PENGEMBANGAN KREATIVITAS DAN KEBERBAKAT
BELAJAR DAN MENGAJAR KREATIF
Heni Rahmawati - 14514914
UNIVERSITAS GUNADARMA
FAKULTAS PSIKOLOGI
2015
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kurikulum 2004 berbasis kompetensi (KBK), yang diperbaharui dengan
Kurikulum 2006 (KTSP), telah berlaku selama 4 tahun dan semestinya dilaksanakan
secara utuh pada setiap sekolah. Namun pada kenyataannya, pelaksanaan
pembelajaran di sekolah, masih kurang memperhatikan ketercapaian kompetensi
siswa. Hal ini tampak pada RPP yang dibuat oleh guru dan dari cara guru
mengajar di kelas masih tetap menggunakan cara lama, yaitu dominan menggunakan
metode ceramah-ekspositori. Guru masih dominan dan siswa resisten, guru masih
menjadi pemain dan siswa penonton, guru aktif dan siswa pasif. Paradigma lama
masih melekat karena kebiasaan yang susah diubah, paradigma mengajar masih
tetap dipertahankan dan belum berubah menjadi paradigma membelajarkan siswa.
Padahal, tuntutan KBK, pada penyusunan RPP menggunakan istilah skenario
pembelajaran untuk pelaksanaan pembelajaran di kelas, ini berarti bahwa guru
sebagai sutradara dan siswa menjadi pemain, jadi guru memfasilitasi aktivitas
siswa dalam mengembangkan kompetensinya sehingga memiliki kecakapan hidup (life
skill) untuk bekal hidup dan penghidupannya sebagai insan mandiri.
Demikian pula, pada pihak siswa, karena kebiasaan menjadi penonton
dalam kelas, mereka sudah merasa enjoy dengan kondisi menerima dan tidak biasa
memberi. Selain dari karena kebiasaan yang sudah melekat mendarah daging dan
sukar diubah, kondisi ini kemungkinan disebabkan karena pengetahuan guru yang
masih terbatas tentang bagaimana siswa belajar dan bagaimana cara membelajarkan
siswa. Karena penghargaan terhadap profesi guru sangat minim, boro-boro sempat
waktu untuk membaca buku yang aktual, mereka sangat sibuk untuk memenuhi
kebutuhan keluarganya, dan memang itu kewajiban utama, apalagi untuk membeli
buku pembelajaran yang inovatif.Mereka bukan tidak mau meningkatkan kualitas
pemebelajaran, tetapi situasi dan kondisi kurang memungkinkan.Permasalahannya
adalah bagaimana mengubah kebiasaan prilaku guru dalam kelas, mengubah
paradigma mengajar menjadi membelajarkan, sehingga misi KBK dapat terwujud.
Dengan paradigma yang berubah, mudah-mudahan kebiasaan murid yang bersifat
pasif sedikit demi sedikit akan berubah pula menjadi aktif.
Rumusan Masalah
:
1.
Apa
itu belajar kreatif ?
2.
apa
saja proses belajar kreatif?
3.
Mengapa
proses belajar kreatif itu penting?
4.
Apa
saja tiga tingkat belajar kreatif (model triffinger) ?
5.
Apa
itu mengajar kreatif ?
6.
Apa
saja teknik mengajar kreatif?
7.
Apa
saja strategi memupuk iklim belajar yang kreatif
Tujuan Menulis
:
1.
Untuk
mengetahui tentang belajar kreatif
2.
Untuk
mengetahui proses belajar kreatif
3.
Untuk
mengetahui mengapa proses belajar kreatif itu penting
4.
Untuk
mengetahui tiga tingkat belajar kreatif (model triffinger)
5.
Untuk
mengetahui tentang mengajar kreatif
6.
Untuk
mengetahui teknik mengajar kreatif
7.
Untuk
mengetahui strategi memupuk iklim belajar yang kreatif
8.
Untuk
mengetahui saran-saran tambahan belajar yang kreatif
Manfaat tulisan
:
1.
Dapat
menambah wawasan untuk mengetahui tentang belajar kreatif
2.
Menambah
pengetahuan tentang mengajar kreatif
3.
Dapat
mengetahui cara memupuk iklim belajar kreatif
BAB II
ISI DAN PEMBAHASAN
1.
Belajar dan Mengajar
Belajar dan Mengajar bisa diuraikan menjadi 2
aspek:
Belajar
Berarti hal ini
ditujukan untuk kepada siswa.Karena subjek yang melakukan belajar adalah
siswa/murid/mahasiswa.Belajar memang kegiatan yang dilakukan tanpa mengenal
tepat, orang, ataupun waktu.Maka ada istilah belajar bisa dimana saja, oleh
siapa saja, dan kapan saja.Jadi belajar sebenarnya tidak bisa diartikan secara
sempit hanya untuk murid atau siswa atau mahasiswa saja.
Mengajar
Berarti kata
‘mengajar’ mengarah kepada sosok pengajar, yaitu guru/dosen.Orang yang
dipercaya untuk bisa ‘memberi pelajaran’ kepada muridnya, membagikan ilmu yang
didapat kepada anak didiknya.Inilah tugas mulia dari para pengajar, yang harus
diakui bahwa ini tidaklah mudah.
a. Pengertian belajar kreatif
Kreativitas
belajar terdiri dari dua kata yaitu kreativitas dan belajar, dalam pengertian
kreativitas beberapa ahli berpendapat dengan berdasarkan latar belakang dan
kebudayaan yang berbeda-beda,diantaranya sebagai berikut : James R. Evans
mendefinisikan kreativitas sebagai keterampilan untuk menentukan pertalian
baru, melihat subyek dari perspektif baru dan membentuk kombinasi-kombinasi
baru dari dua atau lebih konsep yang telah tercetak dalam pikiran.
