PSIKOLOGI MENTAL
PEKERJAAN DAN WAKTU LUANG &
SELF – DIRECTED CHANGES
Dosen
pembimbing : Wahidah Zahroh
Kelas : 2 PA 17
kelompok : 3
kelompok : 3
Nama Anggota :
Adelina Ayu
Andyani
|
10514207
|
Anisa Nur
Arifah
|
11514289
|
Aulia Suryani
|
11514839
|
Devia Hira
Wardhani
|
12514840
|
Feby Rendra
Febriani
|
14514139
|
Heni
Rahmawati
|
14514914
|
Irfan Ramiz
Putra Andika
|
15514446
|
Jeckwin
Giovally Latuhihin
|
15514613
|
Mutia
Ramadayu
|
17514676
|
UNIVERSITAS GUNADARMA
FAKULTAS PSIKOLOGI
2016
1.
PEKERJAAN DAN WAKTU LUANG
a.
Mengubah sikap terhadap pekerjaan
Awalnya
individu harus mengerti apa nilai pekerjaaan itu. Nilai pekerjaan seseorang bergantung
dengan bagaimana individu itu melihat pekerjaan itu sendiri. Umumnya pekerjaan
dinilai sebagai kegiatan manusia yang diarahkan untuk kemajuan manusia, baik
kemajuan rohani maupun jasmani. Pekerjaan memerlukan pemikiran yang sadar
sehingga bisa dengan bebas dapat mengarahkan kegiatannya kepada suatu tujuan
tertentu. Dan tujuan yang dicari dalam pekerjaan yaitu menjadikan pekerja
menjadi “baik”. Baik disini maksudnya adalah menjadikan pekerja lebih terpenuhi
kebutuhan hidupnya dan keluarganya, dan mereka menghindari aktifitas mereka
yang menjadikan mereka “buruk”. Dan disini atasan juga berperan penting dalam
mengubah sikap karyawan mereka agar dapat bekerja lebih keras dan mencapai
kinerja pekerjaan yang lebih tinggi. Karyawan diusahakan supaya menyukai
pekerjaan yang ia dapatkan agar dapat menghasilkan kinerja yang baik. Manajer
dalam mengubah sikap karyawan juga harus memiliki kemampuan yang tepat,
misalnya diberi bonus jika bisa menyelesaikan pekerjaan tepat waktu. Diberikan
reward dan punishment kepada karyawan tersebut, sehingga memunculkan sikap take
and give.
Juga ada beberapa hal yang dicari dalam pekerjaan adalah:
1. Mencari penghasilan
Hal ini adalah hal yang paling dasar yang mendorong seseorang
untuk bekerja. Untuk mencari nafkah (uang), untuk mencukupi kebutuhannya
dan keluarga. Hal ini juga yang biasa digunakan sebagai pertimbangan dalam
memilih suatu pekerjaan. Semakin besar gaji (uang) yang ditawarkan oleh
pekerjaan tersebut, maka semakin menarik perkerjaan itu. Banyak orang yang
berpindah-pindah kerja untuk mencari gaji yang lebih tinggi.
2. Pengembangan diri
Adalah tabiat manusia untuk ingin berkembang menjadi lebih baik.
Orang bekerja karena mereka ingin mencari pengembangan (potensi) diri mereka.
Mereka akan mencari pekerjaan dimana mereka dapat mengembangkan diri
mereka disana. Pekerjaan dengan jenjang karir bagus dimana berarti ada peluang
pengembangan diri selalu menjadi incaran. Pertimbangan yang lain adalah
korelasi pekerjaan dengan bidang keilmuan dan minat mereka. Keseusaian ini akan
mempermudah dalam pekerjaannya, dan sebagai salah satu bentuk pengembangan diri
mereka.
3. Mencari teman/sarana bersosialisasi
Manusia adalah makhluk sosial yang perlu untuk bersosialisasi.
Maka manusia perlu bekerja untuk menambah teman dan relasi mereka. Sebagai
media dan tempat mereka untuk bersosialisasi. Dalam hal ini faktor yang menjadi
pertimbangan adalah lingkungan kerja dan juga rekan kerja. Lingkungan kerja
yang nyaman dan rekan kerja yang kooperatif menjadi pertimbangan seseorang
dalam memilih suatu perkerjaan.
