi atau hiburan bagi kita.Kita makin menyadari bahwa belajar kreatif dapat mempengaruhi, bahkan mengubah karir dan kehidupan pribadi kita.
4.         Belajar kreatif dapat menimbulkan kepuasan dan kesenangan yang besar.
d.   Tiga tingkat belajar kreatif (model triffinger)
Dalam pembelajaran kretaif, terdapat teknik-teknik tertentu yang penggunaanya harus disesuaikan dengan fungsi dan tahap pembelajaran. Metode dan teknik kreatif berikut mengacu kepada model pembelajaran kreatif dari Treffinger (1980) .Model pembelajaran kreatif oleh Treffinger dikelompokkan menjadi tiga tingkat.Tingkat pertama, adalah pengembangan fungsi pemikiran divergen. Tingkat kedua, adalah pengembangan proses pemikiran dan perasaan yang majemuk. Tingkat ketiga, adalah keterlibatan dalam tantangan nyata. Uraian dari masing tingkatan-tingkatan tesebut disajikan sebagai berikut :
a.         Teknik-teknik kreatif tingkat pertama
Teknik pembelajaran kreatif tingkat pertama yang menekankan pada fungsi-fungsi divergen in antara lain menggunakan teknik pemanasaan, pemikiran dan perasaan terbuka, sumbang saran dan penangguhan kritik, daftar penulisan gagasan, penyusunan sifat, dan hubungan yang dipaksakan. Metode pembelajaran kreatif tingkat pertama
ini mempunyai beberapa ciri umum sebagai berikut:
Pengahiran terbuka (oopen endedess).kegiatan-kegiatan pada tingkat ini menghendaki ditemukanya sejumlah kemungkinan jawaban. Bukan dikemukakanya sebuah jawaban yang benar.
Penerimaan banyak gagasan dan jawaban yang berbeda. Konsekuensi dari bervariasinya jawaban yang diinginkan adalah ditemukanya jawaban-jawaban yang bervariasi, yang kadang-kadang ada yang tidak lazim, aneh, atau luar biasa. Terhadap yang demikian itu kita harus membina dan menghargai, sebagimana kita menghargai gagsan yang wajar.
Gagasan-gagasan tingkat satu meminta kita untuk menerima pandangan yang baru dan melihat melebihi pemikiran biasa atau pikiran yang terikat dengan kebiasaan kita. Guru mencoba bertindak sebagai kamera yang menangkap sebanyak mungkin dalam setiap situasi.
Beberapa teknik kreatif tingkat pertama seperti disebutkan diatas diuraikan sebagai berikut :
1.      Pemanasan
Teknik pemanasan ini pada intinya merupakan kegiatan prabelajar yang digunakan pada tahap awal pelajaran. Tahap pemanasan ini mengupayakan adanya kondisi pelepasan pikiran pebelajar dengan cara pembebasan diri dari peraturan-peraturan dan hukum-hukum berpikir yang berlaku. Pembelajar dikondisikan untuk terbebas dari kebiasan menjawab dengan tepat, dari batasan-batasan waktu, serta diarahkan untuk lebih banyak menghasilkan ide.
2.      Pemikiran dan perasaan berahkir terbuka
Teknik pemikiran dan perasaan berahir ini pada intinya ingin mengupayakan agar pembelajar terdorong memunculkan perilaku divergen. Perilaku ini dapat dirangsang dengan cara mengajukan pertayaan yang memungkinkan pembelajar mengungkapkan segala peraaan dan pikiran sebagai jawaban. Adapun kegiatan pemikiran dan perasaan pengakhiran terbuka (oopen-ended thoughtand feeling) dapat dicontohkan sebagai berikut :
Andaikata Pertanyaan ini dapat diungkapkan melalui pertanyaan tentang situasi yang tidak benar atau sesuatu yang bertentangan dengan fakta. Contoh: andaikata pemberantasan korupsi tidak bisa tuntas ditahun-tahun ini, apa yang bakal terjadi ditahun 2012 nanti?
Peningkatan suatu produk. Pertanyaan ini dapat dikemukakan melalui pengungkapan pemikiran pengembangan atau peningkatan terhadap suatu kondisi yang telah ada. Contoh: bagaimana cara memperbaiki cara belajar yang biasa dilakukan sekarang.
Permulaan yang tidak selesai. Pertanyaan ini dapat dikemukakan dengan menyajikan suatu kondisi yang belum selesai atau belum sempurna, untuk dipikirkan kemungkinan penyelesaian atau penyempurnaanya. Contoh: penyelesaian sebuah kasus, cerita, desain,rancangan dan sebagainya.
Pengguna baru dari objek-objek umum. Pertanyaan ini dapat dikemukakan melalui penyajian suatu benda atau hal untuk dipikirkan fungsi lainya dilain fungsi yang lazim. Contoh: tali sepatu, kancing baju, kumis, dan lain sebagainya.
Alternatif judul. Pertanyaan ini dapat dikemukakan melalui penyajian suatu stimulasi untuk dipikirkan judulnya yang tepat. Contoh: kepada pembelajar ditunjukkan naskah sebuah cerita, dan bisa lukisan atau gambar-gambar tentang sesuatu.
Membantu siswa atau anak untuk mengajukan pertanyaan. Kegiatan ini dilakukan mengingat pada biasanya siswa beranggapan bahwa gurulah yang banyak mengajukan pertanyaan dalam konteks pembelajaran. Di sini siswa diberikan kesempatan banyak untuk memikirkan banyak pertanyaan. Melalui strategi pemikiran dan perasan terbuka ini diharapkan pembelajar akanterangsang untuk meningkatkan rasa ingin tahunya, dan menguatkan minat untuk terlibat dalam aktivitas pembelajaran.
Sumbang Saran Teknik sumbang saran (brainstorming) yang dikemukakakan oleh Osborn ini mengkondisikan agar pembelajar lebih bersikap terbuka, lebih terbuka terhadap lingkungan, dan produktif dalam melahirkan gagasan-gagasan.
b.        Teknik-teknik kreatif tingkat kedua
Dalam teknik- Menyusun kembali (rearrange): komponen yang saling dapat menggantikan seperti: pola, tata letak, urutan, dan sebagainya.
Pada dasarnya, kata kerja tersebut dapat disusun sendiri dengan menyesuaikan dengan konteks atau masalah yang relevan.
Penyusunan sifat Seperti halnya teknik yang lain, teknik penyusunan sifat ini memiliki ciri guna tersendiri, yaitu untuk merangsang munculnya banyak gagasan dalam memecahkan atau menganalisis satu objek. Langkah-langkah penting dalam teknik ini adalah pertama, mengidentifikasi sifat atau ciri suatu objek atau masalah; kedua,meninjau satu persatu dari setiap ciri atau sifat untuk dipertimbangkan kemungkinan perubahan yang bisa terjadi; ketiga, menampung adanya berbagai gagasan dengan melakukan pencatatan; keempat, melakukan penilaian terhadap setiap gagasan dengan catatan bahwa penilaian ini baru boleh dilakukan apabila pencacatan terhadap semua gagasan telah selesai.
Teknik hubungan yang dipaksakan (forcedrelationships) kini merupakan teknik kreatif yang mencakup beberapa cara untuk melihat kemungkinan dan kombinasi baru dari objek atau gagasan, yang tidak pernah kelihatan ada jika tidak dicoba untuk dipaksakan. Ada babarapa cara yang dapat digunakan, antara lain adalah teknik mendaftar dan teknik katalog.
Teknik-teknik kreatif tingkat teknik kreatif tingkat kedua ini pada intinya ingin mengupayakan agar pembelajar lebih meluaskan pemikiranya serta melakukan peran serta dalam kegiatan-kegiatan yang lebih majemuk dan menantang. Dalam teknik ini akan lebih terasa betapa penting pola berpikir divergen untuk memecahkan masalah secara efektif. Secara seingkat berikut ini akan menguraikan beberapa teknik kreatif tingkat kedua, antara lain:
1.                            Teknis analis morfologis. Teknik analis morfologis ini merupakan gabungan teknik-teknik kreatif tingkat pertama yang telah dikemukakan, yaitu teknik sumbang saran, teknik hubungan yang dipaksakan, dan teknik penyusunan sifat. Teknik ini bertujuan agar pembelajar mampu mengidentifikasi ide-ide baru, dengan cara mengkaji secara cermat bentuk dan struktur masalah. Dengan mencermati struktur dari bagian-bagian utama dari masalah, pembelajar dapat mengembangkan berbegai alternatif atau gagasan-gagasan dari kombinasi unsur-unsur yang baru.
2.                            Teknik bermain peran dan sosiodrama. Bermain peran dan sosiodrama merupakan teknik pembelajaran untuk menghadapi proses pemikiran dan perasaan yang majemuk secara efektif. Teknik ini mengupayakan agar pembelajar dapat menangani konflik, stres, dan masalah yang timbul dari pengalaman dalam kehidupanya.
3.                            Synectics. Oleh penemuan synectics ini W.j.j. Gordon (1980), teknik synectics merupakan teknik mempertemukan bersama berbagai macam unsur dengan menggunakan kiasan (metafor) untuk memperoleh suatu pandangan yang baru. Ada dua prinsip dasar dalam teknik ini adalah, pertama, membuat yang asing menjadi yang lazim; dan kedua,membuat yang lazim menjadi yang asing, keduanya melalui kiasan dan analogi. Analogi disini dimaksudkan sebagai suatu pernyataan yang mengungkapkan kesamaan antara hal-hal atau gagasan-gagasan atas dasar pembandingan.
c.         Teknik-teknik kreatif tingkat ketiga
Dalam tingkat ketiga ini teknik kreatif mengupayakan keterlibatan pembelajar dalam masalah dan tantangan nyata. Ini bermaksud agar kegiatan pembelajaran akan lebih bermakna bagi para pembelajar untuk menghadapi masalah nyata dalam kehidupanya. Pada tahap ini pembelajar telibat langsung dalam pengajuan pertanyaan secara mandiri dan diarahkan sendiri.Adapun teknik yang digunakan dalam tingkat ketiga ini adalah teknik pemecahan masalah (PMK) secara kreatif.PMK ini merupakan teknik yang sistematik dalam mengorganisasi dan mengolah keterangan dan gagasan, sehingga masalah dapat dipahami dan dipecahkan secara imajinatif. Pemikiran yang logis, analitik dan divergen akan terlibat keras dalam teknik ini.
            Merancang suatu desain pembelajaran yang sifatnya amat khusus bagi anak kreatif adalah tugas yang paling kompleks dan yang paling sering diriset oleh para pakar, dan masih jauh dari pada sempurna. Namun begitu ada beberapa petunjuk yang dapat kita peroleh dalam merancang kegiatan ini. Dengan beranjak dari pengertian bahwa anak kreatif terus menerus memerlukan stimulasi mental untuk mencapai perkembangan unik yang optimal, maka Renzulli ( Clark, 1986) memaparkan tujuh langkah kunci dalam merancang suatu desain pembelajaran, yaitu mencakup :
·         Seleksi dan latihan guru.
·         Pengembangan kurikulum berdiferensiasi dalam berbagai bidang untuk memenuhi kebutuhan belajar dalam segi akademis dan seni.
·         Prosedur identifikasi jamak.
·         Pematokan sasaran program yang sifatnya terdiferensiasi.
·         Orientasi staf dan peningkatan sikap kerja sama.
·         Rencana evaluasi.
·         Peningkatan administrative.
Suatu panitia khusus dalam setiap sekolah perlu diadakan, terdiri dari kepala sekolah guru, orang tua, konselor dan pegawai administrasi yang bertanggung jawab atas kegiatan sehari-hari perlu dibentuk dalam merancang program ini.
2.  Mengajar Kreatif
a. Pengertian mengajar kreativitas
Kreativitas adalah hasil dari interaksi antara individu dan lingkungannya seseorang mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lingkungan dimana ia berada dengan demikian baik berubah di dalam individu maupun di dalam lingkungan dapat menunjang atau dapat menghambat upaya kreatif. (Munandar, 1995 : 12).