1.
Kreativitas memerlukan adanya modal, yaitu konsep dalam pikiran untuk
dilahirkan kembali dalam bentuk yang berbeda. Dalam pemecahan masalah, dia
tidak harus mencari jawaban baru tetapi dia hanya perlu menggali
informasi-informasi dalam pikirannya untuk dikaitkan dan dituangkan dalam
bentuk solusi terhadap problem tersebut. Sedangkan Rogers menekankan bahwa
sumber dari kreativitas adalah kecenderungan untuk mengaktualisasikan diri,
mewujudkan potensi, dorongan untuk berkembang, dan menjadi matang, kecenderungan
untuk mengekspresikan dan mengaktifkan semua kemampuan organisme.
2.
Kreativitas dapat dinilai ketika hal tersebut tertuang dalam suatu tindakan
nyata, ketika pemikiran baru belum dituangkan, maka itu adalah proses menuju
kreativitas. Jadi, kreativitas tetaplah berpusat di otak manusia, kreativitas
terjadi karena keseluruhan bagian otak bekerja secara bersamaan, terpadu pada
satu waktu tertentu dengan tetap melakukan spesialisasi masing-masing, otak
dengan sigap menanggapi setiap informasi yang masuk. Kadar pengelolaan otak
akan sangat menentukan tingkat kreativitas seseorang, karena itu otak harus
dilatih, tidak hanya dengan makanan bergizi tapi dengan latihan berfikir yang
terus-menerus.
3.
Untuk dapatmelahirkan kreativitas, seseorang harus dapat memanfaatkan kedua
sifat otak (kiri dan kanan). Otak kiri yang bersifat logika, berurutan, lisan,
pertambahan, dan dominan.Sedangkan otak kanan bersifat emosi, lompatan, visual,
menyeluruh, dan tersembunyi. Akhir-akhir ini, istilah otak kanan telah
digunakan sebagai cara popular untuk menyatakan kreatif, artistik, dan rapi.
Kreativitas muncul dari interaksi yang luar biasa antara kedua otak.Kreativitas
adalah suatu keterampilan.
4.
Dikarenakan kreativitas merupakan hasil sebuah latihan,maka harus diupayakan
secara terus- menerus agar tidak menjadi lumpuh.Artinya, siapa saja yang
berniat untuk menjadi kreatif dan ia mau melakukan latihan-latihan yang benar,
maka ia akan menjadi kreatif.
Dari pengertian
krreativitas adalah hasil sebuah latihan yang unik, berbeda, dan lebih baik
serta bermanfaat. Sedangkan belajar diartikan sebagai suatu proses usaha
yangdilakukan individu untuk memperoleh tingkah laku baru secarakeseluruhan
sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksidengan lingkungan.
Belajar
mengandung pengertian terjadinya perubahan persepsi dan tingkah laku, termasuk
juga perubahan perilaku. Lingkungan belajar merupakan faktor penting dalam
pendidikan, yaitu guru dan orang tua yang dapat membantu dalam prose belajar,
yang akan dapat membentuk lingkungan pembelajaran. Jadi, kreativitas belajar
adalah suatu keterampilan yang dihasilkandari sebuah latihan- latihan (proses
pembelajaran) yang diupayakan terus menerus agar tidak menjadi lumpuh.
b. Proses belajar kreatif
Beberapa hal
yang perlu diperhatikan oleh seorang guru yang professional dalam menyusun
program pembelajaran yang dapat meningkatkan
kreativitas siswa dalam belajar yaitu:
1.
Menciptakan lingkungan di dalam kelas yang
merangsang belajar kreatif
2.
Memberikan Pemanasan
Sebelum memulai
dengan kegiatan yang menuntut prilaku kreatif siswa sesuai dengan rencana
pelajaran lebih dahulu diusahakan sikap menerima (reseptif) di Kalangan siswa,
terutama berlaku apabila siswa sebelumnya baru saja terlibat dalam suatu
penguasaan yang berstruktur, mengerjakan soal fiqih, tugas atau kegiatan,
bertujuan meningkatkan pemikiran kreatif menuntut sikap belajar yang berbeda
lebih terbuka dan tertantang berperanserta secara aktif dengan memberikan
gagasan-gagasan sebanyak mungkin untuk itu diberikan pemanasan yang dapat
tercapai dengan memberikan pertanyaan pertanyaan terbuka dengan menimbulkan
minat dan rasa ingin tahu siswa.
3.
Pengaturan Fisik
4.
Membagi siswa dalam kelompok untuk mengadakan
diskusi kelompok.
5.
Kesibukan Dalam Kegiatan
Kegiatan belajar
secara kreatif sering menuntut lebih banyak kegiatan fisik, dan diskusi antara
siswa oleh karena itu guru hendaknya agak tenggang rasa dan luwes dalam
menuntut ketenangan dan sebagai siswa tetap duduk pada tempatnya. Guru harus
dapat membedakan kesibukan yang asyik sert suara-suara yang produktif yang
menunjukkan bahwa siswa bersibuk diri secara kreatif.
6.
Guru sebagai Fasilitator
Guru dan anak
yang berbakat lebih berperan sebagai fasilitator dari pada sebagai pengarah
yangmenentukan segalagalanya baigsiswa. Sebagai fasilitator gurumendorong siswa
(memotivator) untuk menggabungkan inisiatif dalam menjajaki tugas-tugas baru.
Guru harus terbuka menerima gagasa dari semua siswa dan gur harus dapat
menghilangkan ketakutan, kecemasan siswa yang dapt menghambat dan pemecahan
masalah secara keatif (Munandar, 1992 : 78-81).
7.
Mengajukan dan mengundang pertanyaan
Dalam proses
belajar mengjar, diperlukan keterampilan guru baik dalam mengajukan pertanyaan
kepada siswa maupun dalam mengundang siswa untuk bertanya.
8.
Tehnik Bertanya
Pertanyaan yang
merangsang pemikiran kreatif adalah pertanyaan semacam divergen atau
terbuka.Pertanyaan semacam ini membantu siswa mengembangkan keterampilan
mengumpulkan fakta, merumuskan hipotesis, dan menguji atau menilai informasi
mereka.
Dengan
mengajukan pertanyaan, guru memperoleh informasi yang berharga dan berguna
untuk :
·
Menimbulkan minat dan motivasi siswa untuk
berperan serta aktif.
·
Menilai persiapansiswa ddan sejauh mana siswa
telah menguasai bahan yang diberikan sebelumnya.
·
Mengulang kembali dan meringkas apa yang telah
diajarkan.
·
Membantu siswa melihat hubungan-hubungan baru.
·
Merangsang pemikiran kritis dan pengembangan
sikap bertanya
·
Merangsang siswa untuk mencari sendiri
pengetahuan tambahan
·
Menilai pencapaian tujuan dan sasaran belajar
(Munandar, 1999 : 84)
Metode Diskusi
Dalam metode diskusi,
peran guru dangat menentukan keberhasilan, guru berperan sebagai pasilitator
yang mengenalkan masalah kepada siwa dan memberikan informasi seperlunya yang
mereka butuhkan unutk membahas masalah. Guru memang diperlukan misalnya jika
timbul kemacetan dalam diskusi atau untuk menghindari kesalahan yang
tersembunyi agar siswa tidak terlalu menyimpang dari arah yang dituju.
Metode
Inquiri-Discovery
Pendekatan
inquiry (pengajuan pertanyaan, penyelidikan) dan discovery (penemuan) dalam
belajar penting dalam proses pemecahan masalah. Ada tiga tahap dalam proses
pemecahan masalah melalui inquiry, pertama adanya kesadaran bahwa ada masalah.
Hal ini merupakan factor yang memotivasi siswa untuk melanjutkan dengan merumuskan
masalah (tahap kedua), pada tahap ini masalah dirumuskan dan timbul
gagasan-gagasan sebagai strategi kemungkinan pemecahan. Melalui inquiry
informasi mengenai masalah dihimpun. Tahap ketiga adalah mencari atau
menjajaki (searching). Pada tahap pertanyaan dan informasi dihubungkan dengan
perumusan hipotesis.
Keativitas
berkaitan erat dengan proses perumusan hipotesis, yaitu dalam mengajukan
pertnayaan dan hipotesis dalam mneghubungakan fakta yang diketahui dan
asas-asas untuk mengembangkan strategi pemecahan, serta harus memperinci dan
merumuskan kebutuhan dalammencari informasi, jadi, semua proses berfikir :
kelancaran, keluwesan (fluksibilitas), orisinilitas, dan pemerincian
(elaborasi) temasuk dalam prosess pemecahan masalah melalui inquiry-discovery. Pokok-pokok yang harus dipenuhi oleh guru
dalam pengalaman belajar inquiry adalah
:
1.
Berilah pengalaman permulaan untuk menarik
minat siswa agar menanyakan mengenai suatu masalah, konsep, situasi atau
gagasan, antara laindenganpenggunaan media, bermain peran dan demonstrasi.
2.
Berilah siswa materi pelajaran dan situasi yang
memungkinkan penyelidikan (ekspolorasi)
3.
Sediakan sumber-sumber informasi dengan
memanfaatkan sumber-sumber yang ada di masyarakat.
4.
Sediakan peralatan untuk merangsang siswa
melakukan eksperimen (percobaan).
5.
Sediakan waktu untuk berdiskusi, bereksperimen,
mencoba-coba dan sebagainya.
6.
Berilah bimbingan dan perhargaan terhadap
pemecahan yang dapat diterima dan terhadap strategi pemecahan.
7.
Berilah dorongan dan penghargaan terhadap
pemecahan yang dapat diterima dan terhadap strategi pemecahan (Munandar, 1999 :
86).
Mengajukan
pertanyaan yang menantang (provokatif)
Salah satu cara
untuk merangsang daya pikir kreatif adalah dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan
yang menantang (provokatif) antara lain dengan menanyakan apa
kemungkinan-kemungkinan akibat apabila suatu kejadian yang telah terjadi, atau
dengan menanyakan suatu kejadian yang telah terjadi, atau dengan menanyakan
kemungkinan-kemungnkinan akibat dari suatu situasi yang memang belum pernah
terjadi, tetapi siswa harus membayangkan apa saja kemungkinan-kemungnkinan
akibatnya andaikan kejadian atau situasi itu terjadi di sini.
Memadukan perkembangan kognitif (berfikir), afektif (sikap) dan
Psikomotorik (perasaan).
Dalam rangka
membangun manusia seutuhnya perlu ada keseimbanganaantara semua aspek
perkembangan yaitu perkembangan mental intelektual, perkembangan social,
perkembanan emosi (kehidupan perasaan) dan perkembangan moral.
a.
Ciri-ciri kemampuan berfikir kreatif (aptitude)
1.
Keterampilan berfikir lancar
2.
Keterampilan berfikir luwes
3.
Keterampilan berfikir orisinal
4.
Keterampilan memperinci
5.
Keterampilan menilai
b.
Ciri-ciri efektif (nonaptitude)
1.
Rasa ingin tahu
2.
Bersifat imajinatif
3.
Merasa tergantung oleh kemajemukan
4.
Sifat berani mengambil resiko
5.
Sifat menghargai (Munandar, 1999 : 88-93).
Menggabung
pemikiran divergen dan pemikiran konvergen
Pemikiran
konvergen yang menuntut siswa mencari jawaban tunggal yang paling tepat
berdasarkan informasi yang diberikan sudah tidak asing bagi siswa-siswa sekolah
dasar.Pemikiran divergen atau pemikiran kreatif sebaiknya menuntut siswa
mencari sebanyak mungkin jawaban terhadap suatu persoalan.
Menggabung
proses berfikir dengan proses efektif
Contoh :
Berfikir
lancar, gabung dengan rasa ingin tahu siswa yang rasa ingi tahunya kuat akan
dapat menghasilkan gagasan-gagasan atau cara pemecahan masalah
Orisinalitas
dalam berfikir akan paling berhasil jika siswa tidak ragu-ragu dan berani
mengamukakan pendapat yang berbeda dari biasanya dikemukakan siswa-siswa lain.
Tehnik-tehnik relajar kreatif dijelaskan sebagai berikut:
a)
Pemikiran dan perasaan terbuka
Cara yang
paling sederhana untuk merangsang pemikiran kreatif ialah dengan mengajukan
pertanyaan yang memberikan kesempayan timbulnya berbagai macam jawaban sebagai
ungkapan pikiran dan perasaan serta dengan membantu siswa mengajukan
pertnayaan. Contoh-kegiatan pemikiran dan perasaaan terbuka :
1.
Menyelesaikan sesuatu yang telah dimulai
2.
Mencari penggunaan baru dari benda sehari-hari
3.
Meningkatkan atau memperbaiki suaut produk atau
benda (Munandar, 1999 : 100-1003).
b)
Sumbang Saran
Tehnik yang
dikembangkan oleh Osborn ini dapat diterapak unutk memecahkansuaut masalah
dalam kelompok kecil (Sekitas 8-10 orang) dengan “menggali” gagasan-gagasan
sebanyak mungkin dari anggota kelompok. Hal-hal yang pelru diperhatikan
meliputi :
1.
Kebebasan dalam memberikan gagasan
2.
Penekanan pada kuantitas
3.
Kritik ditangguhkan
4.
Kombinsi dan peningkatan gagasan
5.
Mengulangi gagasan (Munandar, 1999 : 104).
c)
Daftar pertanyaan yang memacu gagasan
Tehnik ini
bertujuan melancarkan arus pencetusan gagasan dalam pemecahan masalah seperti
mengembangkan, meningkatkan, dan memperbaiki suatu subyek atau situasi.dengan
meninjau daftar pertanyaan yang membantu melihat hubungan-hubungan baru.
d)
Menyimak sifat benda atau keadaan
Tehnik ini
digunakan untuk mengubah gagasan guna meningkatkan atau memperbaiki suatu
subyek atau situasi.Pertama-tama semua atribut (sifat) dari suatu subyek atau
situasi dicatat, kemudian masing-masing ciri ditinjau satu persatu untuk
mempertimbangkan kemungkinan mengubah atau memperbaiki obyek atau situasi
tersebut.
e)
Hubungan yang dipaksakan
Tehnik lain
untuk merangsang gagasan-gagasan kreatif ialah dengan cara “memaksakan” suatu
hubungan antara objek atau situasi yangn dimasalahkan dengan unsure-unsur lain
untuk menimbulkan gagasan-gagsan baru. Maksud dari “memaksakan hubungan” ialah
agar kita dapat melepskan diri dari hubungan-hubungan yang lazim atau yang sudah
mejadi tradisi (kebiasan) untuk menjajaki kemungkinan-kemungkinan baru.
f)
Pendekatan Morfologis
Pada tehnik
pendekatan atau analisis morfologis kita berusaha memecahkan suatu masalah atau
memperoleh ide-ide baru dengan cara mengkaji dengan cermat bentuk struktur
masalah. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :
1.
Kita mulai dengan menentukan komponen-komponen
dasar dari masalah atau situasi
2.
Dari setiapkomponen kita tetapkan sifatnya
3.
Dengan meninjau setiap kemungkinan kombinasi,
dari sifat-sifat setiap komponen kita mendapatkan gagasan baru dan
kombinasi baru (Munandar, 1999 : 109).
g)
Pemecahan masalah secara kreatif
Parners, Noller
dan Biondi (1971) dalam Munandar (1999:110-111) menajukan suatu model pemecahan
masalah secara kreatif (PMK) meliputi:
1.
Tahap mengumpulkan fakta
2.
Tahap menemukan masalah
3.
Tahap menemukan gagasan
4.
Tahan mnemukan jawaban
5.
Tahap menemukan penerimaan
c. Mengapa belajar
kreatif itu penting ?
Refinger (1980
: 9-13) dalam Conny Semawan (1990:37-38) memberikan empat alasan mengapa
belajar kreatif itu penting.
1.
Belajar kreatif membantu anak menjadi berhasil
guna jika kita tidak bersama mereka. Belajar kreatif adalah aspek penting dalam
upaya kita membantu siswa agar mereka lebihmampu menangani dan mengarahkan
belajar bagi mereka sendiri.
2.
Belajar kreatif menciptakan
kemungkinan-kemungkinan untuk memecahkan masalah-masalah yang tidak mampu kita
ramalkan yang timbul di masa depan.
3.
Belajar kreatif dapat menimbulkan akibat yang
besar dalam kehiduppan kita. Banyak pengalamankreatif yang lebih dari pada
sekedar hobi atau hiburan bagi kita.Kita makin menyadari bahwa belajar kreatif
dapat mempengaruhi, bahkan mengubah karir dan kehidupan pribadi kita.
4.
Belajar kreatif dapat menimbulkan kepuasan dan
kesenangan yang besar.
d. Tiga tingkat belajar kreatif (model triffinger)
Dalam pembelajaran kretaif, terdapat
teknik-teknik tertentu yang penggunaanya harus disesuaikan dengan fungsi dan
tahap pembelajaran. Metode dan teknik kreatif berikut mengacu kepada model
pembelajaran kreatif dari Treffinger (1980) .Model pembelajaran kreatif oleh
Treffinger dikelompokkan menjadi tiga tingkat.Tingkat pertama, adalah
pengembangan fungsi pemikiran divergen. Tingkat kedua, adalah pengembangan
proses pemikiran dan perasaan yang majemuk. Tingkat ketiga, adalah keterlibatan
dalam tantangan nyata. Uraian dari masing tingkatan-tingkatan tesebut disajikan
sebagai berikut :
a.
Teknik-teknik kreatif tingkat pertama
Teknik pembelajaran kreatif tingkat pertama
yang menekankan pada fungsi-fungsi divergen in antara lain menggunakan teknik
pemanasaan, pemikiran dan perasaan terbuka, sumbang saran dan penangguhan
kritik, daftar penulisan gagasan, penyusunan sifat, dan hubungan yang
dipaksakan. Metode pembelajaran kreatif tingkat pertama
ini mempunyai beberapa ciri umum sebagai berikut:
ini mempunyai beberapa ciri umum sebagai berikut:
Pengahiran terbuka (oopen
endedess).kegiatan-kegiatan pada tingkat ini menghendaki ditemukanya sejumlah
kemungkinan jawaban. Bukan dikemukakanya sebuah jawaban yang benar.
Penerimaan banyak gagasan dan jawaban yang
berbeda. Konsekuensi dari bervariasinya jawaban yang diinginkan adalah
ditemukanya jawaban-jawaban yang bervariasi, yang kadang-kadang ada yang tidak
lazim, aneh, atau luar biasa. Terhadap yang demikian itu kita harus membina dan
menghargai, sebagimana kita menghargai gagsan yang wajar.
Gagasan-gagasan tingkat satu meminta kita
untuk menerima pandangan yang baru dan melihat melebihi pemikiran biasa atau pikiran
yang terikat dengan kebiasaan kita. Guru mencoba bertindak sebagai kamera yang
menangkap sebanyak mungkin dalam setiap situasi.
Beberapa teknik kreatif tingkat pertama
seperti disebutkan diatas diuraikan sebagai berikut :
1.
Pemanasan
Teknik pemanasan ini pada intinya merupakan kegiatan
prabelajar yang digunakan pada tahap awal pelajaran. Tahap pemanasan ini
mengupayakan adanya kondisi pelepasan pikiran pebelajar dengan cara pembebasan
diri dari peraturan-peraturan dan hukum-hukum berpikir yang berlaku. Pembelajar
dikondisikan untuk terbebas dari kebiasan menjawab dengan tepat, dari
batasan-batasan waktu, serta diarahkan untuk lebih banyak menghasilkan ide.
2.
Pemikiran dan perasaan berahkir terbuka
Teknik pemikiran dan perasaan berahir ini pada
intinya ingin mengupayakan agar pembelajar terdorong memunculkan perilaku
divergen. Perilaku ini dapat dirangsang dengan cara mengajukan pertayaan yang
memungkinkan pembelajar mengungkapkan segala peraaan dan pikiran sebagai
jawaban. Adapun kegiatan pemikiran dan perasaan pengakhiran terbuka (oopen-ended
thoughtand feeling) dapat dicontohkan sebagai berikut :
Andaikata Pertanyaan ini dapat diungkapkan
melalui pertanyaan tentang situasi yang tidak benar atau sesuatu yang
bertentangan dengan fakta. Contoh: andaikata pemberantasan korupsi tidak bisa
tuntas ditahun-tahun ini, apa yang bakal terjadi ditahun 2012 nanti?
Peningkatan suatu produk. Pertanyaan ini dapat
dikemukakan melalui pengungkapan pemikiran pengembangan atau peningkatan
terhadap suatu kondisi yang telah ada. Contoh: bagaimana cara memperbaiki cara
belajar yang biasa dilakukan sekarang.
Permulaan yang tidak selesai. Pertanyaan ini
dapat dikemukakan dengan menyajikan suatu kondisi yang belum selesai atau belum
sempurna, untuk dipikirkan kemungkinan penyelesaian atau penyempurnaanya. Contoh:
penyelesaian sebuah kasus, cerita, desain,rancangan dan sebagainya.
Pengguna baru dari objek-objek umum.
Pertanyaan ini dapat dikemukakan melalui penyajian suatu benda atau hal untuk
dipikirkan fungsi lainya dilain fungsi yang lazim. Contoh: tali sepatu, kancing
baju, kumis, dan lain sebagainya.
Alternatif judul. Pertanyaan ini dapat
dikemukakan melalui penyajian suatu stimulasi untuk dipikirkan judulnya yang
tepat. Contoh: kepada pembelajar ditunjukkan naskah sebuah cerita, dan bisa
lukisan atau gambar-gambar tentang sesuatu.
Membantu siswa atau anak untuk mengajukan
pertanyaan. Kegiatan ini dilakukan mengingat pada biasanya siswa beranggapan
bahwa gurulah yang banyak mengajukan pertanyaan dalam konteks pembelajaran. Di
sini siswa diberikan kesempatan banyak untuk memikirkan banyak pertanyaan.
Melalui strategi pemikiran dan perasan terbuka ini diharapkan pembelajar akanterangsang
untuk meningkatkan rasa ingin tahunya, dan menguatkan minat untuk terlibat dalam
aktivitas pembelajaran.
Sumbang Saran Teknik sumbang saran
(brainstorming) yang dikemukakakan oleh Osborn ini mengkondisikan agar
pembelajar lebih bersikap terbuka, lebih terbuka terhadap lingkungan, dan
produktif dalam melahirkan gagasan-gagasan.
b.
Teknik-teknik kreatif tingkat kedua
Dalam teknik- Menyusun kembali (rearrange):
komponen yang saling dapat menggantikan seperti: pola, tata letak, urutan, dan
sebagainya.
Pada dasarnya, kata kerja tersebut dapat disusun sendiri dengan menyesuaikan dengan konteks atau masalah yang relevan.
Pada dasarnya, kata kerja tersebut dapat disusun sendiri dengan menyesuaikan dengan konteks atau masalah yang relevan.
Penyusunan sifat Seperti halnya teknik yang
lain, teknik penyusunan sifat ini memiliki ciri guna tersendiri, yaitu untuk
merangsang munculnya banyak gagasan dalam memecahkan atau menganalisis satu
objek. Langkah-langkah penting dalam teknik ini adalah pertama, mengidentifikasi
sifat atau ciri suatu objek atau masalah; kedua,meninjau satu persatu dari
setiap ciri atau sifat untuk dipertimbangkan kemungkinan perubahan yang bisa
terjadi; ketiga, menampung adanya berbagai gagasan dengan melakukan pencatatan;
keempat, melakukan penilaian terhadap setiap gagasan dengan catatan bahwa penilaian
ini baru boleh dilakukan apabila pencacatan terhadap semua gagasan telah
selesai.
Teknik hubungan yang dipaksakan
(forcedrelationships) kini merupakan teknik kreatif yang mencakup beberapa cara
untuk melihat kemungkinan dan kombinasi baru dari objek atau gagasan, yang
tidak pernah kelihatan ada jika tidak dicoba untuk dipaksakan. Ada babarapa
cara yang dapat digunakan, antara lain adalah teknik mendaftar dan teknik
katalog.
Teknik-teknik kreatif tingkat teknik kreatif
tingkat kedua ini pada intinya ingin mengupayakan agar pembelajar lebih
meluaskan pemikiranya serta melakukan peran serta dalam kegiatan-kegiatan yang
lebih majemuk dan menantang. Dalam teknik ini akan lebih terasa betapa penting
pola berpikir divergen untuk memecahkan masalah secara efektif. Secara seingkat
berikut ini akan menguraikan beberapa teknik kreatif tingkat kedua, antara
lain:
1.
Teknis analis morfologis. Teknik analis morfologis ini merupakan
gabungan teknik-teknik kreatif tingkat pertama yang telah dikemukakan, yaitu
teknik sumbang saran, teknik hubungan yang dipaksakan, dan teknik penyusunan
sifat. Teknik ini bertujuan agar pembelajar mampu mengidentifikasi ide-ide
baru, dengan cara mengkaji secara cermat bentuk dan struktur masalah. Dengan
mencermati struktur dari bagian-bagian utama dari masalah, pembelajar dapat
mengembangkan berbegai alternatif atau gagasan-gagasan dari kombinasi
unsur-unsur yang baru.
2.
Teknik bermain peran dan sosiodrama. Bermain peran dan sosiodrama
merupakan teknik pembelajaran untuk menghadapi proses pemikiran dan perasaan
yang majemuk secara efektif. Teknik ini mengupayakan agar pembelajar dapat
menangani konflik, stres, dan masalah yang timbul dari pengalaman dalam
kehidupanya.
3.
Synectics. Oleh penemuan synectics ini W.j.j. Gordon (1980), teknik
synectics merupakan teknik mempertemukan bersama berbagai macam unsur dengan
menggunakan kiasan (metafor) untuk memperoleh suatu pandangan yang baru. Ada
dua prinsip dasar dalam teknik ini adalah, pertama, membuat yang asing menjadi
yang lazim; dan kedua,membuat yang lazim menjadi yang asing, keduanya melalui
kiasan dan analogi. Analogi disini dimaksudkan sebagai suatu pernyataan yang
mengungkapkan kesamaan antara hal-hal atau gagasan-gagasan atas dasar
pembandingan.
c.
Teknik-teknik kreatif tingkat ketiga
Dalam tingkat ketiga ini teknik kreatif
mengupayakan keterlibatan pembelajar dalam masalah dan tantangan nyata. Ini
bermaksud agar kegiatan pembelajaran akan lebih bermakna bagi para pembelajar
untuk menghadapi masalah nyata dalam kehidupanya. Pada tahap ini pembelajar
telibat langsung dalam pengajuan pertanyaan secara mandiri dan diarahkan
sendiri.Adapun teknik yang digunakan dalam tingkat ketiga ini adalah teknik
pemecahan masalah (PMK) secara kreatif.PMK ini merupakan teknik yang sistematik
dalam mengorganisasi dan mengolah keterangan dan gagasan, sehingga masalah
dapat dipahami dan dipecahkan secara imajinatif. Pemikiran yang logis, analitik
dan divergen akan terlibat keras dalam teknik ini.
Merancang suatu desain pembelajaran
yang sifatnya amat khusus bagi anak kreatif adalah tugas yang paling kompleks
dan yang paling sering diriset oleh para pakar, dan masih jauh dari pada
sempurna. Namun begitu ada beberapa petunjuk yang dapat kita peroleh dalam
merancang kegiatan ini. Dengan beranjak dari pengertian bahwa anak kreatif
terus menerus memerlukan stimulasi mental untuk mencapai perkembangan unik yang
optimal, maka Renzulli ( Clark, 1986) memaparkan tujuh langkah kunci dalam
merancang suatu desain pembelajaran, yaitu mencakup :
·
Seleksi dan latihan guru.
·
Pengembangan kurikulum berdiferensiasi dalam berbagai bidang untuk
memenuhi kebutuhan belajar dalam segi akademis dan seni.
·
Prosedur identifikasi jamak.
·
Pematokan sasaran program yang sifatnya terdiferensiasi.
·
Orientasi staf dan peningkatan sikap kerja sama.
·
Rencana evaluasi.
·
Peningkatan administrative.
Suatu panitia khusus dalam setiap sekolah
perlu diadakan, terdiri dari kepala sekolah guru, orang tua, konselor dan
pegawai administrasi yang bertanggung jawab atas kegiatan sehari-hari perlu
dibentuk dalam merancang program ini.
2. Mengajar Kreatif
a. Pengertian mengajar kreativitas
Kreativitas adalah hasil dari interaksi antara individu dan
lingkungannya seseorang mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lingkungan dimana ia
berada dengan demikian baik berubah di dalam individu maupun di dalam
lingkungan dapat menunjang atau dapat menghambat upaya kreatif. (Munandar, 1995
: 12).
Kreativitas juga diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk
melahirkan sesuatu yang baru baik berupa gagasan maupun karya nyata, yang
relatif berbeda dengan apa yang telah ada sebelumnya (Supriyadi, 1994 : 7).
Secara psikoligis, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu
perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya. “belajar juga adalah suatu proses usaha yang
dilakukan seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya” (Slameto, 2003 : 2).
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya” (Slameto, 2003 : 2).
Jadi kreativitas belajar dapat diartikan sebagai kemampuan siswa
menciptakan hal-hal baru dalam belajarnya baik berupa kemampuan mengembangkan
kemampuan formasi yang diperoleh dari guru dalam proses belajar mengajar yang
berupa pengetahuan sehingga dapat membuat kombinasi yang baru dalam belajarnya.
b. Tehnik mengajar kreatif meliputi:
1. Memberikan pemanasan
Sebelum memulai dengan kegiatan yang menuntut prilaku kreatif siswa
sesuai dengan rencana pelajaran lebih dahulu diusahakan sikap menerima
(reseptif) di Kalangan siswa, terutama berlaku apabila siswa sebelumnya baru
saja terlibat dalam suatu penguasaan yang berstruktur, mengerjakan soal fiqih, tugas
atau kegiatan, bertujuan meningkatkan pemikiran kreatif menuntut sikap belajar
yang berbeda lebih terbuka dan tertantang berperanserta secara aktif dengan
memberikan gagasan-gagasan sebanyak mungkin untuk itu diberikan pemanasan yang
dapat tercapai dengan memberikan pertanyaan pertanyaan terbuka dengan menimbulkan
minat dan rasa ingin tahu siswa.
2.
Pemikiran
dan perasaan terbuka
Cara yang paling sederhana untuk merangsang pemikiran kreatif ialah
dengan mengajukan pertanyaan yang memberikan kesempayan timbulnya berbagai
macam jawaban sebagai ungkapan pikiran dan perasaan serta dengan membantu siswa
mengajukan pertnayaan.
Contoh-kegiatan pemikiran dan perasaaan terbuka:
Contoh-kegiatan pemikiran dan perasaaan terbuka:
1.
Menyelesaikan
sesuatu yang telah dimulai
2.
Mencari
penggunaan baru dari benda sehari-hari
3.
Meningkatkan
atau memperbaiki suaut produk atau benda (Munandar, 1999 : 100-1003).
3. Memupuk Iklim Belajar Kreatif
a.
Menerapkan
strategi
memupuk
iklim
belajar
kreatif
Apabila memperkatakan mengenai peranan guru dalam
merangsang kreativiti pelajar timbul dua persoalan utama yang perlu dijawab.
Persoalan pertama ialah sejauh manakah benarnya kenyataan bahawa kreativiti
para pelajar sememangnya boleh dipertingkatkan dalam bilik darjah? Persoalan
kedua pula ialah mengenai bagaimanakah para guru boleh membantu
meningkatkan kreativiti pelajar atau apakah sikap,pendekatan atau tindakan yang
guru perlu tunjuk dan lakukan untuk merangsang kemampuan kreatif pelajar?
Ada beberapa kajian ( Niu & Sternberg 2003; Torrance
1961) yang telah dilakukan untuk menjawab persoalan pertama yang penting itu.
Niu & Sternberg (2003) telah menjalankan satu kajian untuk menganalisa dua
cara yang digunakan untuk meningkatkan kreativiti 96 orang pelajar di
sebuah Sekolah Tinggi di Beijing, China. Para pelajar ini telah diminta untuk
menghasilkan satu hasil seni yaitu kolaj. Dalam kajian ini para pelajar
telah dibahagikan kepada 3 kumpulan yaitu kumpulan pertama tidak menerima
sebarang arahan supaya menjadi kreativiti apabila menghasilkan kolaj, kumpulan
kedua telah menerima arahan supaya menjadi kreatif apabila menghasilkan kolaj
dan kumpulan ketiga pula telah diajar secara terperinci bagaimana menghasilkan
kolaj yang kreatif. Kolaj yang dihasilkan oleh para pelajar tersebut telah
diadili secara subjektif dan objektif. Hasil kajian ini mendapati bahawa para
pelajar yang telah diminta menjadi kreatif telah menghasilkan kolaj yang
kreatif berbanding dengan rakan-rakan mereka yang tidak menerima sebarang
arahan supaya menjadi kreatif. Kajian juga mendapati bahawa pelajar yang diajar
secara terperinci bagaimana menghasilkan kolaj yang kreatif telah menghasilkan
kolaj yang paling kreatif. Dapatan kajian ini menunjukkan kepada kita bahawa
kreativiti pelajar boleh ditingkatkan dalam bilik darjah melalui
arahan-arahan yang disampaikan oleh guru kepada para pelajarnya.
Di samping itu, Torrance (1961) telah mengajar
guru-guru di beberapa buah sekolah di Amerika Syarikat lima prinsip pengajaran
kreatif iaitu: (1) menghormati soalan-soalan yang dikemukakan oleh pelajar; (2)
menghormati idea-idea imaginatif yang dikeluarkan oleh pelajar; (3) tunjukkan
kepada pelajar bahwa idea-idea yang mereka keluarkan mempunyai nilai
tersendiri; (4) benarkan pelajar melakukan perkara-perkara tertentu untuk tujuan
latihan semata-mata tanpa sebarang penilaian; dan (5) kaitkan sebarang
penilaian yang guru lakukan dengan sebab dan akibat. Para guru tersebut telah
menjalankan pengajaran dengan mengikut kelima-lima prinsip ini selama empat
minggu. Satu lagi kumpulan guru yang dikawal telah menjalankan pengajaran
mereka mengikut prosedur biasa untuk tempoh yang sama. Ujian kreativiti yang
dilakukan terhadap pelajar sebelum dan sesudah kajian ini dilakukan menunjukkan
bahawa terdapat peningkatan yang mendadak terhadap pelajar yang diajar oleh
guru menggunakan lima prinsip pengajaran kreativiti berbanding dengan pelajar
yang diajar oleh guru mengikut prosedur biasa. Mereka mendapat markah yang
lebih tinggi untuk keaslian , keluwesan, kefleksibelan dan penghuraian (Stein,
1974).
Sebagai tambahan, Amabile (1983) mendakwa bahawa
sesiapa yang memiliki kebolehan kognitif yang biasa boleh bercita-cita untuk
menghasilkan sesuatu yang kreatif dalam bidang tertentu. Cropley (1992) pula
menambah bahwa semua pelajar tanpa mengira tahap kepintaran mereka
memilikinkemampuan untuk berfikir secara konvergen dan divergen. Pemikiran
divergen adalah pemikiran yang dikaitkan dengan kreativiti. Bagi menjawab
soalan yang kedua yaitu bagaimanakah kreativiti boleh dipertingkatkan, beberapa
percobaan telah dilakukan untuk membangunkan pelbagai pendekatan untuk
meningkatkan kreativiti dalam bilik darjah. Secara keseluruhannya pendekatan
itu boleh dibahagikan kepada tiga kategori yaitu: (a) Strategi-strategi umum
yang hanya melibatkan perubahan dalam stail pengajaran guru atau pedagogi (b)
Pendekatan berstruktur yang melibatkan penggunaan teknik-teknik khusus (c)
Pendekatan penyelesaian masalah terhadap isi mata pelajaran. Disebabkan
kekangan masa dan tenaga, perbincangan ini akan memberikan tumpuan kepada
strategi-strategi umum yang hanya melibatkan perubahan dalam stail pengajaran
guru.
b.
Menjelaskan tentang saran - saran dalam memupuk belajar kreatif
1.
Menghargai kreativitas siswa.
2.
Bersikap terbuka terhadap gagasan-gagasan baru.
3.
Mengakui dan menghargai adanya perbedaan individual.
4.
Bersikap menerima dan menunjang anak.
5.
Menyediakan pengalaman mengajar yang berdiferensisasi.
6.
Memberikan struktur dalam mengajar sehingga anak tidak
merasa.
7.
Ragu-ragu tetapi di lain pihak cukup luwes sehingga
tidak menghamabat pemikiran, sikap dan perilaku kreatif anak.
8.
Setiap anak ikut mengambil bagian dalam merencanakan
pekerjaan sendiri dan pekerjaan kelompok.
9.
Tidak bersikap sebagai tokoh yang “maha mengetahui”
tetapi menyadariketerbatasannya sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar