Sabtu, 27 Juni 2015

tugas portopolio 4

Pembelajaran Anak Berbakat

Disusun Oleh :
Cartika Sari (12514287)
Heni Rahmawati (14514914)
Nabilah Afifah (17514710)
1PA15
  
UNIVERSITAS GUNADARMA
FAKULTAS PSIKOLOGI
2015
1.    Ciri-ciri Anak Berbakat
Ciri – ciri anak berbakat dalam bukunya, Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah, Prof. Utami Munandar menuliskan indikator keberbakatan sebagai berikut:
ü  Ciri-ciri Intelektual/Belajar:
            Mudah menangkap pelajaran, ingatan baik, perbendaharaan kata luas, penalaran tajam (berpikir logis-kritis, memahami hubungan sebab-akibat), daya konsentrasi baik (perhatian tak mudah teralihkan), menguasai banyak bahan tentang berbagai topik, senang dan sering membaca, ungkapan diri lancar dan jelas, pengamat yang cermat, senang mempelajari kamus maupun peta dan ensiklopedi.
            Cepat memecahkan soal, cepat menemukan kekeliruan atau kesalahan, cepat menemukan asas dalam suatu uraian, mampu membaca pada usia lebih muda, daya abstraksi tinggi, selalu sibuk menangani berbagai hal.
ü  Ciri-ciri Kreativitas:
            Dorongan ingin tahunya besar, sering mengajukan pertanyaan yang baik, memberikan banyak gagasan dan usul terhadap suatu masalah, bebas dalam menyatakan pendapat, mempunyai rasa keindahan, menonjol dalam salah satu bidang seni, mempunyai pendapat sendiri dan dapat mengungkapkannya serta tak mudah terpengaruh orang lain, rasa humor tinggi, daya imajinasi kuat, keaslian (orisinalitas) tinggi (tampak dalam ungkapan gagasan, karangan, dan sebagainya.
            Dalam pemecahan masalah menggunakan cara-cara orisinal yang jarang diperlihatkan anak-anak lain), dapat bekerja sendiri, senang mencoba hal-hal baru, kemampuan mengembangkan atau memerinci suatu gagasan (kemampuan elaborasi).
ü  Ciri-ciri Motivasi:
            Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus-menerus dalam waktu lama, tak berhenti sebelum selesai), ulet menghadapi kesulitan (tak lekas putus asa), tak memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi, ingin mendalami bahan/bidang pengetahuan yang diberikan, selalu berusaha berprestasi sebaik mungkin (tak cepat puas dengan prestasinya), menunjukkan minat terhadap macam-macam masalah “orang dewasa” (misalnya terhadap pembangunan, korupsi, keadilan, dan sebagainya).
            Senang dan rajin belajar serta penuh semangat dan cepat bosan dengan tugas-tugas rutin, dapat mempertahankan pendapat-pendapatnya (jika sudah yakin akan sesuatu, tak mudah melepaskan hal yang diyakini itu), mengejar tujuan-tujuan jangka panjang (dapat menunda pemuasan kebutuhan sesaat yang ingin dicapai kemudian), senang mencari dan memecahkan soal-soal.
            Hal ini menunjuk pada semangat dan motivasi untuk mengerjakan danmenyelesaikan suatu tugas. Suatu pengikatan diri dari dalam diri.Adapun ciri-ciri keberbakatan yang telah memiliki korelasi yang signifikandengan tiga aspek tersebut (Balitbang Depdikbud, 1986) sebagai berikut:Lancar berbahasa (mampu mengutarakan pemikirannya),Memiliki rasa ingin tahu yang besar terhadap ilmu pengetahuan, Memiliki kemampuan yang tinggi dalam berpikir logis dan kritis, Mampu belajar atau bekerja secara mandiri, Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa),  Mempunyai tujuan yang jelas dalam tiap kegiatan atau perbuatannya,  Cermat atau teliti dalam mengamati, Memiliki kemampuan memikirkan beberapa macam pemecahan masalah,  Mempunyai minat yang luas, Mempunyai daya imajinasi yang tinggi,  Belajar dengan mudah dan cepat,  Mapu mengemukakan dan mempertahankan pendapat, Mampu berkonsentrasi,  Tidak memerlukan dorongan (motivasi) dari luarBentuk-bentuk penyelenggaraan program percepatan belajar, Ditinjau dari bentuk penyelenggaraan dapat dibedakan menjadi tiga jenis (Clark, 1983) sebagaiberikut:
ü  Sekolah khususYaitu semua siswa yang belajar di sekolah ini adalah siswa yang memilikipotensi kecerdasan dan bakat istimewa
ü  Kelas khususYaitu siswa yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa belajardalam kelas khusus.