Kreativitas juga diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru baik berupa gagasan maupun karya nyata, yang relatif berbeda dengan apa yang telah ada sebelumnya (Supriyadi, 1994 : 7).
Secara psikoligis, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. “belajar juga adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya” (Slameto, 2003 : 2).
Jadi kreativitas belajar dapat diartikan sebagai kemampuan siswa menciptakan hal-hal baru dalam belajarnya baik berupa kemampuan mengembangkan kemampuan formasi yang diperoleh dari guru dalam proses belajar mengajar yang berupa pengetahuan sehingga dapat membuat kombinasi yang baru dalam belajarnya.
b. Tehnik mengajar kreatif meliputi:
1.    Memberikan pemanasan
Sebelum memulai dengan kegiatan yang menuntut prilaku kreatif siswa sesuai dengan rencana pelajaran lebih dahulu diusahakan sikap menerima (reseptif) di Kalangan siswa, terutama berlaku apabila siswa sebelumnya baru saja terlibat dalam suatu penguasaan yang berstruktur, mengerjakan soal fiqih, tugas atau kegiatan, bertujuan meningkatkan pemikiran kreatif menuntut sikap belajar yang berbeda lebih terbuka dan tertantang berperanserta secara aktif dengan memberikan gagasan-gagasan sebanyak mungkin untuk itu diberikan pemanasan yang dapat tercapai dengan memberikan pertanyaan pertanyaan terbuka dengan menimbulkan minat dan rasa ingin tahu siswa.
2.        Pemikiran dan perasaan terbuka
Cara yang paling sederhana untuk merangsang pemikiran kreatif ialah dengan mengajukan pertanyaan yang memberikan kesempayan timbulnya berbagai macam jawaban sebagai ungkapan pikiran dan perasaan serta dengan membantu siswa mengajukan pertnayaan. 
Contoh-kegiatan pemikiran dan perasaaan terbuka:
1.      Menyelesaikan sesuatu yang telah dimulai
2.      Mencari penggunaan baru dari benda sehari-hari
3.      Meningkatkan atau memperbaiki suaut produk atau benda (Munandar, 1999 : 100-1003).
3.   Memupuk Iklim Belajar Kreatif
a.      Menerapkan strategi memupuk iklim belajar kreatif
Apabila memperkatakan mengenai peranan guru dalam merangsang kreativiti pelajar timbul dua persoalan utama yang perlu dijawab. Persoalan pertama ialah sejauh manakah benarnya kenyataan bahawa kreativiti para pelajar sememangnya boleh dipertingkatkan dalam bilik darjah? Persoalan kedua pula ialah mengenai bagaimanakah para guru boleh membantu  meningkatkan kreativiti pelajar atau apakah sikap,pendekatan atau tindakan yang guru perlu tunjuk dan lakukan untuk merangsang kemampuan kreatif pelajar?
Ada beberapa kajian ( Niu & Sternberg 2003; Torrance 1961) yang telah dilakukan untuk menjawab persoalan pertama yang penting itu. Niu & Sternberg (2003) telah menjalankan satu kajian untuk menganalisa dua cara yang digunakan untuk  meningkatkan kreativiti 96 orang pelajar di sebuah Sekolah Tinggi di Beijing, China. Para pelajar ini telah diminta untuk menghasilkan satu hasil seni yaitu kolaj. Dalam kajian ini para pelajar  telah dibahagikan kepada  3 kumpulan yaitu kumpulan pertama tidak menerima sebarang arahan supaya menjadi kreativiti apabila menghasilkan kolaj, kumpulan kedua telah menerima arahan supaya menjadi kreatif apabila menghasilkan kolaj dan kumpulan ketiga pula telah diajar secara terperinci bagaimana menghasilkan kolaj yang kreatif. Kolaj  yang dihasilkan oleh para pelajar tersebut telah diadili secara subjektif dan objektif. Hasil kajian ini mendapati bahawa para pelajar yang telah diminta menjadi kreatif telah menghasilkan kolaj yang kreatif berbanding dengan rakan-rakan mereka yang tidak menerima sebarang arahan supaya menjadi kreatif. Kajian juga mendapati bahawa pelajar yang diajar secara terperinci bagaimana menghasilkan kolaj yang kreatif telah menghasilkan kolaj yang paling kreatif. Dapatan kajian ini menunjukkan kepada kita bahawa kreativiti pelajar boleh ditingkatkan  dalam bilik darjah melalui arahan-arahan yang disampaikan oleh guru kepada para pelajarnya.
Di samping itu, Torrance (1961) telah mengajar guru-guru di beberapa buah sekolah di Amerika Syarikat lima prinsip pengajaran kreatif iaitu: (1) menghormati soalan-soalan yang dikemukakan oleh pelajar; (2) menghormati idea-idea imaginatif yang dikeluarkan oleh pelajar; (3) tunjukkan kepada pelajar bahwa idea-idea yang mereka keluarkan mempunyai nilai tersendiri; (4) benarkan pelajar melakukan perkara-perkara tertentu untuk tujuan latihan semata-mata tanpa sebarang penilaian; dan (5) kaitkan sebarang penilaian yang guru lakukan dengan sebab dan akibat. Para guru tersebut telah menjalankan pengajaran dengan mengikut kelima-lima prinsip ini selama empat minggu. Satu lagi kumpulan guru yang dikawal telah menjalankan pengajaran mereka mengikut prosedur biasa untuk tempoh yang sama. Ujian kreativiti yang dilakukan terhadap pelajar sebelum dan sesudah kajian ini dilakukan menunjukkan bahawa terdapat peningkatan yang mendadak terhadap pelajar yang diajar oleh guru menggunakan lima prinsip pengajaran kreativiti berbanding dengan pelajar yang diajar oleh guru mengikut prosedur biasa. Mereka mendapat markah yang lebih tinggi untuk keaslian , keluwesan, kefleksibelan dan penghuraian (Stein, 1974).
Sebagai tambahan, Amabile (1983) mendakwa bahawa sesiapa yang memiliki kebolehan kognitif yang biasa boleh bercita-cita untuk menghasilkan sesuatu yang kreatif dalam bidang tertentu. Cropley (1992) pula menambah bahwa semua pelajar tanpa mengira tahap kepintaran mereka memilikinkemampuan untuk berfikir secara konvergen dan divergen. Pemikiran divergen adalah pemikiran yang dikaitkan dengan kreativiti. Bagi menjawab soalan yang kedua yaitu bagaimanakah kreativiti boleh dipertingkatkan, beberapa percobaan telah dilakukan untuk membangunkan pelbagai pendekatan untuk meningkatkan kreativiti dalam bilik darjah. Secara keseluruhannya pendekatan itu boleh dibahagikan kepada tiga kategori yaitu: (a) Strategi-strategi umum yang hanya melibatkan perubahan dalam stail pengajaran guru atau pedagogi (b) Pendekatan berstruktur yang melibatkan penggunaan teknik-teknik khusus (c) Pendekatan penyelesaian masalah terhadap isi mata pelajaran. Disebabkan kekangan masa dan tenaga, perbincangan ini akan memberikan tumpuan kepada strategi-strategi umum yang hanya melibatkan perubahan dalam stail pengajaran guru.
b.        Menjelaskan tentang saran - saran dalam memupuk belajar kreatif
1.      Menghargai kreativitas siswa.
2.      Bersikap terbuka terhadap gagasan-gagasan baru.
3.      Mengakui dan menghargai adanya perbedaan individual.
4.      Bersikap menerima dan menunjang anak.
5.      Menyediakan pengalaman mengajar yang berdiferensisasi.
6.      Memberikan struktur dalam mengajar sehingga anak tidak merasa.
7.      Ragu-ragu tetapi di lain pihak cukup luwes sehingga tidak menghamabat pemikiran, sikap dan perilaku kreatif anak.
8.      Setiap anak ikut mengambil bagian dalam merencanakan pekerjaan sendiri dan pekerjaan kelompok.
             9.      Tidak bersikap sebagai tokoh yang “maha mengetahui” tetapi menyadari
                   keterbatasannya sendiri
.