4. Mencari kebanggaan/kehormatan diri
Hal lain yang dicari oleh orang dengan bekerja adalah kebanggaan
dan kehormatan diri. Orang yang mencukupi kebutuhan dirinya dengan bekerja
lebih terhormat dibandingkan orang yang tergantung pada orang lain. Pada
beberapa orang, kehormatan diri juga bergantung dari jenis
pekerjaan, tempat kerja dan nama perusahaan. Ada orang yang merasa lebih
terhormat dengan bekerja sebagai pegawai kantoran. Dan ada juga orang yang
bangga dengan bekerja di perusahaan top.
5. Fungsi psikologi untuk pekerjaan
Umumnya psikologi digunakan dalam bidang HRD dalam sebuah
perusahaan untuk menentukan bagaimana seorang individu ditempatkan di sebuah
bdiang pekerjaan. Juga mengatur bagaimana prestasi seorang pekerja akan dinilai
dan direward. HRD juga bekerja di bagian manajemen SDM, mereka juga menilai
motivasi kerja, kepuasan kerja serta moral dari seorang pekerja.
b.
Proses dalam memilih pekerjaan
Proses perkembangan dalam pemilihan pekerjaan bagi individu
dijelaskan oleh Donald Super.
Perkembangan pemilihan karier pekerjaan dibagi menjadi lima
tahap, yaitu :
1.
Cristalization, Individu berusaha mencari
berbagai bekal ilmu pengetahuan dan keterampilan melalui pendidikan formal dan
nonformal untuk persiapan masa depan hidupnya.
2.
Spesification, Individu akan meneruskan
pendidikannya pada jenjang khusus yang sesuai dengan minat-bakatnya. Masa
spesifikasi ini lebih mengarah pada jalur pendidikan yang menjurus pada taraf
professional atau keahlian.
3.
Implementation, Individu mulai menerapkan
pengetahuan dan keterampilan yang telah diperoleh pada masa sebelumnya, secara
nyata dalam kehidupan sehari-hari sesuai dengan bidang keahlian atau profesi
nya. Misalnya setelah ia lulus dalam pendidikan psikologi nya ia berprofesi
sebagai seorang psikolog
4.
Stabilization, Individu menekuni bidang
profesinya sampai benar-benar ahli di bidangnya sehingga individu dapat mencapai
prestasi puncak. Taraf ini ditandai dengan prestasi individu menduduki posisi
penting, misalnya direktur perusahaan,dsb
5.
Consolidation, Setelah mencapai puncak karier,
individu mulai memikirkan kembali sesuatu yang telah dilakukan selama ini baik
yang berhasil maupun yang gagal.
Fase remaja sangat penting untuk dilalui oleh anak-anak karena
akan memengaruhi masa depan mereka. Terutama dalam hal bagaimana anak-anak
mendeskripsikan siapa diri mereka serta bagaimana mereka bersikap terhadap
lingkungan mereka di masa depan. Jika anak-anak gagal menjalani fase remaja
dengan baik, maka tugas-tugas perkembangan mereka di fase usia selanjutnya akan
rentan terganggu.
Apalagi tugas perkembangan yang utama dilakukan dalam fase
remaja adalah untuk mencari identitas diri. Identitas diri mencakup bagaimana
seorang anak melihat diri mereka, bagaimana mereka menilai kelebihan dan
kekurangannya, bagaimana mereka menentukan bayangan sosok ideal yang mereka
ingin perankan, serta bagaimana mereka menentukan bayangan masa depan yang
mereka inginkan. Ketika anak-anak pada usia ini gagal mengetahui siapa
identitas mereka, maka mereka akan mengalami kebingungan yang akan rentan
berdampak pada tugas-tugas perkembangan mereka selanjutnya.
Proses mencari identitas diri juga bukanlah suatu hal yang
mudah. “Anak-anak harus mengeksplorasi diri mereka di dalam lingkungan serta
menghadapi tantangan lingkungan, sementara di waktu yang bersamaan mereka juga
mengalami perubahan-perubahan di aspek fisik, kognitif, dan psikologis, yang
membuat mereka harus beradaptasi,” lanjut Pustika. Proses yang tidak mudah
inilah yang membuat anak-anak kerap terkesan “labil”.
Adapun fase-fase dalam memilih pekerjaan:
1) Tahap Pertama, pada umur 15029 tahun: Pada tahap ini, seseorang umumnya
memilih jurusan, yang menurutnya baik dan ia suka. Apakah seseorang memilih
jurussan tertentu oleh karna masalah imej jurusan tersebut. Salah satu faktor,
bisa juga ia memilih jurusan tertentu karena rekomendasi orang tua dan sisi
ekonomi atau peluang kerja.
2) Tahap Kedua, pada umur 22-30 tahun: Pada fase ini, orang memilih karir
sesuai dengan jurusan apa yang ia pilih. Ini biasanya bisa terjadi sampai umu
30tahun. Ada gairah terhadap pekerjaan apalagi kalu diperusahaan tempat ia
bekerja ada suasana kondusif ditambah dengan jenjang karier yang jelas.
3) Tahap Ketiga, pada umur 30-38 tahun: Bila seseorang menekuni pekerjaannya
pada fase kedua, kinerjanya akan semakin baik pada fase ini. Kinerja umumnya
diatas rata-rata. Gairah kerja semakin bertambah. Ia mungkin mencapai posisi
manager dalam sebuah perusahaan pada fase ini. Karir semakin mantap dan bisa
sampai menduduki posisi Vice President.
4) Tahap Keempat, pada umur 38-45 tahun: Inilah tahapan atau fase yang tepat
untuk memikirkan ulang pekerjaan yang seharusnya ditekuni. Pada safe ini
biasanya orang mulai makin sadar akan pekerjaannya yang seharusnya ia tekuni.
Ini adalah fase yang kritis karena pada fase ini akan muncul pertanyaan “ Mau
kemana arah atau Jalur Karir yang di tempuh? “. Pada fase ini persaingan ke
posisi yang lebih tinggi semakin ketat. Peluang untuk naik ke posisi yang
banyak membuat kebijakan strategis semakin kecil karena persaingan atau ada
orang yang lebih hebat atau lebih cerdas dari anda untuk menduduki posisi
tersebut. Pada saat yang sama, anda juga ingin merasakan keleluasan untuk
memberikan keputusan. Ada keinginan unutk membuat keputusan-keputusan yang
lebih besar bagi perusahaan atau organisasi yang akan menambah kepuasan diri
juga ada sel-actualitation.
5) Tahap Kelima, pada umur 45-55 tahun: Bila seseorang lolos pada fase keempat,
biasanya ia akan semakin mantap pada fase ini, khususnya mereka yang memilih
karir atau menemukan pekerjaan yang cocok dengan bakat dan talenta pribadinya.
6) Tahap Keenam, pada umur 55-62 tahun: Orang – orang yang sukses
melewati tahap keempat dan kelima akan mengalami gairah kerja yang semakin
bertambah pada fase ini.
7) Tahap Ketujuh, pada umur 62-70 tahun: Pada fase ini orang mulai memikirkan
bagaimana menerukan karir yang sudah dibangun atau perusahaan yang sudah
dirintis dan berjalan. Ia mulai memikirkan siapa yang akan mengantikannya
dikemudian hari. Bila anda kebetulan pada fase ini, anda sudah harus memikirkan
bagaimana agar appa yang sudah dimulai dan dikerjaakn bisa diterukan dalam
track yang benar oleh penerus anda.
c.
Memilih pekerjaan yang cocok
Untuk memilih
pekerjaan yang cocok dengan diri sendiri pertama-tama kita harus bisa
mengetahui karakteristik kita sendiri. Biasanya kita dapat mengikuti tes-tes
psikologi yang tersedia, atau umumnya saat kita mau melamar pekerjaan kita
diberikan tes psikologi yang menilai dimana seorang pekerja akan ditempatkan
nantinya ketika ia sudah diterima.
Ada pula ketika
sekolah individu dapat mencari tahu bakat dan minat dirinya dari tes-tes
psikologi yang diberikan sekolahnya dahulu. Atau bahkan kita dapat
mengobservasi diri kita sendiri, mencari bagaimana gaya belajar kita, apa minat
dan hal yang kita senangi. Dari hasil-hasil tersebut kita dapat memilih
pekerjaan yang cocok dengan karakteristik kita.
