PSIKOLOGI
MENTAL
PENYESUAIAN
DIRI DAN PERTUMBUHAN dan STRESS
Dosen pembimbing
: Wahidah Zahroh
Kelas : 2 PA 17
kelompok : 3
kelompok : 3
Nama Anggota :
Adelina Ayu Andyani
|
10514207
|
Anisa Nur Arifah
|
11514289
|
Aulia Suryani
|
11514839
|
Devia Hira Wardhani
|
12514840
|
Feby Rendra Febriani
|
14514139
|
Heni Rahmawati
|
14514914
|
Irfan Ramiz Putra Andika
|
15514446
|
Jeckwin Giovally Latuhihin
|
15514613
|
Mutia Ramadayu
|
17514676
|
UNIVERSITAS
GUNADARMA
FAKULTAS
PSIKOLOGI
2016
A.
PENYESUAIAN DIRI DAN PERTUMBUHAN
a.
Penyesuaian diri
penyesuaian diri dapat
didefinisikan sebagai interaksi anda yang kontinu dengan diri anda sendiri,
dengan orang lain dan dengan dunia anda (Calhoun dan Acocella dalam
Sobur,2003:526).
Penyesuaian diri merupakan
suatu konstruksi atau banguan psikologi yang luasdan kompleks, serta melibatkan
semua reaksi individu terhadap tuntutan baik dari lingkungan luar maupun dari
dalam diri individu itu sendiri. Dengan perkataan lain, masalah penyesuaian
diri menyangkut aspek kepribadian individu dalam interaksinya dengan lingkungan
dalam dan luar dirinya (Desmita, 2009:191).
Penyesuaian diri adalah
usaha manusia untuk mencapai harmoni pada diri sendiri dan pada lingkungannya. Sehingga
rasa permusuhan, dengki, iri hati, prasangka, depresi. Kemarahan, dan lain-lain
emosi negative sebagai respon pribadi yang tidak sesuai dan kurang efesien bisa
dikikis habis (Kartini Kartono, 2002:56).
Penyesuaian diri adalah
suatu proses yang mencangkup respon mental dan tingkah laku, dimana individu
berusaha untuk dapt berhasil mengatasi kebutuhan-kebutuhan dalam dirinya,
ketegangan-ketegangan, konflik-konflik dan frustasi yang dialaminya, sehingga
terwujud tingkat keselarasan atau harmoni antara tuntutan dari dalam diri
dengan apa yang diharapkan oleh lingkungan diaman ia tinggal (Schneiders dalam
Desmita,2009:192).
b.
Pertumbuhan personal
Pertumbuhan
adalah perubahan secara fisiologis sebagai hasil dari proses-proses pematangan
fungsi-fungsi fisik yang berlangsung secara normal yang sehat pada waktu yang
normal. Proff Gessel mengatakan bahwa pertumbuhan pribadi manusia berlangsung
secara terus-menerus.
Proses
Pertumbuhan Individu secara fisik
Dari bayi
hingga tua kita sebagai manusia normal mengalami pertumbuhan secara terus
menerus. Penyesuaian diri dengan lingkungan nya pun terus berkembang.
Variasi
dalam Pertumbuhan
Dalam
variasi pertumbuhan memang sangat beragam. Tidak semua individu berhasil dalam
melakukan penyesuaian diri berdasarkan tingkatan usia, pertumbuhan fisik,
maupun sosial nya. Mengapa? karena terkadang terdapat rintangan-rintangan yang
menyebabkan ketidakberhasilan individu dalam melakukan penyesuaian, baik
rintangan itu dari dalam diri atau dari luar diri.
Kondisi-Kondisi
untuk Bertumbuh
Kondisi
jasmani seperti pembawa atau konstitusi fisik dan tempramen sebagai
disposisi yang diwariskan, aspek perkembangannya secara intrinsik berkaitan
erat dengan susunan atau konstitusi tubuh, kondisi jasmani dan kondisi
pertumbuhan fisik memang sangat mempengaruhi bagaimana individu dapat
menyesuaikan diri nya.
Carl Roger (1961) menyebutkan 3
aspek yang memfasilitasi pertumbuhan personal dalam suatu hubungan :
1.
Keikhlasan
kemampuan untuk menyadari perasaan sendiri, atau menyadari kenyataan.
2.
Menghormati
keterpisahan dari orang lain tanpa kecuali, dan
3.
Keinginan
yang terus menerus untuk memahami atau berempati terhadap orang lain.
Faktor
yang mempengaruhi pertumbuhan personal :
1. Faktor biologis
Karakteristik anggota tubuh yang
berbeda setiap orang, kepribadian, atau warisan biologis yang sangat kental.
2. Faktor geografis
Faktor lingkungan yang dapat
mempengaruhi kepribadian seseorangdan nantinya akan menentukan baik atau
tidaknya pertumbuhan personal seseorang.
3. Faktor budaya
Tidak di pungkiri kebudayaan juga
berpengaruh penting dalam kepribadian seseorang, tetapi bukan berarti setiap
orang dengan kebudayaan yang sama memiliki kepribadian yang sama juga.
Selain itu, ada satu hal yang tidak
kalah penting berkaitan dengan penyesuaian diri dan pertumbuhan personal adalah
komunikasi. Dengan kemampuan komunikasi yang baik maka penyesuaian diri dan
pertumbuhan personal seseorang juga akan berjalan baik.
Konsep pertumbuhan
personal meliputi :
1. Penekanan
pertumbuhan diri
Pertumbuhan
sendiri adalah perubahan secara fisiologis sebagai hasil dari proses pematangan
fungsi-fungsi fisik yang berlangsung secara normal pada anak yang sehat hingga
dewasa (akhir hayat) pada waktu yang normal. Pertumbuhan dapat juga diartikan
sebagai proses transmisi dari konstitusi fisik (keadaan tubuh atau keadaan
jasmaniah), yang herediter dalam bentuk proses aktif secara berkesinambungan.
Jadi, pertumbuhan berkaitan dengan perubahan kuantitatif yang menyangkut peningkatan
ukuran dan struktur biologis.
2. Variasi
dalam pertumbuhan
Tidak
selamanya individu berhasil dalam melakukan penyesuaian diri, karena
kadang-kadang ada rintangan-rintangan tertentu yang menyebabkan tidak berhasil
melakukan penyesuaian diri. Rintangan-rintangan itu mungkin terdapat dalam
dirinya atau mungkin diluar dirinya. Hal ini yang menyebabkan mengapa adanya
variasi dalam pertumbuhan.
3. Kondisi-kondisi
untuk bertumbuh
Kondisi
jasmaniah seperti pembawa dan strukrur atau konstitusi fisik dan temperamen
sebagai disposisi yang diwariskan, aspek perkembanganya secara intrinsik
berkaitan erat dengan susunan atau konstitusi tubuh. Shekdon mengemukakan bahwa
terdapat kolerasi yang tinggi antara tipe-tipe bentuk tubuh dan tipe-tipe
tempramen (Surya, 1977). Misalnya orang yang tergolong ekstomorf yaitu yang
ototnya lemah, tubuhnya rapuh, ditandai dengan sifat-sifat menahan diri, segan
dalam aktivitas sosial, dan pemilu. Karena struktur jasmaniah merupakan kondisi
primer bagi tingkah laku maka dapat diperkirakan bahwa sistem saraf, kelenjar,
dan otot merupakan faktor yang penting bagi proses penyesuaian diri. Beberapa
penelitian menunjukan bahwa gangguan dalam sisitem saraf, kelenjar, dan otot
dapat menimbulkan gejala-gejala gangguan mental, tingkah laku, dan kepribadian.
Dengan demikian, kondisi sistem tubuh yang baik merupakan syaraf bagi
tercapainya proses penyesuaian diri yang baik. Disamping itu, kesehatan dan
penyakit jasmaniah juga berhubungan dengan penyesuaian diri, kualitas
penyesuaian diri yang baik hanya dapat diperoleh dan dipelihara dalam kondisi
kesehatan jasmaniah yang baik pula. Ini berarti bahwa gangguan penyakit
jasmaniah yang diderita oleh seseorang akan mengganggu proses penyesuaian
dirinya.
4. Fenomenologi
pertumbuhan
Fenomenologi memandang manusia hidup
dalam “dunia kehidupan” yang dipersepsi dan diinterpretasi secara subyektif.
Setiap, orang mengalami dunia dengan caranya sendiri.
B.
STRESS
a.
Arti penting stress
Stress
adalah bentuk ketegangan dari fisik, psikis, emosi maupun mental. Bentuk
ketegangan ini mempengaruhi kinerja keseharian seseorang. Bahkan stress dapat
membuat produktivitas menurun, rasa sakit dan gangguan-gangguan mental. Pada
dasarnya, stress adalah sebuah bentuk ketegangan, baik fisik maupun mental.
Sumber stress disebut dengan stressor dan ketegangan yang di akibatkan karena
stress, disebut strain.
Menurut
Robbins (2001) stress juga dapat diartikan sebagai suatu kondisi yang menekan
keadaan psikis seseorang dalam mencapai suatu kesempatan dimana untuk mencapai
kesempatan tersebut terdapat batasan atau penghalang. Dan apabila pengertian
stress dikaitkan dengan penelitian ini maka stress itu sendiri adalah suatu
kondisi yang mempengaruhi keadaan fisik atau psikis seseorang karena adanya
tekanan dari dalam ataupun dari luar diri seseorang yang dapat mengganggu
pelaksanaan kerja mereka.
Menurut
Woolfolk dan Richardson (1979) menyatakan bahwa adanya system kognitif, apresiasi
stress menyebabkan segala peristiwa yang terjadi disekitar kita akan dihayati
sebagai suatu stress berdasarkan arti atau interprestasi yang kita berikan
terhadap peristiwa tersebut, dan bukan karena peristiwa itu sendiri.Karenanya
dikatakan bahwa stress adalah suatu persepsi dari ancaman atau dari suatu
bayangan akan adanya ketidaksenangan yang menggerakkan, menyiagakan atau
mambuat aktif organisme.
Sedangkan
menurut Handoko (1997), stress adalah suatu kondisi ketegangan yang
mempengaruhi emosi, proses berpikir dan kondisi seseorang. Stress yang terlalu
besar dapat mengancam kemampuan seseorang untuk menghadapi lingkungannya.
Sedangkan
berdasarkan definisi kerja stress, stress dapat diartikan sebagai:
1.
Suatu
tanggapan adaptif, ditengahi oleh perbedaan individual dan atau proses
psikologis, yaitu suatu konsekuensi dari setiap kegiatan (lingkungan), situasi
atau kejadian eksternal yang membebani tuntunan psikologis atau fisik yang
berlebihan terhadap seseorang.
2.
Sebagai
suatu tanggapan penyesuaian, dipengaruhi oleh perbedaan individu dan atau
proses psikologis yang merupakan suatu konsekuensi dari setiap tindakan dari
luar ( lingkungan ) situasi atau peristiwa yang menetapkan permintaan
psikologis dan atau fisik berlebihan pada seseorang.
Menurut Mason (1971 ) membantah
konsep yang mengatakan bahwa stress hanyalah merupakan badaniah saja.
Ditunjukkkannya bahwa daya adaptasi seseoarang itu tergantung pada
faktor-faktor kejiwaan atau psikologiknya yang menyertai stresor. Stres
bukanlah konsep faal saja, lebih banyak dilihat sebagai konsep perilaku, setiap
reaksi organisme terhadap stresor memungkinkan sekali terlebih dahulu dimulai
oleh kelainan perilaku dan kemudian mungkin baru terjadi akibat faal, kemudian
Mason (1976 ) menunjukkan bahwa terdapat pola hormonal yang berbeda terhadap
stresor fisik yang berbeda.
Pada penelitain Wolf dan Goodel (
1968 ) bahwa individu-individu yang mengalami kesukaran dengan suatu sistem
organ, cenderung akan bereaksi etrhadap stresor dengan gejala dan keluhan dalam
sistem organ yang sama.Kondisi sosial, perasaan dan kemampuan untuk
menanggulangi masalah, ternyata mempengaruhi juga aspek yang berbeda-beda dari
reaksi terhadap stres.
Menurut Selye (Bell, 1996) stress
diawali dengan reaksi waspada (alarm reaction) terhadap adanya ancaman, yang
ditandai oleh proses tubuh secara otomatis, seperti: meningkatnya denyut
jantung, yang kemudian diikuti dengan reaksi penolakan terhadap stressor dan
akan mencapai tahap kehabisan tenaga (exhaustion) jika individu merasa tidak
mampu untuk terus bertahan.
Lazarus (1984) menjelaskan bahwa
stress juga dapat diartikan sebagai:
1.
Stimulus,
yaitu stress merupakan kondisi atau kejadian tertentu yang menimbulkan stress
atau disebut juga dengan stressor.
2.
Respon,
yaitu stress merupakan suatu respon atau reaksi individu yang muncul karena
adanya situasi tertentu yang menimbulkan stress. Respon yang muncul dapat
secara psikologis, seperti: takut, cemas, sulit berkonsentrasi dan mudah
tersinggung.
stress digambarkan sebagai suatu
proses dimana individu secara aktif dapat mempengaruhi dampak stress melalui
strategi tingkah laku, kognisi maupun afeksi.
Jadi, stress dapat mempengaruhi
fisik, psikis mental dan emosi. Tetapi, stress dapat mempunyai dua efek yang
berbeda, bisa negatif ataupun positit, tergantung bagaimana kuatnya individu
tersebut menghadapi stress atau bagaimana individu tersebut mempersepsikan
stress yang sedang dihadapinya.
b.
Tipe-tipe stress psikologis
Tipe-tipe stress psikologis dirangkum dari folkman,
1984; Coleman,dkk,1984 serta Rice, 1992) yaitu:
1.
Tekanan
Tekanan terjadi karena adanya suatu
tuntutan untuk mencapai sasaran atau tujuan tertentu maupun tuntutan tingkah
laku tertentuSecara umum tekanan mendorong individu untuk meningkatkan
performa, mengintensifkan usaha atau mengubah sasaran tingkah laku. Tekanan
sering ditemui dalam kehidupan sehari-hari
dan memiliki bentuk yang berbeda-beda pada setiap individu. Tekanan
dalam beberapa kasus tertentu dapat menghabiskan sumber-sumber daya yang
dimiliki dalam proses pencapaian sasarannya, bahkan bila berlebihan dapat
mengarah pada perilaku maladaptive. Tekanan dapat berasal dari sumber internal
atau eksternal atau kombinasi dari keduanya.Tekanan internal misalnya adalah
sistem nilai, self esteem, konsep diri dan komitmen personal. Tekanan eksternal
misalnya berupa tekanan waktu atau peranyang harus dijalani seseorang, atau
juga dpat berupa kompetisi dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat antara
lain dalam pekerjaan, sekolah dan mendapatkan pasangan hidup.
2.
Frustasi
Frustasi dapat terjadi apabila usaha
individu untuk mencapai sasaran tertentu mendapat hambatan atau hilangnya
kesempatan dalam mendapatkan hasil yang diinginkan. Frustasi juga dapat
diartikan sebagai efek psikologis terhadap situasi yang mengancam, seperti
misalnya timbul reaksi marah, penolakan
maupun depresi.
3.
Konflik
Konflik
terjadi ketika individu berada dalam tekanan dan merespon langsung terhadap dua
atau lebih dorongan, juga munculnya dua kebutuhan maupun motif yang berbeda
dalam waktu bersamaan. Ada 3 jenis konflik yaitu :
1)
Approach – approach conflict, terjadi apabila individu harus
satu diantara dua alternatif yang sama-sama disukai, misalnya saja seseorang
sulit menentukan keputusan diantara dua pilihan karir yang sama-sama
diinginkan. Stres muncul akibat hilangnya kesempatan untuk menikmati alternatif
yang tidak diambil. Jenis konflik ini biasanya sangat mudah dan cepat
diselesaikan.
2)
Avoidence – avoidence conflict, terjadi bila individu
diharapkan pada dua pilihan yang sama- sama tidak disenangi, misalnya wanita muda
yang hamil muda yang hamil diluar nikah, di satu sisi ia tidak ingin aborsi
tapi di sisi lain ia belum mampu secara mental dan finansial untuk membesarkan
anaknya nanti. Konflik jenis ini lebih sulit diputuskan dan memerlukan lebih
banyak tenaga dan waktu untuk menyelesaikannya karena masing-masing alternatif
memilki konsekuensi yang tidak menyenangkan.
3)
Approach – avoidence conflict, adalah situasi dimana
individu merasa tertarik sekaligus tidak menyukai atau ingin menghindar dari
seseorang atau suatu objek yang sama, misalnya seseorang yang berniat berhenti
merokok, karena khawatir merusak kesehatannya tetapi ia tidak dapat
membayangkan sisa hidupnya kelak tanpa rokok.
4.
Kecemasan
Khawatir,
gelisah, takut, dan perasaan semacamnya itu merupakan suatu tanda atau sinyal
seseorang mengalami kecemasan. Biasanya timbul karena adanya rasa kurang
nyaman, rasa tidak aman atau merasa terancam pada dirinya.
c.
Symptom-reducing
responses terhadap stress
Kehidupan akan terus berjalan seiring dengan berjalannya waktu. Individu
yang mengalami stress tidak akan terus menerus merenungi kegagalan yang ia
rasakan. Untuk itu setiap individu memiliki mekanisme pertahanan diri
masing-masing dengan keunikannya masing-masing untuk mengurangi gejala-gejala
stress yang ada.
Mekanisme Pertahanan Diri
1.
Indentifikasi, adalah suatu cara yang digunakan
individu untuk mengahadapi orang lain dengan membuatnya menjadi kepribadiannya,
ia ingin serupa dan bersifat sama seperti orang lain tersebut. Misalnya seorang
mahasiswa yang menganggap dosen pembimbingnya memiliki kepribadian yang
menyenangkan, cara bicara yang ramah, dan sebagainya, maka mahasiswa tersebut
akan meniru dan berperilaku seperti dosennya.
2.
Kompensasi, Seorang individu tidak memperoleh kepuasan dibidang
tertentu, tetapi mendapatkan kepuasaan dibidang lain. Misalnya Andi memiliki
nilai yang buruk dalam bidang Matematika, namun prestasi olahraga yang ia
miliki sangat memuaskan.
3.
Overcompensation / Reaction
Formation ,
Perilaku
seseorang yang gagal mencapai tujuan dan orang tersebut tidak mengakui tujuan
pertama tersebut dengan cara melupakan serta melebih-lebihkan tujuan kedua yang
biasanya berlawanan dengan tujuan pertama. Misalnya seorang anak yang ditegur
gurunya karena mengobrol saat upacara, beraksi dengan menjadi sangat tertib
saat melaksanakan upacara san menghiraukan ajakan teman untuk mengobrol.
4.
Sublimasi, adalah suatu mekanisme sejenis yang
memegang peranan positif dalam menyelesaikan suatu konflik dengan pengembangan
kegiatan yang konstruktif. Penggantian objek dalam bentuk-bentuk yang dapat
diterima oleh masyarakat dan derajatnya lebih tinggi. Misalnya sifat
agresifitas yang disalurkan menjadi petinju atau tukang potong hewan.
5.
Proyeksi, adalah mekanisme perilaku dengan menempatkan
sifat-sifat bain sendiri pada objek diluar diri atau melemparkan kekurangan
diri sendiri pada orang lain. Mutu Proyeksi lebih rendah daripada
rasionalisasi. Contohnya seorang anak tidak menyukai temannya, namu n ia berkata
temannya lah yang tidak menyukainya.
6.
Introyeksi, adalah memasukan dalam diri pribadi
dirinya sifat-sifat pribadi orang lain. Misalnya seorang wanita mencintai
seorang pria lalu ia memasukkan pribadi pria tersebut ke dalam pribadinya.
7.
Reaksi Konversi, Secara singkat mengalihkan koflik ke
alat tubuh atau mengembangkan gejala fisik. Misalnya belum belajar saat
menjelang bel masuk ujan, seorang anak wajahnya menjadi pucat berkeringat.
8.
Represi, adalah konflik pikiran, impuls-impuls yang
tidak dapat diterima dengan paksaan ditekan ke dalam alam tidak sadar dan
dengan sengaja melupakan. Misalnya seorang karyawan yang dengan sengaja
melupakan kejadian saat ia di marahi oleh bosnya tadi siang.
9.
Supresi,yaitu menekan konflik impuls yang tidak dapat
diterima secara sadar. Individu tidak mau memikirkan hal-hal yang kurang
menyenangkan dirinya. Misalnya dengan berkata "Sebaiknya kita tidak
membicarakan hal itu lagi."
10. Denial, adalah
mekanisme perilaku penolakan terhadap sesuatu yang tidak menyenangkan. Misalnay
seorang penderita diabetes memakan semua makanan yang menjadi pantangannya.
11. Regresi, adalah
mekanisme perilaku seorang yang apabila menghadapi konflik frustasi, ia menarik
diri dari pergaulan. Misalnya artis yang sedang digosipkan selingkuh karena
malu maka ia menarik diri dari perkumpulannya.
12. Fantasi, adalah
apabila seseorang menghadapi konflik-frustasi, ia menarik diri dengan
berkhayal/berfantasi, misalnya dengan lamunan. Contoh seorang pria yang tidak
memilki keberanian untuk menyatakan rasa cintanya melamunkan berbagai fantasi
dirinya dengan orang yang ia cintai.
13. Negativisme,
adalah perilaku seseorang yang selalu bertentangan / menentang otoritas orang
lain dengan perilaku tidak terpuji. Misalkan seorang anak yang menolak perintah
gurunya dengan bolos sekolah.
14. Sikap
Mengritik Orang Lain, bentuk pertahanan diri untuk menyerang orang lain dengan
kritikan-kritikan. perilaku ini termasuk perilaku agresif yang aktif. Misalkan
seorang karyawan yang berusaha menjatuhkan karyawan lain dengan adu argument
saat rapat berlangsung.
d.
Pendekatan
“problem-solving” terhadap stress
Salah satu cara dalam menangani stress yaitu menggunakan metode biofeddback, tekniknya adalah
mengetahui bagian-bagian tubuh mana yang terkena stress kemudian belajar untuk
menguasainya. Tekhnik ini menggunakan serangkaian alat yang sangat rumit
sebagai Feedback.
Melakukan sugesti untuk diri sendiri juga dapat lebih efektif karena kita
tahu bagaimana keadaan diri kita sendri. Berikan sugesti-sugesti yang positif, semoga
cara ini akan berhasil ditambah dengan pendekatan secara spiritual (mengarah
pada Tuhan).
DAFTAR PUSTAKA
Desmita, 2009. Psikologi
Perkembangan. Bandung : Remaja Rosda Karya
Kartini Kartono, 2002. Psikologi
Perkembangan. Jakarta : Rineka Cipta
Ali, M. & Asrori, M. 2005. Psikologi remaja perkembangan peserta didik. Jakarta
: PT Bumi Aksara
Tidak ada komentar:
Posting Komentar