ü  Kelas regular yaitu siswa yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa tetapberada bersama-sama dengan siswa lainnya di kelas regular (model inklusi), bentuk penyelenggaraan pada kelas regular dapat dilakukan dengan model sebagai berikut:a. Kelas regular dengan kelompok (cluster).
2.    Implikasi dalam Pembelajaran (Teori Barbe dan Renzulli)
            Menjelaskan dan menerapkan teori anak berbakat dari Barbie dan Renzulli :
Menurut definisi yang dikemukakan Joseph Renzulli (1978), anak berbakat memiliki pengertian, “Anak berbakat merupakan satu interaksi diantara tiga sifat dasar manusia yang menyatu ikatan terdiri dari kemampuan umum dengan tingkatnya di atas kemampuan rata- rata, komitmen yang tinggi terhadap tugas dan kreativitas yang tinggi.
ü  High Potential Ability (Kecerdasan Tinggi) Standard yang ditetapkan untuk anak berbakat oleh Diknas tahun 2003 adalah 140 . Kalau hasil tes menunjukkan IQ anak mencapai 140 ke atas, maka anak itu otomatis disebut gifted child. Tetapi kemudian muncul pembagian tertentu untuk anak berbakat dilihat dari IQnya. Keberbakatan ringan (IQ 115 – 129), keberbakatan sedang (IQ 130 – 144), keberbakatan tinggi (IQ 145 ke atas).
ü  Task Commitment adalah sejauh mana tanggung jawab dalam meyelesaikan tugas. Tidak hanya tugas dari sekolah tapi juga tugas di rumah. Task commitment dapat diukur melalui tes tertentu yang hanya boleh dilakukan oleh psikolog. Task commitment ini mencakup tanggung jawab, motivasi, keuletan, kepercayaan diri, memiliki tujuan yang jelas sebelum melakukan sesuatu dan kemandirian.
ü  Kreativitas bisa diartikan sebagai kemampuan untuk menciptakan hal-hal baru atau kemampuan untuk membuat kombinasi-kombinasi baru dari yang sudah ada. Kreativitas dapat dinilai dari 4 hal, produk, pribadi, proses dan pencetus / penghambat. Suatu produk dikatakan kreatif kalau produk itu baru, berbeda dari yang sudah ada, lebih baik dari yang lain dan tentu saja berguna. Sifat pribadi kreatif yang lain adalah terbuka pada hal-hal baru, punya rasa ingin tau yang besar, ulet, mandiri, berani mengambil resiko, berani tampil beda, percaya diri dan humoris.
            Anak berbakat ialah anak yang memiliki kecakapan dalam mengembangkan gabungan ketiga sifat ini dan mengaplikasikan dalam setiap tindakan yang bernilai. Anak-anak yang mampu mewujudkan ketiga sifat itu masyarakat memperoleh kesempatan pendidikan yang luas dan pelayanan yang berbeda dengan program-program pengajaran yang reguler (Swssing, 1985).
            Pengertian lain menyebutkan bahwa anak gifted adalah anak yang mempunyai potensi unggul di atas potensi yang dimiliki oleh anak-anak normal. Para ahli dalam bidang anak-anak gifted memiliki pandangan sama ialah keunggulan lebih bersifat bawaan dari pada manipulasi lingkungan sesudah anak dilahirkan.
            Anak yang memiliki bakat istimewa sering kali memiliki tahap perkembangan yang tidak serentak. Ia dapat hidup dalam berbagai usia perkembangan, misalnya: anak berusia tiga tahun, jika sedang bermain ia terlihat seperti anak seusianya, tetapi jika sedang membaca ia menampilkan sikap seperti anak berusia 10 tahun, jika mengerjakan soal matematika ia seperti anak berusia 12 tahun, dan jika berbicara seperti anak berusia lima tahun.
            Perlu dipahami adalah bahwa anak berbakat umumnya tidak hanya belajar lebih cepat, tetapi juga sering menggunakan cara yang berbeda dari teman-teman seusianya. Hal ini tidak jarang membuat guru di sekolah mengalami kewalahan, bahkan sering merasa terganggu dengan anak-anak seperti itu. Di samping itu anak berbakat istimewa biasanya memiliki kemampuan menerima informasi dalam jumlah yang besar sekaligus. Jika ia hanya mendapat sedikit informasi maka ia akan cepat menjadi “kehausan” akan informasi.
            Implikasi bagi guru anak berbakat disimpulkan oleh Barbie dan Renzulli (1975) sebagai berikut:
ü  Guru perlu memahami diri sendiri, karena anak yang belajar tidak hanya dipengaruhi oleh apa yang dilakukan guru, tetapi juga bagaimana guru melakukannya.
ü   Guru perlu memiliki pengertian tentang keterbakatan.
ü   Guru hendaknya mengusahakan suatu lingkungan belajar sesuai dengan perkembangan yang unggul dari kemampuan-kemampuan anak.
ü   Guru memberikan tantangan daripada tekanan.
ü  Guru tidak hanya memperhatikan produk atau hasil belajar siswa, tetapi lebih-lebih proses belajar.
ü  Guru lebih baik memberikan umpan balik daripada penilaian harus menyediakan beberapa alternatif strategi belajar.
ü  Guru hendaknya dapat menciptakan suasana di dalam kelas yang menunjang rasa harga diri anak serta dimana anak merasa aman dan berani mengambil resiko dalam menentukan pendapat dan keputusan.
Peran Orang Tua dalam Memupuk Bakat dan Kreativitas Anak.
            Orang tua yang bijaksana dapat membedakan antara memberi perhatian terlalu banyak atau terlalu sedikit, antara memberi kesempatan kepada anak untuk mengembangkan bakat dan minatnya dan memberi tekanan untuk berprestasi semaksimal mungkin.
            Ada beberapa hal yang memudahkan orang tua agar lebih mantap dalam menghadapi dan membina anak berbakat (Ginsberg dan Harrison, 1977; Vernon, 1977) diantaranya adalah: Anak berbakat itu tetap anak dengan kebutuhan seorang anak. Jika ada anak-anak lain dalam keluarga, janganlah membandingkan anak berbakat dengan kakak-adiknya atau sebaliknya.
ü  Sempatkan diri untuk mendengarkan dan menjawab pertanyaan-pertanyaannya
ü  Berilah kesempatan seluas-luasnya untuk memuaskan rasa ingin tahunnya dengan menjajaki macam-macam bidang, namun jangan memaksakan minat-minat tertentu.
ü  Berilah kesempatan jika anak ingin mendalami suatu bidang, karena belum tentu kesempatan itu ada di sekolah.
ü  Kerjasama Antara Keluarga, Sekolah dan Masyarakat
            Pendidikan merupakan tanggung jawab bersama keluarga (orang tua), sekolah, dan masyarakat. Keluarga dan sekolah dapat bersama-sama mengusahakan pelayanan pendidikan bagi anak berbakat, misalnya dalam memandu dan memupuk minat anak. Tokoh-tokoh dalam masyarakat dapat menjadi “tutor” untuk anak berbakat yang mempunyai minat yang sama.
3.    Kurikulum berdiferensiasi Untuk Anak Berbakat
A.    Pengertian kurikulum berdiferensiasi dan kurikulum umum
            Kurikulum merupakan metode menyusun kegiatan-kegiatan belajar mengajar untuk menghasilkan perkembangan kognitif, efektif, dan psikomotorik anak. Menurut Sato (1982) kurikulum mencakup semua pengalaman yang diperoleh  di sekolah, di rumah dan dalam masyarakat, dan yang membantunya mewujudkan potensinya. Berbeda dengan kurikulum umum yang bertujuan untuk dapat memenuhi kebutuhan pendidikan anak-anak pada umumnya, maka kurikulum berdiferensiasi merupakan jawaban terhadap perbedaan-perbedan dalam minat dan kemampuan anak didik. Sehingga, dengan kurikulum berdiferensiasi setiap anak memiliki peluang besar untuk terus meningkatkan kemampuannya tanpa harus terikat oleh satu kurikulum umum yang menyamaratakan kemampuan seluruh anak.
Istilah diferensiasi dalam pengertian kurikulum menunjuk pada kurikulum yang tidak berlaku umum, melainkan dirancang khusus untuk kebutuhan tumbuh kembang bakat tertentu.           Kurikulum berdiferensiasi (differ-rentiation instruction) adalah kurikulum pembelajaran yang memperhatikan perbedaan-perbedaan individual anak. Walaupun model pengajaran ini memperhatikan atau berorientasi pada perbedaan-perbedaan individual anak, namun tidak berarti pengajaran harus berdasarkan prinsip satu orang guru dengan satu orang murid. Berbeda dengan kurikulum reguler yang berlaku bagi semua , kurikulum berdiferensiasi bertujuan untuk menampung pendidikan berbagai kelompok belajar, termasuk kelompok  berbakat. Melalui program khusus,  berbakat akan memperoleh pengayaan dari materi pelajaran, proses belajar dan produk belajar.
            Meskipun  demikian, pada dasarnya kurikulum berdiferensiasi tetap bertitik tolak pada kurikulum umum yang menjadi dasar bagi semua anak didik. Kurikulum berdiferensiasi juga memberikan pengalaman belajar berupa dasar-dasar keterampilan, pengetahuan, pemahaman, serta pembentukan sikap dan nilai yang memungkinkan anak didik berfungsi sesuai dengan tuntutan masyarakat atau jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
Berdasarkan penjelasan di atas, Semiawan (1983) menyatakan bahwa bakat-bakat khusus baru dapat dikembangkan atas dasar kurikulum ini. Di samping itu, untuk dapat mewujudkan bakat yang khusus diperlukan juga pengalaman belajar yang khusus. Sehingga, pendidik juga dapat mengetahui keberbakatan anak dan memantaunya sesuai dengan kurikulum yang telah dideferensiasikan.
B.     Hakekat  pembelajaran  differensiasi
            Penanganan anak-anak berbakat atau cerdas dengan program pengayaan dan percepatan penuh banyak memiliki kelemahan-kelemahan yang merugikan anak itu sendiri, maka telah dikembangkan kurikulum alternative yaitu berdiferensiasi (differentiated instruction ). Pendekatan ini menghendaki agar kebutuhan  berbakat dilayani di dalam kelas regular. Program ini menawarkan serangkaian pilihan belajar pada  berbakat dengan tujuan menggali dan mengarahkan pengajaran pada tingkat kesiapan, minat, dan profil belajar yang berbeda-beda.Kurikulum berdiferensiasi sangat penting ditekankan untuk anak berbakat. Kurikulum ini memiliki tiga level kurikulum yaitu:
1)      Prescribed Curriculum and Instruction
Level pertama, prescribed curriculum and instruction adalah kurikulum yang dikembangkan oleh standard lokal dan tidak menyediakan kesempatan untuk strategi belajar yang cocok untuk  berbakat.
2)      Teacher-Differentiated Curriculum
Pada level kedua, teacher-differentiated curriculum, guru memodifikasi kurikulum yang telah ada menjadi kurikulum yang menarik dan menantang untuk berbakat. Disini, murid tidak hanya dipandang sebagai seorang ‘murid’ saja, tetapi murid adalah pembelajar aktif.
3)      Learner-Differentiated Curriculum.
Level ketiga, learner-differentiated curriculum, adalah level tertinggi dimana murid berbakat dianggap sebagai “producers of knowledge”, bukan hanya “consumers of knowledge”. Level ini mendukung perkembangan self-discovery, self-esteem, kreativitas, dan otonomi. Selain perkembangan kognitif, pada level ini jug mengembangkan faktor sosial dan emosional murid.
Dalam kurikulum berdiferensiasi ini, guru menggunakan beberapa kegiatan, yaitu:
a)      Beragam cara agar  dapat mengeksplorasi kurikulum
Dalam kaitan dengan pem-belajaran berdiferensiasi, maka para  memiliki kebebasan yang luas untuk mengeksplor kurikulum yang dibutuhkan dan sesuai dengan perkembangan fisik dan mentalnya. Mereka akan memilih dan memilah kurikulum (muatan lokal) yang sesuai dengan kondisinya.
b)      Beragam kegiatan atau proses yang masuk akal sehingga  dapat mengerti dan memiliki informasi dan ide
Proses belajar mengajar harus dapat mengembangkan cara belajar untuk mendapatkan, menge-lola, menggunakan dan meng-komunikasikan informasi yang di-perlukan.  harus terlibat secara aktif dalam proses tersebut baik secara individual ataupun kelompok. Keaktifan itu dapat terlihat dari (Suryosubroto, 1996:72) :
ü  berbuat sesuatu untuk memahami materi pelajaran dengan penuh keyakinan;
ü  mempelajari, memahami, dan menemukan sendiri bagaimana memperoleh situasi pengetahuan;
ü  merasakan sendiri bagaimana tugas-tugas yang diberikan oleh guru kepadanya;
ü  belajar dalam kelompok;
ü  mencoba akan sendiri konsep-konsep tertentu;
ü  mengkomunikasikan hasil pikiran, penemuan dan penghayatan nilai-nilai secara lisan atau penampilan.
c)      Beragam pilihan dimana  dapat mendemonstrasikan apa yang telah mereka pelajari
Proses pembelajaran berdiferensiasi harus memberikan ruang yang luas kepada anak didik untuk mendemostrasikan apa- apa yang telah mereka pelajari. Hal ini sangat bermanfaat untuk: Pertama, anak didik belajar menyampaikan atau mengkomunikasikan temuan dan informasi yang dimilikinya; Kedua, anak didik belajar mengapresiasi karya atau infomasi yang disampaikan orang lain (teman); Ketiga, anak didik belajar untuk mendapat masukan, kritikan dan sanggahan terhadap penemuan atau informasi yang disampikan kepada orang lain.
C.     Karakteristik Umum Kurikulum Berdiferensiasi
Pengajaran berdiferensiasi memiliki 4 (empat) karakteristik umum, yaitu:
ü  Pengajaran berfokus pada konsep dan prinsip pokok materi pelajaran.
Dalam proses pembelajaran berdiferensiasi, pengajaran harus berfokus pada konsep atau pokok materi pelajaran sehingga semua  dapat mengeksplorasi konsep-konsep pokok bahan ajar.  yang agak lambat (struggling learners) bisa memahami dan menggunakan ide- ide dari konsep-konsep yang diajarkan. Sedangkan bagi para  berbakat memperluas pemahaman dan aplikasi konsep pokok tersebut.
ü  Evaluasi kesiapan dan perkembangan belajar  diakomodasi ke dalam kurikulum.
Kesiapan dan perkembangan belajar  harus dievaluasi untuk dijadikan sebagai dasar keputusan penentuan materi serta strategi pembelajaran yang akan diterapkan. Kapasitas belajar seseorang berbeda dengan orang lain. Oleh karena itu, tidak semua  memerlukan satu kegiatan atau bagian tertentu dari proses pembelajaran secara sama. Guru perlu terus menerus mengevaluasi kesiapan dan minat  dengan memberikan dukungan bila  membutuhkan interaksi dan bimbingan tambahan, serta memperluas eksplorasi  terutama bagi mereka yang sudah siap untuk mendapatkan pengalaman belajar yang lebih menantang.
ü  Ada pengelompokan  secara fleksibel.
Dalam pengajaran berdiferen-siasi,  berbakat sering belajar dengan banyak pola, seperti belajar sendiri-sendiri, belajar berpasangan maupun belajar dalam kelompok. Oleh karena itu, pada saat-saat tertentu  dapat diberi kebebas-an untuk memilih materi pelajaran dengan media pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan mereka masing-masing. Strategi ini memungkinkan  untuk belajar lebih cepat bagi mereka yang mampu, sedangkan bagi mereka yang kurang, akan belajar sesuai dengan batas kemampuannya. Contoh untuk strategi belajar-mengajar berdasarkan kecepatan  adalah pengajaran modul.
ü  Menjadi penjelajah aktif (active explorer).
Prinsip belajar yang relevan adalah belajar bagaimana belajar (learning how to learn ). Artinya, dikelas target pembelajaran bukan sekadar penguasaan materi, melainkan  harus belajar juga bagaimana belajar (secara mandiri) untuk hal-hal lain. Ini bisa terjadi apabila dalam kegiatan pembelajaran  telah di biasakan untuk berpikir mandiri, berani berpendapat, dan berani bereksperimen, sehingga  tidak merasa terkekang dan potensi kreativitasnya dapat tumbuh dengan sempurna. Tugas guru adalah membimbing eksplorasi tersebut, karena beragam kegiatan dapat terjadi secara simultan di dalam kelas, guru akan berperan sebagai pembimbing dan fasilitator, dan bukannya sebagai dispenser informasi.
D.    Prinsip –prinsip pengajaran berdifferensiasi
1.       Prinsip Individualitas
            Perbedaan individual merupakan salah satu masalah utama dalam proses belajar-mengajar. Ketidakmampuan guru melihat perbedaan-perbedaan individual anak dalam kelas yang dihadapi akan menyebabkan kegagalan dalam memelihara dan membina interaksi edukatif secara efektif.
            Pengajaran individual bukanlah semata-mata pengajaran yang hanya ditujukan kepada seorang raja, melainkan dapat saja ditujukan kepada sekelompok  atau kelas, namun dengan mengakui dan melayani perbedaan-perbedaan  sehingga pengajaran itu memungkinkan berkembangnya potensi masing-masing  secara optimal.
2.      Prinsip Belajar Tuntas
            Belajar tuntas (mastery learning) adalah suatu proses pembelajaran yang mengakui bahwa semua anak memiliki kemampuan yang sama dan bisa belajar apa saja, hanya waktu yang diperlukan untuk mencapai kemampuan tertentu berbeda.  tidak diperkenankan mengerjakan pekerjaan berikutnya, sebelum mampu menyelesaikan pekerjaan dengan prosedur yang benar, dan hasil yang baik.
3.      Prinsip Motivasi
            Motif adalah daya dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk melakukan sesuatu. Sedangkan motivasi adalah suatu proses untuk menggiatkan motif-motif menjadi perbuatan atau tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan. Guru memiliki peran yang besar untuk menumbuhkan motivasi eksternal, diantaranya: Pertama, menggunakan cara atau metode dan media mengajar yang bervariasi; Kedua , memilih bahan yang menarik minat dan dibutuhkan ; Ketiga, memberikan sasaran antara; Keempat , memberikan kesempatan sukses; Kelima, menciptakan suasana belajar yang menyenangkan; dan Keenam, menciptakan persaingan yang sehat.
4.      Prinsip Latar/Konteks
            Latar atau konteks mengandung arti bahwa pembelajaran harus dikaitkan dengan situasi dunia nyata , sehingga mendorong  membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai individu maupun anggota keluarga, masyarakat, dan bangsa. Dengan konsep ini, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi.
5.      Prinsip Minat dan Kebutuhan
            Minat merupakan suatu sifat yang relatif menetap pada diri seseorang, sedangkan kebutuhan adalah sesuatu yang dibutuhkan oleh seseorang. Oleh karena itu, minat dan kebutuhan merupakan utama yang menentukan derajat keaktifan belajar . Dengan demikian dalam rangka meningkatkan aktivitas  dalam belajar, maka materi pembelajaran dan cara penyampaiannya pun harus disesuaikan dengan minat dan kebutuhan tersebut.
6.      Prinsip Penilaian (Assessment)
            Penilaian (assessment) dibagi menjadi dua katagori yaitu: Pertama, informal assessment , biasanya dilakukan oleh guru melalui observasi berbagai keterampilan, dan mempelajari laporan, maupun melalui tes yang dibuat guru untuk mengetahui tingkat penguasaan pelajaran yang telah diajarkan; Kedua, formal assessment yaitu penilaian lewat tes standar seperti tes hasil belajar, tes inteligensi, wawancara dengan orang tua, tes bahasa, kepribadian, kreatif, kemampuan fisik, minat dan sebagainya.
7.      Prinsip Terpadu
            Artinya penyelenggaraan pembelajaran anak berbakat dikembangkan dan dilaksanakan di sekolah biasa. Anak dengan berbagai perbedaan belajar di ruang kelas yang sama.
8.      Strategi Pembelajaran Berdiferensiasi
            Dalam mendiferensiasikan pengajaran, guru bisa melakukan modifikasi terhadap lima unsur kegiatan belajar, yaitu materi pelajaran, proses, produk, lingkungan dan evaluasi.
Materi pelajaran
Materi pelajaran dapat dimodifikasi melalui berbagai kegiatan pembelajaran, yaitu:
ü  Pemadatan materi pelajaran
ü  Studi intradisipliner
ü  Kajian mendalam
Proses
Banyak kegiatan yang bisa dilakukan oleh guru untuk memodifikasi proses pengajaran dan pembelajaran, antara lain dengan:
1)      Mengembangkan kecakapan berpikir.
2)      Hubungan dalam dan lintas disiplin
3)      Studi mandiri
Produk
Dalam memodifikasi produk, guru dapat mendorong  untuk mendemonstrasikan apa yang telah dipelajari atau dikerjakan ke dalam beragam format yang mencerminkan pengetahuan maupun kemampuan untuk memanipulasi ide. Misalnya daripada meminta  untuk menambah jumlah halaman laporan dari suatu bab, guru bisa meminta  untuk mensintesis pengetahuan yang telah diperoleh.
·         Lingkungan Belajar
            Lingkungan dan individu terjalin proses interaksi yang saling mempengaruhi satu sama lainnya. Individu seringkali terbentuk oleh lingkungan, begitu juga sebaliknya lingkungan dibentuk oleh individu (manusia). Pendayagunaan lingkungan sekitar dalam proses pembelajaran dapat dilaksanakan dengan berbagai cara, yakni dengan cara membawa lingkungan ke dalam kelas, atau membawa  ke masyarakat.
·         Evaluasi
            Memodifikasi evaluasi berarti menentukan suatu metode untuk mendokumentasikan penguasaan materi pelajaran pada siswa berbakat. Guru harus memastikan bahwa  berbakat memiliki kesempatan untuk mendemonstrasikan penguasaan materi pelajaran sebelumnya ketika akan mengajarkan pokok bahasan, topik atau unit baru mata pelajaran.
E.     Cara pengembangan kurikulum berdiferensiasi
            Menurut Kaplan (1977), perkembangan kurikulum dewasa ini menekankan penggunaan kurikulum secara fleksibel sesuai dengan kebutuhan guru dan  yang memungkinkan keragaman cara untuk mencapai sasaran belajar. Bahkan dalam kurikulum semacam ini tidak tertutup kemungkinan bahwa  pada saat-saat tertentu merumuskan sendiri sasaran-sasaran belajarnya. Suatu kurikulum dapat berdiferensiasi melalui materi (konten atau muatan), proses, dan produk belajar yang lebih maju dan majemuk, serta dapat dirancang dengan cara sebagai berikut.
1)      Kurikulum berdiriferensiasi menyesuaikan dengan kurikulum umum
Ø  Menambah hal-hal baru yang menarik dan menantang bagi anak berbakat. Misalnya dengan menambahkan muatan tugas yang dianggap menantang kemampuan yang dimiliki anak berbakat.
Ø  Mengubah bagian-bagian tertentu yang kurang sesuai. Karena anak berbakat memiliki kemampuan memahami pelajaran dan pengetahuan yang melampaui anak pada umumnya, biasanya pemberian materi kepada anak berbakt lebih menyesuaika kemampuan anak. Sehingga, anada beberapa bagian yang diterima anak umum di kelas tetapi tidak diterima oleh anak berbakat.
Ø  Mengurangi kegiatan-kegiatan yang terlalu rutin. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, anak berbakat memiliki tingkat kemampuan memahami pelajaran yang lebih tinggi dibandingkan anak umum, jadi beberapa kegiatan atau pelajaran yang dapat dikerjakan sendiri dan tanpa bantuan berarti dari pendidik sebaiknya dikurangi.
Ø  Meluaskan dan mendalami materi. Karena sifat yang cenderung kurang puas dan mendetail, pemberian materi pembelajaran kepada anak berbakat sebaiknya lebih diluaskan dan mendalam
2)      Kurikulum Berdiferensiasi dengan Menggunakan Kurikulum yang Baru atau Khusus
Ø  Cara kedua ini adalah dengan menggunakan kurikulum yang benar-benar berbeda dengan anak umum dan disesuaikan dengan keberbakatan anak.
Ø  Untuk menyusun sebuah kurikulum, pendidik harus mengetahui beberapa asas kurikulum sebagai berikut:
ü  Berkaitan dengan mata pelajaran. Yaitu, kegiatan bekajar dikaitkan dengan mata pelajaran atau materi tertentu. Contohnya, ketika anak belajar bagian-bagian serangga, anak dapat mencari sendiri serangga-serangga yang akan dipelajarinya di lingkungan sekolah.
ü  Berorientasi dengan proses. Maksudnya, kegiatan belajar mengajar  menekankan perkembangan keterampilan dan proses berpikir daripada hanya materi. Contohnya, ketika anak sudah mengenal bagian-bagian serangga, anak dapat menganalogikan bagian-bagian tersebut dengan bagian-bagian kendaraan.
ü  Berpusat pada kegiatan aktif. Yaitu kegiatan belajar sepenuhnya mengikutsertakan anak secara aktif. Sehingga, dapat menghidupkan suasana keilmuan yang penuh akan diskusi dan saling bertukar pikiran.
ü  Penerapan tugas berakhir terbuka.Dengan asas ini tidak ada istilah “benar” dan “salah” dalam hasil tugas , tetapi seluruhnya berdasarkan pengalaman setiap anak.
ü  Memungkinkan anak memilih. Asas ini memberikan peluang kepada setiap anak sesuai dengan kebutuhan, minat, dan kemampuan masing-masing. Sehingga, sekolah seharusnya menyediakan sarana atas minat dan bakat anak.
3)      Perbedaan penerapan kurikulum differensiasi dengan kurikulum umum.
Ø  Konten. Muatan atau materi yang diberikan kepada anak berbekat berbeda-beda sesuai dengan minat dan kemampuan anak.
Ø  Proses. Proses belajar anak berbakat, entah itu waktu maupun caranya, dibedakan dengan anak umumnya sesuai dengan tingkat kemampuan anak.
Ø  Produk. Dalam hal penugasan, anak berbakat diberikan beban produk yang lebuh rumit dan kompleks daripada anak umum. Produk belajar itu sendiri dapat berupa lisan, tulisan, ataupun benda.


            Kurikulum berdiferensiasi merupakan kurikulum khusus yang berperan dalam  mengembangkan semua bakat anak, sedangkan kurikulum umum merupakan kurikulum yang mengembangkan semua aspek perkembangan anak dengan berprinsip bahwa kemampuan anak itu sama rata tanpa memperhatikan bakat-bakat istimewa yang dimiliki oleh anak. Kurikulum berdiferensiasi sangat bagus dalam mengembangkan bakat –bakat yang dimiliki oleh anak. Guru memiliki strategi khusus dalam menggunakan kurikulum berdiferensiasi agar bakat yang dimiliki oleh anak bisa dikembangkan secara optim al.  
Dalam pengembangan kurikulum berdiferensiasi seorang guru harus memahamai azas-azas dalam pengembangan kurikulum tersebut agar penggunaannya tidak rancu. Meskipun kurikulum berdiferensiasi berbeda dengan kurikulum umum namun kurikulum berdiferensiasi menyesuaikan dengan kurikulum umum.
SARAN
            Diperlukan perhatian bagi bakat-bakat yang dimiliki oleh anak yang istimewa terutama dari lingkungan keluarga dan sekolah. Dimana para guru memiliki peran yang ssangat penting dalam pengembangan kurikulum agar bakat anak  bisa dikembangkan secara optimal.
DAFTAR PUSTAKA
Betts, George (2004)  “Fostering Autonomous Learners Through Levels of Differentiation,” Roeper Review vol.24: 190-191.
Mukti, Abdul dan Sayekti, Adjie, (2003), Gerbang; Majalah Pendidikan, 4, 36 -38.
 Suryosubroto, B., (1997), Proses Belajar Mengajar, Jakarta, Rineka Cipta.
Tomlinson, C. A., (1995), Differen-tiating Instruction for Advanced Learners in the Mixed Ability Middle School Classroom. ERIC Claring house on Disabilities and Gifted Education. [Article published online]. Retrieved December 7, 2001 from the http://www.ericec.org/digests/e536.html