Contoh-contoh karakteristik
adalah seperi berikut ini :
Orang yang memiliki
perpaduan Koleris dan Sanguin (atau sebaliknya), biasanya memiliki
kemampuan untuk memimpin karena semangat dan kepercayaan dirinya tinggi, cocok
untuk bekerja dalam posisi yang harus memimpin orang lain. Orang yang memiliki
perpaduan Sanguin dan Plegmatis (atau sebaliknya), biasanya memiliki kemampuan
dalam membina relasi dan persahabatan, dapat bekerja di bidang konseling atau
bidang pelayanan social atau bidang pelayanan lainnya. Orang yang memiliki
perpaduan Plegmatis dan Melankolis (atau sebaliknya), biasanya punya kemampuan
untuk menganalisa karena ketelitian dan kecermatannya, bisa bekerja dalam
bidang adiministrasi atau keuangan. Orang yang memiliki perpaduan Melankolis
dan Koleris (atau sebaliknya), biasanya punya semangat kerja dan produktivitas
yang sangat tinggi. Itu hanyalah beberapa contoh dari banyaknya karakteristik
yang ada untuk menemukan bidang pekerjaan yang tepat. Dengan mengetahui
karakteristik yang individu miliki, kita dapat bekerja dengan efektif dan
produktif karena adanya ketepatan dengan karakteristik yang kita miliki.
·
Kepribadian Artistik
Karakter: Kreatif, imajinasi yang tak pernah berhenti, suka
mengekspresikan diri, suka bekerja tanpa aturan, menikmati pekerjaan yang
berkaitan dengan design/ warna/ kata –kata. Orang artistic merupakan pemecahan masalah yang sangat hebat karena
mereka menggabungkan pola pikir intuisi dan pendekatan rasional. Pekerjaan yang
cocok: Editor, Grafik Desainer, Guru drama, Arstirek, Produser, Ahli
kecantikan,Model, Pemain Film, Sutradara.
·
Kepribadian Konvensional
Karakter : Menyukai aturan, prosedur yang rapi, tepat waktu,
suka bekerja dengan rincian data, tertib, cenderung pendiam, dan lebih
hati-hati. Pekerjaan yang cocok: Akuntan, Petugas Asuransi, Penegak Hukum,
Pengacara, Penulis, Penerjemah.
·
Kepribadian Aktif
Karekter : Gigih, berani, suka berkompetisi, penuh semangat,
pekerja keras. Pekerjaan yang cocok: Wiraswasta, Direktur Program, Manajer.
·
Kepribadian Investigasi
Karakter : Analitis, intelektual, ilmiah, menyukai misteri,
sangat memperhatikan detail, menggunakan logika. Pekerjaan yang cocok: Analisis
system computer, Programmer, Dosen, Dokter.
·
Kepribadian Realistis
Karakter : Realistis, praktis, simple, bekerja di luar ruangan,
berorientasi pada masalah dan solusinya. Pekerjaan yang cocok: Tukang listrik,
Dokter gigih, Insinyur.
·
Kepribadian Sosial
Karakter : Suka membantu orang lain, dapat berkomunikasi dengan
baik, bekerja dalam tim, sabar, murah hati. Pekerjaan yag cocok: Psikolog,
Guru, Mediator, Perawat.
d.
Penyesuaian diri dalam pekerjaan
Penyesuaian diri adalah suatu usaha individu untuk dapat
merubah dirinya ketika mereka berada di lingkungan keluarga, sekolah dan di
masyarakat yang dapat ditunjukkan melalui aktifitas-aktifitas seperti: dapat
menguasai lingkungan dimana individu berada, penuh percaya diri, bersedia
menerima teman dalam kelompok, bersedia mengatasi masalah, dan bersedia
merencanakan sesuatu dengan pikiran.
Pada dasarnya, penyesuaian diri memiliki dua aspek, yaitu
penyesuaian pribadi dan penyesuaian sosial.
1.
Penyesuaian Pribadi
Penyesuaian pribadi adalah
kemampuan individu untuk menerima dirinya sendiri sehingga tercapainya hubungan
yang harmonis antara siapa dirinya dengan lingkungan kerjanya. Ia sadar
sepenuhnya siapa dirinya, apa kelebihan dan kekurangannya dan bertindak
objektif sesuai dengan kondisi dirinya tersebut. Keberhasilan diri pribadi
dengan tidak adanya rasa benci, lari dari kenyataan atau tanggungjawab, kecewa
atau tak percaya pada kondisi dirinya. Kehidupan kejiwaannya ditandai dengan
tidak adanya kegoncangan atau kecemasan yang menyertai rasa bersalah, rasa
tidak puas, rasa cemas, rasa kurang dan keluhan terhadap nasib yang dialaminya.
2.
Penyesuaian Sosial
Setiap individu hidup dalam
masyarakat, dimana terdapat proses saling mempengaruhi satu sama lain. Dari
proses tersebut timbul pola kebudayaan dan tingkah laku sesuai dengan sejumlah
aturan, hukum, adat dan nilai-nilai yang mereka patuhi, demi untuk mencapai
penyesuaian bagi persoalan-persoalan hidup sehari-hari.
Dalam dunia kerja ada 2 hal yang tidak bisa dipisahkan yaitu
karyawan dan perusahaan. Seseorang yang dapat menyesuaikan dirinya dengan
pekerjaannya yaitu apabila terdapat adanya kepuasan kerja.
faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja karyawan, diantaranya
adalah kesesuaian pekerjaan, kebijakan organisasi termasuk kesempatan
berkembang, lingkungan kerja dan perilaku atasan. faktor yang dapat
mempengaruhi kepuasan menurut Kreitner dan Kinichi, yaitu:
1.
Pemenuhan Kebutuhan (need fulfillment)
pekerjakaan memberikan kesempatan
pada individu intuk memenuhi kebutuhannya.
2.
Perbedaan (discrepancies)
Kepuasan merupakan suatu hasil
memenuhi harapan. Pemenuhan harapan mencerminkan perbedaan antara apa yang
diharapkan dan apa yang diperoleh individu dari pekerjaannya.
3.
Pencapaian nilai (volue attainment)
Kepuasan hasil dari persepsi pekerjaan memberikan pemenuhan
nilai kerja individual.
4.
Keadilan (equity)
Kepuasan merupakan fungsi dari seberapa adil individu
diperlakukan di tempat kerja.
5.
Komponan genetik (genetic components)
kerja disamping karakteristik lingkungan pekerjaan.
Selain itu ada juga faktor penentu
kepuasan kerja yaitu:
1. Gaji/upah
Menurut Theriault, kepuasan kerja merupakan fungsi dari jumlah
absolute dari gaji yang diterima, derajat sejauh mana gaji memenuhi
harapan-harapan tenaga kerja dan bagaimana gaji diberikan.
2. Kondisi
kerja yang menunjang
Bekerja dalam ruangan atau tempat kerja yang tidak menyenangkan
(uncomfortable) akan menurunkan semangat untuk bekerja. Oleh karena itu,
perusahaan harus membuat kondisi kerja yang nyaman dan menyenangkan sehingga
kebutuhan-kebutuhan fisik terpenuhi dan menimbulkan kepuasan kerja.
3. Hubungan
kerja
a.
Hubungan dengan
rekan kerja
Ada tenaga kerja dalam menjalankan pekerjaannya memperoleh
masukan dari tenaga kerja lain (dalam bentuk tertentu). Keluarannya (barang yag
setengah jadi) menjadi masukkan untuk tenaga kerja lainya, misalnya pekerja
konveksi. Hubugan antara pekerja adalah hubungan ketergantungan sepihak yang
berbentuk fungsional.
b.
Hubungan dengan
atasan
Kepemimpinan yang konsisten
berkaitan dengan kepuasan kerja adalah tenggangrasa (consideration). Hubungan
fungsional mencerminkan sejumlah atasa membantu tenaga kerja untuk memuaskan
nilai-nilai pekerjaan yang penting bagi tenaga kerja. Hubungan keseluruhan
didasarkan pada ketertarikkan antara pribadi yang mencerminkan sikap dasar dan
nilai-nilai yang serupa, misalnya keduanya mempuyai pandangan hidup yang sama.
e.
waktu luang
Definisi Waktu Luang Dalam
bahasa Inggris waktu luang dikenal dengan sebutan leisure. Kata leisure sendiri
berasal dari bahasa Latin yaitu licere yang berarti diizinkan (To be Permited)
atau menjadi bebas (To be Free). Kata lain dari leisure adalah loisir yang
berasal dari bahasa Perancis yang artinya waktu luang (Free Time), George Torkildsen
(Januarius Anggoa, 2011).
Berdasarkan teori dari
George Torkildsen dalam bukunya yang berjudul leisure and recreation management
(Januarius Anggoa, 2011) definisi berkaitan dengan leisure antara lain :
a. Waktu luang sebagai waktu (leisure as time) Waktu
luang digambarkan sebagai waktu senggang setelah segala kebutuhan yang mudah
telah dilakukan. Yang mana ada waktu lebih yang dimiliki untuk melakukan segala
hal sesuai dengan keinginan yang bersifat positif. Pernyataan ini didukung oleh
Brightbill yang beranggapan bahwa waktu luang erat kaitannya dengan kaitannya
dengan kategori discretionary time, yaitu waktu yang digunakan menurut pemilihan
dan penilaian kita sendiri.
b. Waktu luang sebagai aktivitas (leisure as activity) Waktu
luang terbentuk dari segala kegiatan bersifat mengajar dan menghibur pernyataan
ini didasarkan pada pengakuan dari pihak The International Group of the Social
Science of Leisure, menyatakan bahwa: “ waktu luang berisikan berbagai macam
kegiatan yang mana seseorang akan mengikuti keinginannya sendiri baik untuk
beristirahat, menghibur diri sendiri, menambah pengetahuan atau mengembangkan
keterampilannya secara objektif atau untuk meningkatkan keikutsertaan dalam
bermasyarakat.”
c. Waktu luang sebagai suasana hati atau mental yang
positif (leisure as an end in itself or a state of being) Pieper beranggapan
bahwa:“Waktu luang harus dimengerti sebagai hal yang berhubungan dengan
kejiwaan dan sikap yang berhubungan dengan hal-hal keagamaan, hal ini bukan
dikarenakan oleh faktor-faktor yang datang dari luar. Hal ini juga bukan
merupakan hasil dari waktu senggang, liburan, akhir pekan, atau liburan
panjang.
d. Waktu luang sebagai sesuatu yang memiliki arti luas
(leisure as an all embracing)
Menurut Dumadezirer, waktu luang adalah relaksasi, hiburan, dan pengembangan diri. Dalam ketiga aspek tersebut, mereka akan menemukan kesembuhan dari rasa lelah, pelepasan dari rasa bosan, dan kebebasan dari hal-hal yang bersifat menghasilkan. Dengan kata lain, waktu luang merupakan ekspresi dari seluruh aspirasi manusia dalam mencari kebahagiaan, berhubungan dengan tugas baru, etnik baru, kebijakan baru, dan kebudayaan baru. kebudayaan baru.
Menurut Dumadezirer, waktu luang adalah relaksasi, hiburan, dan pengembangan diri. Dalam ketiga aspek tersebut, mereka akan menemukan kesembuhan dari rasa lelah, pelepasan dari rasa bosan, dan kebebasan dari hal-hal yang bersifat menghasilkan. Dengan kata lain, waktu luang merupakan ekspresi dari seluruh aspirasi manusia dalam mencari kebahagiaan, berhubungan dengan tugas baru, etnik baru, kebijakan baru, dan kebudayaan baru. kebudayaan baru.
e. Waktu luang sebagai suatu cara untuk hidup (leisure
as a way of living)
Seperti yang dijelaskan oleh Goodale dan Godbye dalam buku The Evolution Of Leisure: “Waktu luang adalah suatu kehidupan yang bebas dari tekanan-tekanan yang berasal dari luar kebudayaan seseorang dan lingkungannya sehingga mampu untuk bertindak sesuai rasa kasih yang tak terelakkan yang bersifat menyenangkan, pantas, dan menyediakan sebuah dasar keyakinan”.
Seperti yang dijelaskan oleh Goodale dan Godbye dalam buku The Evolution Of Leisure: “Waktu luang adalah suatu kehidupan yang bebas dari tekanan-tekanan yang berasal dari luar kebudayaan seseorang dan lingkungannya sehingga mampu untuk bertindak sesuai rasa kasih yang tak terelakkan yang bersifat menyenangkan, pantas, dan menyediakan sebuah dasar keyakinan”.
Hal
senada juga diungkapkan oleh Soetarlinah Sukadji (Triatmoko, 2007) yang melihat
arti istilah waktu luang dari 3 dimensi, yaitu:
1. Dilihat dari dimensi waktu, waktu luang dilihat
sebagai waktu yang tidak digunakan untuk bekerja mencari nafkah, melaksanakan
kewajiban, dan mempertahankan hidup.
2. Dari segi cara pengisian, waktu luang adalah waktu
yang dapat diisi dengan kegiatan pilihan sendiri atau waktu yang digunakan dan
dimanfaatkan sesuka hati.
3. Dari sisi fungsi, waktu luang adalah waktu yang
dimanfaatkan sebagai sarana mengembangkan potensi, meningkatkan mutu pribadi, kegiatan
terapeutik bagi yang mengalami gangguan emosi, sebagai selingan hiburan, sarana
rekreasi, sebagai kompensasi pekerjaan yang kurang menyenangkan, atau sebagai
kegiatan menghindari sesuatu.
Dengan banyaknya definisi waktu luang, dapat disimpulkan bahwa
waktu luang adalah waktu yang mempunyai posisi bebas penggunaannya dan 13 waktu
tersebut berada diluar kegiatan rutin sehari-hari sehingga dapat dimanfaatkan
secara positif guna meningkatkan produktifitas hidup yang efektif dan pengisian
waktu luang dapat diisi dengan berbagai macam kegiatan yang mana seseorang akan
mengikuti keinginannya sendiri baik untuk beristirahat, menghibur diri sendiri,
menambah pengetahuan atau mengembangkan keterampilannya secara objektif.
Hal-hal yang perlu di pertimbangkan dalam
memilih kegiatan untuk mengisi waktu luang ialah :
1.
Waktu
2.
Tuntutan sosial. Ini berasal dari keinginan keluarga, teman, kelompok,
adat istiadat, norma lingkungan, lingkungan kerja, lingkungan sosial lainnya.
3.
Dukungan dana
4.
Pengalaman masa lampau
5.
Tersedianya atau ditawarkannya berbagai pilihan kegiatan
6.
Tersedianya lahan
7.
Kemampuan
8.
Kebutuhan psikologis masing-masing pelaku
9.
Falsafah dan nilai yang dimiliki
10.
Pengaruh lingkungan fisik maupun budaya setempat
Sikap masyarakat dan budaya
terhadap kegiatan-kegiatann tertentu
2.
SELF – DIRECTED CHANGES
a.
Konsep dan pengertian self-directed changes
Apa
itu Self – Directed – Change ?
Self –> Diri atau
Pribadi
Directed –> Mengarahkan
Change –> Berubah
Kalo diambil maknanya, disini
maksudnya adalah “Mengarahkan Perubahan Diri”. Kita
dilahirkan ke dunia sebagai manusia dengan berbagai wujud dan sifat atau
pribadi yang berbeda-beda, maka munculah kalimat “manusia itu unik
loh..” Beribu-ribu, berjuta-juta, bermilyar-milyar bahkan
bertrilyun-trilyun manusia yang diciptakan Tuhan di dunia ini ga ada yang sama.
7 orang yang mirip kita di dunia aja belum tentu punya pribadi yang sama juga.
contoh : anak kembar
Bahkan, saudara kembar yang
tampilan fisiknya serupa aja pasti punya perbedaan.
Sebenernya
apasih yang membentuk kita menjadi pribadi yang seperti ini?
a. Pengaruh Biologis
Karakteristik fisik seperti warna
mata dan warna rambut, bentuk tubuh, bentuk hidung, pada dasarnya ditentukan
pada saat konsepsi. Intelegensi dan kemampuan khusus tertentu seperti bakat
musik dan seni, dalam beberapa hal juga tergantung pada faktor hereditas
(keturunan).
b. Pengalaman
Hasil lain yang besar pengaruhnya
terhadap kepribadian adalah hasil hubungan kita dengan lingkungan atau
pengalaman. Dibedakan menjadi pengalaman umum dan pengalaman khusus.
1.
Pengalaman umum
Semua keluarga dalam suatu budaya
tertentu memiliki keyakinan, kebiasaan dan nilai yang umum. Selama
perkembangannya, anak belajar untuk melakukan perilaku dengan cara yang
diharapkan oleh buudaya tersebut.
2.
Pengalaman khusus
Di luar warisan biologis yang
unik dan cara penyampaian budaya tertentu, individu dibentuk oleh pengalamn
khusus. Setiap orang bereaksi terhadap tekanan sosial dengan caranya sendiri.
Disamping itu, sejak lahir seorang anak sudah membawa ciri-ciri tertentu, maka
reaksinya terhadap lingkungan atau reaksi lingkungan terhadapnya bersifat khas.
Pengalaman unik ini menentukan bagian dirinya yang bersifat khas, unik dan tak
ada duanya.
Lalu, apakah pribadi baik yang
diturunkan secara gen maupun yang kita pelajari melalui lingkungan akan kita
terima begitu aja? Apa kita ga bisa merubahnya lagi?
Mengarahkan
perubahan pribadi.
Pribadi kita selalu berkembang
seiring berjalannya waktu dengan harapan akan lebih matang dan dewasa pastinya.
Namun apabila perkembangan tersebut kita rasa tak sesuai dengan apa yang kita
harapkan, kita masih dapat merubahnya? Jawabannya adalah “YA” Kita mempunyai
hak untuk merubah pribadi kita sesuai yang kita inginkan, selagi perubahan
tersebut tidak berpengaruh buruk terhadap orang lain. Artinya, kita bebas untuk
berubah namun kebebasan kita dibatasi oleh kebebasan orang lain.
Untuk itu perlu adanya pengarahan.
Gunanya adalah agar perubahan diri kita dapat terkontrol, terarahkan,
terkendali sehingga tidak terjadi hal yang tidak kita inginkan.
Pribadi yang ada di diri kita dan
kita tanam sejak lama akan kita gunakan sesuai dengan porsinya. Maksudnya, walaupun
kita telah diwarisi ciri fisik dan kepribadian tertentu, kita tetap bisa
memilih untuk mengendalikan perilaku dan dampak yang muncul dari pribadi
tersebut terhadap orang lain disekitar kita. Begitu pribadi tersebut
dikenali, kita bisa secara sadar memilih untuk menekan dorongan mendasar bila
hal itu dianggap tidak tepat.
Lalu bagaimana cara mengarahkan
perubahan diri?
Berikut ini beberapa tahapan
untuk melakukan perubahan diri yang terarah.
1.
Meningkatkan
kontrol diri
Seperti yang telah disebutkan diatas,
bahwa diri kita memiliki kebebasan untuk berubah, namun kebebasan kita dibatasi
oleh kebebasan orang lain. Sehingga dibutuhkan pengontrolan diri. Semakin besar
perubahan diri yang kita buat, akan semakin besar pengontrolan diri yang kita
lakukan.
2.
Menetapkan
tujuan
Saat kita sudah memutuskan untuk
melakukan perubahan diri, maka disaat itupun kita juga harus sudah menetapkan
apa tujuan dari perubahan yang kita lakukan.
3.
Pencatatan
perilaku
Melakukan pencatatan perilaku
tidak bisa dianggap remeh. Dalam melakukan perubahan diri, ada baiknya apabila
melakukan pencatatan perilaku baik perilaku yang ingin diubah maupun perilaku
yang telah berhasil diubah.
4.
Menyaring
anteseden perilaku
Apa yang dimaksud anteseden?
Anteseden merupakan peristiwa yang dialami saat ini namun peristiwa tersebut
merupkan akibat dari peristiwa sebelumnya. Menyaring anteseden berguna untuk
mereview apa saja perubahan yang telah kita lakukan dan apa saja akibat yang
telah kita terima dari perubahan tersebut.
5.
Menyusun
konsekuensi yang efektif
Setelah menyaring anteseden,
dibutuhkan konsekuensi yang efektif untuk mendukung perubahan yang lebih
positif.
6.
Menerapkan
pencana intervensi
Setelah melakukan penyusunan,
kita dapat menerapkannya dalam praktek perubahan diri. Apabila penyusunan yang
dibuat benar-benar matang, hal tersebut dapat mempermudah dalam melakukan
penerapan pencana intervensi.
7.
Evaluasi
Setelah melakukan 6 tahap diatas,
evaluasi menjadi tahap terakhir yang tak kalah penting. Tanpa evaluasi, bagai
makan tanpa hidangan penutup. Evaluasi dilakukan untuk melakukan penilaian
terhadap perubahan yang telah dilakukan. Hasil dari perubahan pun dapat
terlihat apakah perubahan yang kita lakukan sesuai yang diharapkan atau justru
menyimpang dari harapan.
Sumber:
Keith, Davis, Jhon W. Newstrom, 1995. Perilaku Dalam
Organisasi, Edisi Ketujuh,Erlangga, Jakarta
Prabowo, Hendro. B.P. Dwi Riyanti.1998.Psikologi Umum 2.Jakarta: GunadarmaR. Tickle, Naomi.2012.Cara Cepat Membaca Wajah.Jakarta: Ufuk PressSAP Kesehatan Mental 2012.
Atwater, E., 1983, Psychology of Adjustment, Personal Growth in a
Changing Worls, 2nd Ed., Prentice
Hall, New Jersey
Schultz, D.,
1983, Psikologi
Pertumbuhan, Model-Model kepribadian yang Sehat, Kanisius, Yogyakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar