Pembelajaran Anak Berbakat
Disusun Oleh :
Cartika
Sari (12514287)
Heni
Rahmawati (14514914)
Nabilah
Afifah (17514710)
1PA15
UNIVERSITAS GUNADARMA
FAKULTAS PSIKOLOGI
2015
1. Ciri-ciri Anak Berbakat
Ciri – ciri anak berbakat dalam
bukunya, Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah, Prof. Utami Munandar
menuliskan indikator keberbakatan sebagai berikut:
ü Ciri-ciri Intelektual/Belajar:
Mudah
menangkap pelajaran, ingatan baik, perbendaharaan kata luas, penalaran tajam
(berpikir logis-kritis, memahami hubungan sebab-akibat), daya konsentrasi baik
(perhatian tak mudah teralihkan), menguasai banyak bahan tentang berbagai
topik, senang dan sering membaca, ungkapan diri lancar dan jelas, pengamat yang
cermat, senang mempelajari kamus maupun peta dan ensiklopedi.
Cepat
memecahkan soal, cepat menemukan kekeliruan atau kesalahan, cepat menemukan
asas dalam suatu uraian, mampu membaca pada usia lebih muda, daya abstraksi
tinggi, selalu sibuk menangani berbagai hal.
ü Ciri-ciri Kreativitas:
Dorongan
ingin tahunya besar, sering mengajukan pertanyaan yang baik, memberikan banyak
gagasan dan usul terhadap suatu masalah, bebas dalam menyatakan pendapat,
mempunyai rasa keindahan, menonjol dalam salah satu bidang seni, mempunyai
pendapat sendiri dan dapat mengungkapkannya serta tak mudah terpengaruh orang
lain, rasa humor tinggi, daya imajinasi kuat, keaslian (orisinalitas) tinggi
(tampak dalam ungkapan gagasan, karangan, dan sebagainya.
Dalam
pemecahan masalah menggunakan cara-cara orisinal yang jarang diperlihatkan
anak-anak lain), dapat bekerja sendiri, senang mencoba hal-hal baru, kemampuan
mengembangkan atau memerinci suatu gagasan (kemampuan elaborasi).
ü Ciri-ciri Motivasi:
Tekun
menghadapi tugas (dapat bekerja terus-menerus dalam waktu lama, tak berhenti
sebelum selesai), ulet menghadapi kesulitan (tak lekas putus asa), tak
memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi, ingin mendalami bahan/bidang
pengetahuan yang diberikan, selalu berusaha berprestasi sebaik mungkin (tak
cepat puas dengan prestasinya), menunjukkan minat terhadap macam-macam masalah
“orang dewasa” (misalnya terhadap pembangunan, korupsi, keadilan, dan
sebagainya).
Senang
dan rajin belajar serta penuh semangat dan cepat bosan dengan tugas-tugas
rutin, dapat mempertahankan pendapat-pendapatnya (jika sudah yakin akan
sesuatu, tak mudah melepaskan hal yang diyakini itu), mengejar tujuan-tujuan
jangka panjang (dapat menunda pemuasan kebutuhan sesaat yang ingin dicapai
kemudian), senang mencari dan memecahkan soal-soal.
Hal
ini menunjuk pada semangat dan motivasi untuk mengerjakan danmenyelesaikan
suatu tugas. Suatu pengikatan diri dari dalam diri.Adapun ciri-ciri
keberbakatan yang telah memiliki korelasi yang signifikandengan tiga aspek
tersebut (Balitbang Depdikbud, 1986) sebagai berikut:Lancar berbahasa (mampu
mengutarakan pemikirannya),Memiliki rasa ingin tahu yang besar terhadap ilmu
pengetahuan, Memiliki kemampuan yang tinggi dalam berpikir logis dan kritis,
Mampu belajar atau bekerja secara mandiri, Ulet menghadapi kesulitan (tidak
lekas putus asa), Mempunyai tujuan yang jelas dalam tiap kegiatan atau
perbuatannya, Cermat atau teliti dalam mengamati, Memiliki kemampuan
memikirkan beberapa macam pemecahan masalah, Mempunyai minat yang luas,
Mempunyai daya imajinasi yang tinggi, Belajar dengan mudah dan cepat,
Mapu mengemukakan dan mempertahankan pendapat, Mampu berkonsentrasi,
Tidak memerlukan dorongan (motivasi) dari luarBentuk-bentuk
penyelenggaraan program percepatan belajar, Ditinjau dari bentuk
penyelenggaraan dapat dibedakan menjadi tiga jenis (Clark, 1983)
sebagaiberikut:
ü Sekolah
khususYaitu semua siswa yang belajar di sekolah ini adalah siswa yang
memilikipotensi kecerdasan dan bakat istimewa
ü Kelas
khususYaitu siswa yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa
belajardalam kelas khusus.
ü Kelas
regular yaitu siswa yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa
tetapberada bersama-sama dengan siswa lainnya di kelas regular (model inklusi),
bentuk penyelenggaraan pada kelas regular dapat dilakukan dengan model
sebagai berikut:a. Kelas regular dengan kelompok (cluster).
2. Implikasi dalam
Pembelajaran (Teori Barbe dan Renzulli)
Menjelaskan
dan menerapkan teori anak berbakat dari Barbie dan Renzulli :
Menurut definisi yang dikemukakan Joseph Renzulli (1978),
anak berbakat memiliki pengertian, “Anak berbakat merupakan satu interaksi
diantara tiga sifat dasar manusia yang menyatu ikatan terdiri dari kemampuan
umum dengan tingkatnya di atas kemampuan rata- rata, komitmen yang tinggi
terhadap tugas dan kreativitas yang tinggi.
ü High
Potential Ability (Kecerdasan Tinggi) Standard yang ditetapkan untuk anak
berbakat oleh Diknas tahun 2003 adalah 140 . Kalau hasil tes menunjukkan IQ
anak mencapai 140 ke atas, maka anak itu otomatis disebut gifted child. Tetapi kemudian
muncul pembagian tertentu untuk anak berbakat dilihat dari IQnya. Keberbakatan
ringan (IQ 115 – 129), keberbakatan sedang (IQ 130 – 144), keberbakatan tinggi
(IQ 145 ke atas).
ü Task
Commitment adalah sejauh mana tanggung jawab dalam meyelesaikan tugas. Tidak
hanya tugas dari sekolah tapi juga tugas di rumah. Task commitment dapat diukur
melalui tes tertentu yang hanya boleh dilakukan oleh psikolog. Task commitment
ini mencakup tanggung jawab, motivasi, keuletan, kepercayaan diri, memiliki
tujuan yang jelas sebelum melakukan sesuatu dan kemandirian.
ü Kreativitas
bisa diartikan sebagai kemampuan untuk menciptakan hal-hal baru atau kemampuan
untuk membuat kombinasi-kombinasi baru dari yang sudah ada. Kreativitas dapat
dinilai dari 4 hal, produk, pribadi, proses dan pencetus / penghambat. Suatu
produk dikatakan kreatif kalau produk itu baru, berbeda dari yang sudah ada,
lebih baik dari yang lain dan tentu saja berguna. Sifat pribadi kreatif yang
lain adalah terbuka pada hal-hal baru, punya rasa ingin tau yang besar, ulet,
mandiri, berani mengambil resiko, berani tampil beda, percaya diri dan humoris.
Anak
berbakat ialah anak yang memiliki kecakapan dalam mengembangkan gabungan ketiga
sifat ini dan mengaplikasikan dalam setiap tindakan yang bernilai. Anak-anak
yang mampu mewujudkan ketiga sifat itu masyarakat memperoleh kesempatan
pendidikan yang luas dan pelayanan yang berbeda dengan program-program
pengajaran yang reguler (Swssing, 1985).
Pengertian
lain menyebutkan bahwa anak gifted adalah anak yang mempunyai potensi unggul di
atas potensi yang dimiliki oleh anak-anak normal. Para ahli dalam bidang
anak-anak gifted memiliki pandangan sama ialah keunggulan lebih bersifat bawaan
dari pada manipulasi lingkungan sesudah anak dilahirkan.
Anak
yang memiliki bakat istimewa sering kali memiliki tahap perkembangan yang tidak
serentak. Ia dapat hidup dalam berbagai usia perkembangan, misalnya: anak
berusia tiga tahun, jika sedang bermain ia terlihat seperti anak seusianya,
tetapi jika sedang membaca ia menampilkan sikap seperti anak berusia 10 tahun,
jika mengerjakan soal matematika ia seperti anak berusia 12 tahun, dan jika
berbicara seperti anak berusia lima tahun.
Perlu
dipahami adalah bahwa anak berbakat umumnya tidak hanya belajar lebih cepat,
tetapi juga sering menggunakan cara yang berbeda dari teman-teman seusianya.
Hal ini tidak jarang membuat guru di sekolah mengalami kewalahan, bahkan sering
merasa terganggu dengan anak-anak seperti itu. Di samping itu anak berbakat
istimewa biasanya memiliki kemampuan menerima informasi dalam jumlah yang besar
sekaligus. Jika ia hanya mendapat sedikit informasi maka ia akan cepat menjadi
“kehausan” akan informasi.
Implikasi
bagi guru anak berbakat disimpulkan oleh Barbie dan Renzulli (1975) sebagai
berikut:
ü Guru perlu
memahami diri sendiri, karena anak yang belajar tidak hanya dipengaruhi oleh
apa yang dilakukan guru, tetapi juga bagaimana guru melakukannya.
ü Guru
perlu memiliki pengertian tentang keterbakatan.
ü Guru
hendaknya mengusahakan suatu lingkungan belajar sesuai dengan perkembangan yang
unggul dari kemampuan-kemampuan anak.
ü Guru
memberikan tantangan daripada tekanan.
ü Guru tidak
hanya memperhatikan produk atau hasil belajar siswa, tetapi lebih-lebih proses
belajar.
ü Guru lebih
baik memberikan umpan balik daripada penilaian harus menyediakan beberapa
alternatif strategi belajar.
ü Guru
hendaknya dapat menciptakan suasana di dalam kelas yang menunjang rasa harga
diri anak serta dimana anak merasa aman dan berani mengambil resiko dalam
menentukan pendapat dan keputusan.
Peran Orang Tua dalam Memupuk Bakat dan Kreativitas
Anak.
Orang
tua yang bijaksana dapat membedakan antara memberi perhatian terlalu banyak
atau terlalu sedikit, antara memberi kesempatan kepada anak untuk mengembangkan
bakat dan minatnya dan memberi tekanan untuk berprestasi semaksimal mungkin.
Ada
beberapa hal yang memudahkan orang tua agar lebih mantap dalam menghadapi dan
membina anak berbakat (Ginsberg dan Harrison, 1977; Vernon, 1977) diantaranya
adalah: Anak berbakat itu tetap anak dengan kebutuhan seorang anak. Jika ada
anak-anak lain dalam keluarga, janganlah membandingkan anak berbakat dengan
kakak-adiknya atau sebaliknya.
ü Sempatkan
diri untuk mendengarkan dan menjawab pertanyaan-pertanyaannya
ü Berilah
kesempatan seluas-luasnya untuk memuaskan rasa ingin tahunnya dengan menjajaki
macam-macam bidang, namun jangan memaksakan minat-minat tertentu.
ü Berilah
kesempatan jika anak ingin mendalami suatu bidang, karena belum tentu
kesempatan itu ada di sekolah.
ü Kerjasama
Antara Keluarga, Sekolah dan Masyarakat
Pendidikan
merupakan tanggung jawab bersama keluarga (orang tua), sekolah, dan masyarakat.
Keluarga dan sekolah dapat bersama-sama mengusahakan pelayanan pendidikan bagi
anak berbakat, misalnya dalam memandu dan memupuk minat anak. Tokoh-tokoh dalam
masyarakat dapat menjadi “tutor” untuk anak berbakat yang mempunyai minat yang
sama.
3. Kurikulum berdiferensiasi
Untuk Anak Berbakat
A.
Pengertian kurikulum berdiferensiasi dan kurikulum
umum
Kurikulum
merupakan metode menyusun kegiatan-kegiatan belajar mengajar untuk menghasilkan
perkembangan kognitif, efektif, dan psikomotorik anak. Menurut Sato (1982)
kurikulum mencakup semua pengalaman yang diperoleh di sekolah, di
rumah dan dalam masyarakat, dan yang membantunya mewujudkan potensinya. Berbeda
dengan kurikulum umum yang bertujuan untuk dapat memenuhi kebutuhan pendidikan
anak-anak pada umumnya, maka kurikulum berdiferensiasi merupakan jawaban
terhadap perbedaan-perbedan dalam minat dan kemampuan anak didik. Sehingga,
dengan kurikulum berdiferensiasi setiap anak memiliki peluang besar untuk terus
meningkatkan kemampuannya tanpa harus terikat oleh satu kurikulum umum yang
menyamaratakan kemampuan seluruh anak.
Istilah diferensiasi dalam pengertian kurikulum
menunjuk pada kurikulum yang tidak berlaku umum, melainkan dirancang khusus
untuk kebutuhan tumbuh kembang bakat tertentu. Kurikulum
berdiferensiasi (differ-rentiation instruction) adalah kurikulum pembelajaran
yang memperhatikan perbedaan-perbedaan individual anak. Walaupun model
pengajaran ini memperhatikan atau berorientasi pada perbedaan-perbedaan
individual anak, namun tidak berarti pengajaran harus berdasarkan prinsip satu
orang guru dengan satu orang murid. Berbeda dengan kurikulum reguler yang
berlaku bagi semua , kurikulum berdiferensiasi bertujuan untuk menampung
pendidikan berbagai kelompok belajar, termasuk kelompok berbakat.
Melalui program khusus, berbakat akan memperoleh pengayaan dari
materi pelajaran, proses belajar dan produk belajar.
Meskipun demikian,
pada dasarnya kurikulum berdiferensiasi tetap bertitik tolak pada kurikulum
umum yang menjadi dasar bagi semua anak didik. Kurikulum berdiferensiasi juga
memberikan pengalaman belajar berupa dasar-dasar keterampilan, pengetahuan,
pemahaman, serta pembentukan sikap dan nilai yang memungkinkan anak didik
berfungsi sesuai dengan tuntutan masyarakat atau jenjang pendidikan yang lebih
tinggi.
Berdasarkan penjelasan di atas, Semiawan (1983)
menyatakan bahwa bakat-bakat khusus baru dapat dikembangkan atas dasar
kurikulum ini. Di samping itu, untuk dapat mewujudkan bakat yang khusus
diperlukan juga pengalaman belajar yang khusus. Sehingga, pendidik juga dapat
mengetahui keberbakatan anak dan memantaunya sesuai dengan kurikulum yang telah
dideferensiasikan.
B.
Hakekat pembelajaran differensiasi
Penanganan
anak-anak berbakat atau cerdas dengan program pengayaan dan percepatan penuh
banyak memiliki kelemahan-kelemahan yang merugikan anak itu sendiri, maka telah
dikembangkan kurikulum alternative yaitu berdiferensiasi (differentiated
instruction ). Pendekatan ini menghendaki agar kebutuhan berbakat
dilayani di dalam kelas regular. Program ini menawarkan serangkaian pilihan
belajar pada berbakat dengan tujuan menggali dan mengarahkan pengajaran
pada tingkat kesiapan, minat, dan profil belajar yang berbeda-beda.Kurikulum
berdiferensiasi sangat penting ditekankan untuk anak berbakat. Kurikulum ini
memiliki tiga level kurikulum yaitu:
1)
Prescribed Curriculum and Instruction
Level pertama, prescribed
curriculum and instruction adalah kurikulum yang dikembangkan oleh
standard lokal dan tidak menyediakan kesempatan untuk strategi belajar yang
cocok untuk berbakat.
2)
Teacher-Differentiated Curriculum
Pada level kedua, teacher-differentiated
curriculum, guru memodifikasi kurikulum yang telah ada menjadi kurikulum
yang menarik dan menantang untuk berbakat. Disini, murid tidak hanya
dipandang sebagai seorang ‘murid’ saja, tetapi murid adalah pembelajar aktif.
3)
Learner-Differentiated Curriculum.
Level ketiga, learner-differentiated
curriculum, adalah level tertinggi dimana murid berbakat dianggap sebagai “producers
of knowledge”, bukan hanya “consumers of knowledge”. Level ini
mendukung perkembangan self-discovery, self-esteem, kreativitas,
dan otonomi. Selain perkembangan kognitif, pada level ini jug mengembangkan
faktor sosial dan emosional murid.
Dalam kurikulum berdiferensiasi ini, guru menggunakan
beberapa kegiatan, yaitu:
a)
Beragam cara agar dapat mengeksplorasi
kurikulum
Dalam kaitan dengan pem-belajaran
berdiferensiasi, maka para memiliki kebebasan yang luas untuk
mengeksplor kurikulum yang dibutuhkan dan sesuai dengan perkembangan fisik dan
mentalnya. Mereka akan memilih dan memilah kurikulum (muatan lokal) yang sesuai
dengan kondisinya.
b)
Beragam kegiatan atau proses yang masuk akal
sehingga dapat mengerti dan memiliki informasi dan ide
Proses belajar mengajar harus dapat
mengembangkan cara belajar untuk mendapatkan, menge-lola, menggunakan dan
meng-komunikasikan informasi yang di-perlukan. harus terlibat secara
aktif dalam proses tersebut baik secara individual ataupun kelompok. Keaktifan
itu dapat terlihat dari (Suryosubroto, 1996:72) :
ü berbuat
sesuatu untuk memahami materi pelajaran dengan penuh keyakinan;
ü mempelajari,
memahami, dan menemukan sendiri bagaimana memperoleh situasi pengetahuan;
ü merasakan
sendiri bagaimana tugas-tugas yang diberikan oleh guru kepadanya;
ü belajar
dalam kelompok;
ü mencoba akan
sendiri konsep-konsep tertentu;
ü mengkomunikasikan
hasil pikiran, penemuan dan penghayatan nilai-nilai secara lisan atau
penampilan.
c)
Beragam pilihan dimana dapat
mendemonstrasikan apa yang telah mereka pelajari
Proses pembelajaran berdiferensiasi
harus memberikan ruang yang luas kepada anak didik untuk mendemostrasikan apa-
apa yang telah mereka pelajari. Hal ini sangat bermanfaat untuk: Pertama, anak
didik belajar menyampaikan atau mengkomunikasikan temuan dan informasi yang
dimilikinya; Kedua, anak didik belajar mengapresiasi karya atau infomasi yang
disampaikan orang lain (teman); Ketiga, anak didik belajar untuk mendapat
masukan, kritikan dan sanggahan terhadap penemuan atau informasi yang
disampikan kepada orang lain.
C.
Karakteristik Umum Kurikulum Berdiferensiasi
Pengajaran berdiferensiasi memiliki 4 (empat)
karakteristik umum, yaitu:
ü Pengajaran
berfokus pada konsep dan prinsip pokok materi pelajaran.
Dalam proses pembelajaran
berdiferensiasi, pengajaran harus berfokus pada konsep atau pokok materi
pelajaran sehingga semua dapat mengeksplorasi konsep-konsep pokok
bahan ajar. yang agak lambat (struggling learners) bisa memahami dan
menggunakan ide- ide dari konsep-konsep yang diajarkan. Sedangkan bagi
para berbakat memperluas pemahaman dan aplikasi konsep pokok
tersebut.
ü Evaluasi
kesiapan dan perkembangan belajar diakomodasi ke dalam kurikulum.
Kesiapan dan perkembangan
belajar harus dievaluasi untuk dijadikan sebagai dasar keputusan
penentuan materi serta strategi pembelajaran yang akan diterapkan. Kapasitas
belajar seseorang berbeda dengan orang lain. Oleh karena itu, tidak
semua memerlukan satu kegiatan atau bagian tertentu dari proses
pembelajaran secara sama. Guru perlu terus menerus mengevaluasi kesiapan dan
minat dengan memberikan dukungan bila membutuhkan
interaksi dan bimbingan tambahan, serta memperluas
eksplorasi terutama bagi mereka yang sudah siap untuk mendapatkan
pengalaman belajar yang lebih menantang.
ü Ada
pengelompokan secara fleksibel.
Dalam pengajaran
berdiferen-siasi, berbakat sering belajar dengan banyak pola,
seperti belajar sendiri-sendiri, belajar berpasangan maupun belajar dalam kelompok.
Oleh karena itu, pada saat-saat tertentu dapat diberi kebebas-an
untuk memilih materi pelajaran dengan media pembelajaran yang sesuai dengan
kebutuhan mereka masing-masing. Strategi ini memungkinkan untuk
belajar lebih cepat bagi mereka yang mampu, sedangkan bagi mereka yang
kurang, akan belajar sesuai dengan batas kemampuannya. Contoh untuk strategi
belajar-mengajar berdasarkan kecepatan adalah pengajaran modul.
ü Menjadi
penjelajah aktif (active explorer).
Prinsip belajar yang relevan adalah
belajar bagaimana belajar (learning how to learn ). Artinya, dikelas target
pembelajaran bukan sekadar penguasaan materi, melainkan harus
belajar juga bagaimana belajar (secara mandiri) untuk hal-hal lain. Ini bisa
terjadi apabila dalam kegiatan pembelajaran telah di biasakan untuk
berpikir mandiri, berani berpendapat, dan berani bereksperimen,
sehingga tidak merasa terkekang dan potensi kreativitasnya dapat
tumbuh dengan sempurna. Tugas guru adalah membimbing eksplorasi tersebut,
karena beragam kegiatan dapat terjadi secara simultan di dalam kelas, guru akan
berperan sebagai pembimbing dan fasilitator, dan bukannya sebagai dispenser
informasi.
D.
Prinsip –prinsip pengajaran berdifferensiasi
1.
Prinsip
Individualitas
Perbedaan
individual merupakan salah satu masalah utama dalam proses belajar-mengajar.
Ketidakmampuan guru melihat perbedaan-perbedaan individual anak dalam kelas
yang dihadapi akan menyebabkan kegagalan dalam memelihara dan membina interaksi
edukatif secara efektif.
Pengajaran
individual bukanlah semata-mata pengajaran yang hanya ditujukan kepada seorang
raja, melainkan dapat saja ditujukan kepada sekelompok atau kelas,
namun dengan mengakui dan melayani perbedaan-perbedaan sehingga
pengajaran itu memungkinkan berkembangnya potensi
masing-masing secara optimal.
2.
Prinsip Belajar Tuntas
Belajar
tuntas (mastery learning) adalah suatu proses pembelajaran yang mengakui bahwa
semua anak memiliki kemampuan yang sama dan bisa belajar apa saja, hanya waktu
yang diperlukan untuk mencapai kemampuan tertentu berbeda. tidak
diperkenankan mengerjakan pekerjaan berikutnya, sebelum mampu menyelesaikan
pekerjaan dengan prosedur yang benar, dan hasil yang baik.
3.
Prinsip Motivasi
Motif
adalah daya dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk melakukan sesuatu.
Sedangkan motivasi adalah suatu proses untuk menggiatkan motif-motif menjadi
perbuatan atau tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan. Guru
memiliki peran yang besar untuk menumbuhkan motivasi eksternal, diantaranya:
Pertama, menggunakan cara atau metode dan media mengajar yang bervariasi; Kedua
, memilih bahan yang menarik minat dan dibutuhkan ; Ketiga, memberikan sasaran
antara; Keempat , memberikan kesempatan sukses; Kelima, menciptakan suasana
belajar yang menyenangkan; dan Keenam, menciptakan persaingan yang sehat.
4.
Prinsip Latar/Konteks
Latar
atau konteks mengandung arti bahwa pembelajaran harus dikaitkan dengan situasi
dunia nyata , sehingga mendorong membuat hubungan antara pengetahuan
yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai individu
maupun anggota keluarga, masyarakat, dan bangsa. Dengan konsep ini, hasil
pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi.
5.
Prinsip Minat dan Kebutuhan
Minat
merupakan suatu sifat yang relatif menetap pada diri seseorang, sedangkan
kebutuhan adalah sesuatu yang dibutuhkan oleh seseorang. Oleh karena itu, minat
dan kebutuhan merupakan utama yang menentukan derajat keaktifan belajar .
Dengan demikian dalam rangka meningkatkan aktivitas dalam belajar,
maka materi pembelajaran dan cara penyampaiannya pun harus disesuaikan dengan
minat dan kebutuhan tersebut.
6.
Prinsip Penilaian (Assessment)
Penilaian
(assessment) dibagi menjadi dua katagori yaitu: Pertama, informal assessment ,
biasanya dilakukan oleh guru melalui observasi berbagai keterampilan, dan
mempelajari laporan, maupun melalui tes yang dibuat guru untuk mengetahui
tingkat penguasaan pelajaran yang telah diajarkan; Kedua, formal assessment
yaitu penilaian lewat tes standar seperti tes hasil belajar, tes inteligensi,
wawancara dengan orang tua, tes bahasa, kepribadian, kreatif, kemampuan fisik,
minat dan sebagainya.
7.
Prinsip Terpadu
Artinya
penyelenggaraan pembelajaran anak berbakat dikembangkan dan dilaksanakan di
sekolah biasa. Anak dengan berbagai perbedaan belajar di ruang kelas yang sama.
8.
Strategi Pembelajaran Berdiferensiasi
Dalam
mendiferensiasikan pengajaran, guru bisa melakukan modifikasi terhadap lima
unsur kegiatan belajar, yaitu materi pelajaran, proses, produk, lingkungan dan
evaluasi.
Materi pelajaran
Materi pelajaran dapat dimodifikasi melalui berbagai
kegiatan pembelajaran, yaitu:
ü Pemadatan
materi pelajaran
ü Studi
intradisipliner
ü Kajian
mendalam
Proses
Banyak kegiatan yang bisa dilakukan oleh guru untuk
memodifikasi proses pengajaran dan pembelajaran, antara lain dengan:
1)
Mengembangkan kecakapan berpikir.
2)
Hubungan dalam dan lintas disiplin
3)
Studi mandiri
Produk
Dalam memodifikasi produk, guru dapat
mendorong untuk mendemonstrasikan apa yang telah dipelajari atau
dikerjakan ke dalam beragam format yang mencerminkan pengetahuan maupun
kemampuan untuk memanipulasi ide. Misalnya daripada meminta untuk
menambah jumlah halaman laporan dari suatu bab, guru bisa
meminta untuk mensintesis pengetahuan yang telah diperoleh.
·
Lingkungan Belajar
Lingkungan
dan individu terjalin proses interaksi yang saling mempengaruhi satu sama
lainnya. Individu seringkali terbentuk oleh lingkungan, begitu juga sebaliknya
lingkungan dibentuk oleh individu (manusia). Pendayagunaan lingkungan sekitar
dalam proses pembelajaran dapat dilaksanakan dengan berbagai cara, yakni dengan
cara membawa lingkungan ke dalam kelas, atau membawa ke masyarakat.
·
Evaluasi
Memodifikasi
evaluasi berarti menentukan suatu metode untuk mendokumentasikan penguasaan
materi pelajaran pada siswa berbakat. Guru harus memastikan
bahwa berbakat memiliki kesempatan untuk mendemonstrasikan
penguasaan materi pelajaran sebelumnya ketika akan mengajarkan pokok bahasan,
topik atau unit baru mata pelajaran.
E.
Cara pengembangan kurikulum berdiferensiasi
Menurut
Kaplan (1977), perkembangan kurikulum dewasa ini menekankan penggunaan
kurikulum secara fleksibel sesuai dengan kebutuhan guru dan yang
memungkinkan keragaman cara untuk mencapai sasaran belajar. Bahkan dalam
kurikulum semacam ini tidak tertutup kemungkinan bahwa pada
saat-saat tertentu merumuskan sendiri sasaran-sasaran belajarnya. Suatu
kurikulum dapat berdiferensiasi melalui materi (konten atau muatan), proses,
dan produk belajar yang lebih maju dan majemuk, serta dapat dirancang dengan
cara sebagai berikut.
1)
Kurikulum berdiriferensiasi menyesuaikan dengan
kurikulum umum
Ø Menambah
hal-hal baru yang menarik dan menantang bagi anak berbakat. Misalnya
dengan menambahkan muatan tugas yang dianggap menantang kemampuan yang dimiliki
anak berbakat.
Ø Mengubah
bagian-bagian tertentu yang kurang sesuai. Karena anak berbakat memiliki
kemampuan memahami pelajaran dan pengetahuan yang melampaui anak pada umumnya,
biasanya pemberian materi kepada anak berbakt lebih menyesuaika kemampuan anak.
Sehingga, anada beberapa bagian yang diterima anak umum di kelas tetapi tidak
diterima oleh anak berbakat.
Ø Mengurangi
kegiatan-kegiatan yang terlalu rutin. Seperti yang telah dijelaskan
sebelumnya, anak berbakat memiliki tingkat kemampuan memahami pelajaran yang
lebih tinggi dibandingkan anak umum, jadi beberapa kegiatan atau pelajaran yang
dapat dikerjakan sendiri dan tanpa bantuan berarti dari pendidik sebaiknya
dikurangi.
Ø Meluaskan
dan mendalami materi. Karena sifat yang cenderung kurang puas dan mendetail,
pemberian materi pembelajaran kepada anak berbakat sebaiknya lebih diluaskan
dan mendalam
2)
Kurikulum Berdiferensiasi dengan Menggunakan Kurikulum
yang Baru atau Khusus
Ø Cara kedua
ini adalah dengan menggunakan kurikulum yang benar-benar berbeda dengan anak
umum dan disesuaikan dengan keberbakatan anak.
Ø Untuk
menyusun sebuah kurikulum, pendidik harus mengetahui beberapa asas kurikulum
sebagai berikut:
ü Berkaitan
dengan mata pelajaran. Yaitu, kegiatan bekajar dikaitkan
dengan mata pelajaran atau materi tertentu. Contohnya, ketika anak belajar
bagian-bagian serangga, anak dapat mencari sendiri serangga-serangga yang akan
dipelajarinya di lingkungan sekolah.
ü Berorientasi
dengan proses. Maksudnya, kegiatan belajar mengajar menekankan
perkembangan keterampilan dan proses berpikir daripada hanya materi. Contohnya,
ketika anak sudah mengenal bagian-bagian serangga, anak dapat menganalogikan
bagian-bagian tersebut dengan bagian-bagian kendaraan.
ü Berpusat
pada kegiatan aktif. Yaitu kegiatan belajar sepenuhnya mengikutsertakan
anak secara aktif. Sehingga, dapat menghidupkan suasana keilmuan yang penuh
akan diskusi dan saling bertukar pikiran.
ü Penerapan
tugas berakhir terbuka.Dengan asas ini tidak ada istilah “benar” dan “salah”
dalam hasil tugas , tetapi seluruhnya berdasarkan pengalaman setiap anak.
ü Memungkinkan
anak memilih. Asas ini memberikan peluang kepada setiap anak sesuai
dengan kebutuhan, minat, dan kemampuan masing-masing. Sehingga, sekolah
seharusnya menyediakan sarana atas minat dan bakat anak.
3)
Perbedaan penerapan kurikulum differensiasi dengan
kurikulum umum.
Ø Konten. Muatan
atau materi yang diberikan kepada anak berbekat berbeda-beda sesuai dengan
minat dan kemampuan anak.
Ø Proses. Proses
belajar anak berbakat, entah itu waktu maupun caranya, dibedakan dengan anak
umumnya sesuai dengan tingkat kemampuan anak.
Ø Produk. Dalam
hal penugasan, anak berbakat diberikan beban produk yang lebuh rumit dan
kompleks daripada anak umum. Produk belajar itu sendiri dapat berupa lisan,
tulisan, ataupun benda.
Kurikulum
berdiferensiasi merupakan kurikulum khusus yang berperan
dalam mengembangkan semua bakat anak, sedangkan kurikulum umum
merupakan kurikulum yang mengembangkan semua aspek perkembangan anak dengan
berprinsip bahwa kemampuan anak itu sama rata tanpa memperhatikan bakat-bakat
istimewa yang dimiliki oleh anak. Kurikulum berdiferensiasi sangat bagus dalam
mengembangkan bakat –bakat yang dimiliki oleh anak. Guru memiliki strategi
khusus dalam menggunakan kurikulum berdiferensiasi agar bakat yang dimiliki
oleh anak bisa dikembangkan secara optim al.
Dalam pengembangan kurikulum berdiferensiasi seorang
guru harus memahamai azas-azas dalam pengembangan kurikulum tersebut agar
penggunaannya tidak rancu. Meskipun kurikulum berdiferensiasi berbeda dengan
kurikulum umum namun kurikulum berdiferensiasi menyesuaikan dengan kurikulum
umum.
SARAN
Diperlukan
perhatian bagi bakat-bakat yang dimiliki oleh anak yang istimewa terutama dari
lingkungan keluarga dan sekolah. Dimana para guru memiliki peran yang
ssangat penting dalam pengembangan kurikulum agar bakat anak bisa
dikembangkan secara optimal.
DAFTAR PUSTAKA
Betts, George (2004) “Fostering
Autonomous Learners Through Levels of Differentiation,” Roeper Review
vol.24: 190-191.
Mukti, Abdul dan Sayekti, Adjie, (2003), Gerbang;
Majalah Pendidikan, 4, 36 -38.
Suryosubroto, B., (1997), Proses Belajar
Mengajar, Jakarta, Rineka Cipta.
Tomlinson, C. A., (1995), Differen-tiating Instruction
for Advanced Learners in the Mixed Ability Middle School Classroom. ERIC
Claring house on Disabilities and Gifted Education. [Article published online].
Retrieved December 7, 2001 from the http://www.ericec.org/digests/e536.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar