PENGEMBANGAN KREATIVITAS DAN KEBERBAKAT
Heni Rahmawati - 14514914
1PA15
UNIVERSITAS GUNADARMA
FAKULTAS PSIKOLOGI
2015
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Dalam
kehidupan ini kreativitas sangat penting, karena kreativitas merupakan suatu
kemampuan yang sangat berarti dalam proses kehidupan manusia. Kreativitas melahirkan pencipta besar yang
mewarnai sejarah kehidupan umat manusia dengan karya-karya spektakulernya.
Seperti Bill Gate si raja microsoft, JK
Rolling dengan novel Harry Poternya, Ary Ginanjar dengan ESQ (Emotional & Spiritual Question) ,
penulis Pramudia Anatatur dengan karya-karyanya yang tak lekang oleh
waktu, penyanyi Kris Dayanti, Melly Goeslow,
Seniman Titik Puspa, dll. Apa yang mereka ciptakan adalah karya orisinil yang
luar biasa dan bermakna, sehingga orang terkesan dan memburu karyanya.
Setiap
orang memiliki potensi kreatif dalam derajat yang berbeda-beda dan dalam bidang
yang berbeda-beda. Potensi ini perlu dipupuk sejak dini agar dapat diwujudkan.
Untuk itu diperlukan kekuatan-kekuatan pendorong, baik dari luar (lingkungan)
maupun dari dalam individu sendiri. Dalam pengembangan kreativitas kita
bertitik tolak dari karakteristik kreativitas yang perlu di pupuk pada setiap
orang yang meliputi ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Motivasi internal
ditumbuhkan dengan memperhatikan bakat dan kreativitas individual, serta
menciptakan suasana yang menjamin keamanan dan kebebasan psikologi untuk
mengungkapkan kreatif setiap orang di lingkungan rumah, sekolah dan masyarakat.
Pembelajaran di sekolah, kegiatan di rumah dan di luar sekolah memnungkinkan
sesorang untuk menyibukan dirinya secara
kreatif (proses).
Kebutuhan
akan kreativitas dirasakan dalam semua aspek kehidupan manusia. Terutama dalam
masa pembangunan dan era globalisasi ini, setiap individu dituntut untuk
meluaskan cakrawala mentalnya agar mampu menghadapi tantangan-tantangan di masa
depan. Oleh karena itu, pengembangan potensi kreatif yang pada dasarnya ada
pada setiap orang terlebih pada mereka yang memiliki kemampuan dan kecerdasan
luar biasa, perlu dimulai sejak dini baik untuk perwujudan diri pribadi maupun
untuk kelangsungan hidup bangsa dan negara.
Keberbakatan
(giftedness) dan keunggulan dalam
kinerja mempersyaratkan dimilikinya tiga tandan (cluster) ciri-ciri yang kait
mengait, yaitu kemampuan umum atau kecerdasan diatas rata-rata, kreativitas,
dan pengikatan diri terhadap tugas sebagai motivasi internal yang cukup tinggi.
Oleh karena itu, untuk menumbuhkan sumber daya yang berkualitas, ketiga
karakteristik tersebut perlu ditumbuhkembangkan dalam tiga lingkungan
pendidikan yaitu, keluarga, sekolah dan masyarakat.
1.2 Batasan Masalah
1. Apa itu motivasi intrinsik untuk kreativitas?
2. Apa saja kondisi eksternal yang
mendorong perilaku kreatif?
3. Apa teori yang melandasi proses
kreatif menurut Wallas?
4. Apa isi dari teori tentang belahan
otak kanan dan kiri?
5.
Untuk Mengetahui Penilaian dalam Hukum Paten?
6.
Untuk mengetahui model besemer dan triffinger?
7.
Untuk mengetahui model penilaian kreatif dan mengarang.
8.
Untuk mengetahui pengertian keberbakatan.
9.
Untuk mengetahui pengertian kreativitas.
10. Untuk mengetahui hubungan
pengertian keberbakatan dan kreativitas.
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui motivasi intrinsik untuk kreativitas.
2. Untuk mengetahui kondisi eksternal yang mendorong perilaku
kreatif.
3. Untuk mengetahui teori yang
melandasi proses kreatif menurut Wallas.
4. Untuk mengetahui isi dari teori
tentang belahan otak kanan dan kiri.
5.
Untuk Mengetahui Penilaian dalam Hukum Paten.
6.
Untuk mengetahui model besemer dan triffinger.
7.
Untuk mengetahui model penilaian kreatif dan mengarang.
8.
Untuk mengetahui pengertian keberbakatan.
9.
Untuk mengetahui pengertian kreativitas.
10. Untuk mengetahui hubungan
pengertian keberbakatan dan kreativitas.
1.4
Manfaat Penulisan
1. Dapat menambah wawasan mengenai kreativitas.
2. Mengetahui pandangan para tokoh mengenai proses kreativitas.
3. Mengetahui teori-teori tentang kreativitas .
BAB II
ISI DAN PEMBAHASAN
I.
TEORI
PENDORONG KREATIVITAS
1.2
Motivasi Intrinsik Dari Kreativitas
Setiap individu memiliki kecenderungan atau dorongan untuk
dapat mewujudkan potensi dan bakat yang dimilikinya, mewujudkan dirinya,
dorongan berkembang menjadi lebih matang, dorongan mengungkapkan dan
mengaktifkan semua kapasitasnya yang sering dikenal dengan mengaktualisasikan
dirinya secara nyata. Motivasi intrinsik adalah motivasi yang berasal dari
dalam individu. Artinya, seseorang melakukan tindakan atau perilaku tidak
berasal dari motif-motif atau dorongan-dorongan yang berasal dari luar diri.
Motivasi intrinsik merupakan motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya
tidak perlu dirangsang dari luar karena dalam diri setiap individu sudah ada
dorongan untuk melakukan sesuatu. Motivasi Intrinsik juga dikatakan sebagai
motivasi internal untuk melakukan sesuatu demi sesuatu itu sendiri (tujuan itu
sendiri).
Kreativitas
setiap individu, dalam organisasi sebagai ilustrasi, ditentukan oleh tiga
komponen: keahlian, keterampilan berpikir kreatif, dan motivasi. Keterampilan
berpikir kreatif menentukan seberapa fleksibel dan imajinatif orang-orang dalam
organisasi saat menghadapi masalah. Niat dari dalam diri untuk memecahkan
masalah yang ada, biasanya justru membawa pada solusi-solusi yang lebih
kreatif. Ketimbang misalnya bila motivasi memecahkan masalah itu muncul atau
ada karena ingin memperoleh imbalan finansial. Komponen motivasi ini disebut
motivasi intrinsik. Ini merupakan salah satu motivasi yang dapat dengan cepat
dipengaruhi keberadaannya oleh kondisi lingkungan kerja.
Berbeda
dari motivasi ekstrinsik, motivasi intrinsik berkaitan dengan keinginan dan
minat dari dalam diri untuk melakukan sesuatu (internal desire) yang
mulia. Orang akan lebih kreatif bila ia merasa termotivasi, utamanya oleh
karena minat, kepuasan, dan tantangan dari pekerjaan itu sendiri. Jadi,
termotivasi bukan karena tekanan-tekanan eksternal, seperti uang atau kendali
ketat sang atasan. Mumford dan Gastafson
(1988 dalam Ng Aik Kwang, 2001:4) seorang yang kreatif terbuka untuk menerima
pengalaman hidup, memiliki minat dalam hidup dan tertarik untuk mendalami
ide-ide yang kompleks, sehingga dapat mengembangkan dan menggunakan model
mental yang kompleks untuk memecahkan masalah dalam dunia nyata. Walaupun kerja
kreatif telah dijadikan pertimbangan, namun model mental yang kompleks belum
mencukupi. Karena Kreativitas sebagai ide yang abstrak dan tidak dapat diukur
(untested) harus diterjemahkan menjadi tindakan yang konkret. Kreativitas
dengan menggunakan teknik penilaian secara konsensus (consensual assesment
technique) (Ng Aik Kwang, 2011:5).
Ambile menyatakan suatu produk atau respon
disebut kreatif apabila beberapa penelitian yang sesuai secara bebas menyetujui
bahwa itu disebut kreatif. Peneliti yang sesuai dalam kompetensi melukis,
arsitek dalam kompetensi disain dan penulis (writers) dalam kompotensi mengarang. Dengan menggunakan teknik
penilaian konsensus terhadap Kreativitas seperti tersebut di atas, Ambile dan
teman-teman telah melakukan pelbagai studi empiris yang menekankan motivasi
intrinsik, yang menyenangi apa yang sedang ia lakukan, dengan tingkah laku
kreatif. Peran penting dari motivasi instrinsik digambarkan oleh Amabile (dalam
Ng Aik Kwang, 2001:6) dalam model komponen Kreativitas yang terdiri dari tiga
komponen penting:
1. Keterampilan dalam ranah yang
relevan (domain-relevant skill) yang
mengacu pada pengetahuan, keterampilan dan kemampuan yang berkaitan dengan
ranah khusus dimana seorang yang kreatif tertarik.
2. Keterampilan yang relevan dengan
Kreativitas (creativity-relevant skill)
yang mengacu pada kemampuan kognisi, seperti kemampuan berpikiran divergen,
sebaik seperti ciri-ciri kepribadian seperti keterbukaan terhadap pengalaman,
kecondongan (penchant) mengambil
resiko, toleransi yang besar terhadap kebermaknaan ganda (ambiquitas).
3. Terakhir adalah motivasi intrinsik
yang mengacu pada keinginan untuk melakukan suatu tugas yang masih
dipertanyakan. Tanpa adanya motivasi instrinsik ini, ia akan mengahadapi
kesulitan kesulitan untuk tetap pada jalurnya atau pendapatnya, terutama dengan
banyaknya hambatan yang ia hadapi, misalnya hadiah eksternal yang mempengaruhi
untuk meninggalkan idenya.
Pendekatan sistem, ketiga pendekatan yang telah diuraikan di
atas masih memerlukan adanya aspek kunci, karena Kreativitas tidak ada akan
terjadi dalam keadaan sosial yang hampa (vacum).
Sebaliknya justru terdapat hubungan yang erat antara seseorang yang kreatif
dengan dunia sosialnya, dimana ia dapat menbentuk aktivitas kreatifnya.
1.2 Kondisi Eksternal yang Mendorong
Perilaku Kreatif
Kreativitas
dapat berkembang dalam suasana non-otoriter, yang memungkinkan individu untuk
berpikir dan menyatakan diri secara bebas, dan di mana sumber dari pertimbangan
evaluatif adalah internal (Rogers, dalam Vernon, 1982).
Carl Rogers (dalam Vernon, 1982) menegaskan
bahwa satu persyaratan utama bagi berkembangannya kreativitas suatu bangsa
adalah adanya kebebasan. Kebebasan untuk berpikir, menyatakan pikiran,
mencipta, yang dapat kita ringkaskan pada moyangnya segala rupa kebebasan yang
menjadi hak asasi manusia, yakni adanya kebebasan melakukan pilihan (freedom of choice).
Menurut
pengalaman Rogers dalam psikoterapi,
penciptaan kondisi keamanan dan kebebasan psikologis memungkinkan timbulnya
kreatifitas yang konstruktif.
1. Keamanan Psikologis
Menerima individu sebagaimana adanya
dengan segala kelebihan dan keterbatasannya (memberi kepercayaan, yang dapat
memberi efek menghayati suasana keamanan).
Mengusahakan suasana yang ada
didalamnya evaluasi eksternal tidak ada (atau sekurang-kurangnya tidak bersifat
atau punya mempunyai efek mengancam).
Memberikan pengertian secara empatis
(dapat ikut menghayati) perasaan, pemikiran, tindakan serta dapat melihat sudut
pandang, dan tetap menerimanya, memberi rasa aman.
2. Kebebasan Psikologis
Jika
setiap orang memiliki kesempatan untuk bebas mengeksperiskan secara simbolis
pikiran-pikiran atau perasaan-perasaannya,
permissiveness ini memberikan
pada seseorang kebebasan dalam berpikir atau merasakan sesuai dengan apa yang
ada dalam dirinya. Mengekspresikan tindakan konkret perasaan-perasaannya
(misalnya dengan memukul) tidak selalu dimungkinkan, karena hidup dalam
masyarakat selalu ada batas-batasnya, tetapi eksperesi secara simbolis
hendaknya dimungkinkan.
Menurut Simpson dalam Vernon (1982 dalam Utami Munandar 1999:28)
dorongan internal merupakan: “the
intiative that one manifest by his power to break away from the usual sequence
pf thought”. Insitiatif yang dimanisfestasikan dengan dorongan untuk keluar
dari seluruh pemikiran biasa. Mengenai dorongan dari lingkungan, ada lingkungan
yang tidak menghargai imajinasi atau fantasi dan menekankan Kreativitas dan
inovasi, kreativitas juga tidak akam berkembang dalam budaya yang terlalu
menekan konformitas dan tradisi yang kurang terbuka terhadap perubahan atau
perkembangan baru (Utami Munandar 1999:28-29).
II.
MENJALANKAN TEORI-TEORI YANG MELANDASI PROSES KREATIF
2.1
Teori Wallas
Teori wallas dikemukakan tahun 1926 dalam bukunya “the art
of thought” (Piirto, 1992), yang menyatakan bahwa proses kreatif meliputi empat
tahap, yaitu persiapan (1), inkubasi (2),
iluminasi (3), dan verifikasi (4).
1) Sesorang
mempersiapkan diri untuk memecahkan masalah dengan cara berfikir, mencari
jawaban, bertanya kepada orang dan sebagainya.
2) Tahap
dimana individu seakan-akan melepaskan diri untuk sementara dari masalah
tersebut, dalam arti bahwa ia tidak memikirkan masalahnya secara sadar, tetapi
“mengeramnya” dalam alam pra-sadar.
3) Tahap
timbulnya “insight” atau Aha-Erlebnis” saat timbulnya inspirasi
atau gagasan baru, beserta proses-proses psikologis yang mengawali dan
mengikuti munculnya inspirasi/gagasan baru.
4) Tahap
dimana ide atau kreasi baru tersebut harus diuji terhadap realitas. Disini
diperlukan pemikiran kritis dan konvergen. Dengan kata lain, proses divergensi
(pemikiran kreatif) harus diikuti
oleh proses konvergensi (pemikiran kritis).
Cropley (1994) menunjukkan hubungan antara
tahap-tahap proses kreatif dari Wallas (persiapan, inkubasi, iluminasi,
verifikasi) dan produk yang psikologis yang berinteraksi : hasil berpikir
konvergen , memperoleh pengetahuan dan ketrampilan, jika dihadapkan dengan
situasi yang menuntut tindakan yaitu pemecahan masalah individu menggabungkan unsur-unsur mental
sampai timbul “konfigurasi”. Konfigurasi dapat berupa gagasan, model, tindakan
cara menyusun kata, melodi atau bentuk.
2.2
Teori Tentang Belahan Otak Kanan-Kiri
Pendekatan psiko-biologis kreativitas adalah pembahasan yang
mencoba menjelaskan kreativitas dengan berdasarkan fungsi biologis organ tubuh
manusia khususnya fungsi otak. Otak besar (cortex)
terbagi atas dua belahan yang dihubungkan oleh sebuah bundelan serabut yang
saling menghubungkan (interconnecting)
yang disebut sebagai corpus callosum.
Belahan kanan korteks berfungsi untuk mengontrol tubuh bagian kiri, dan belahan
kiri korteks mengontrol tubuh bagian kanan.
Belahan
kiri dan kanan otak menanggapi jenis pengalaman yang berbeda dan menanggapinya
secara khas. Wittrock (1980 dalam
Clark, 1988) menyatakan bahwa kedua belahan otak boleh berbeda satu sama lain
karena strategi pengodean yang digunakan dan bukan karena jenis informasi yang
dikodekan. Menurut teori ini, belahan otak kiri bertanggung jawab bagi pemikian
linear, sequential, analytic dan rational. Sedangkan pemikiran-pemikiran
metaphoric, spatial, holistic merupakan tanggang jawab belahan otak kanan.
Bagan
Proses Pimikiran Otak
Otak Kiri
|
Otak Kanan
|
Vertikal
Kritis
Strategis
Analistis
|
Lateral
Hasil
Kreatif
|
Keterangan:
Berpikir Vertikal. Suatu proses
bergerak selangkah demi selangkah menuju tujuan Anda, seolah-olah Anda sedang
menaiki tangga.
Berpikir Lateral. Melihat
permasalahan Anda dari beberapa sudut baru, seolah-olah melompat dari satu
tangga ke tangga lainnya.
Berpikir Kritis. Berlatih atau
memasukkan penilaian atau evaluasi yang cermat, seperti menilai kelayakan suatu
gagasan atau produk.
Berpikir Analitis. Suatu proses
memecahkan masalah atau gagasan Anda menjadi bagian-bagian. Menguji setiap bagian untuk melihat bagaimana
bagian tersebut saling cocok satu sama lain, dan mengeksplorasi bagaimana
bagian-bagian ini dapat dikombinasikan kembali dengan cara-cara baru.
Berpikir Strategis. Mengembangkan
strategi khusus untuk perencanaan dan arah operasi-operasi skala besar dengan
melihat proyek itu dari semua sudut yang mungkin.
Berpikir tentang Hasil. Meninjau
tugas dari perspektif solusi yang dikehendaki.
Berpikir Kreatif. Berpikir kreatif
adalah pemecahan masalah dengan menggunakan kombinasi dari semua proses.
Corteks
dengan Corpus Callosum
Sumber:
Clark (1988) : Growing up gifted
Perlu
diingat bahwa kedua belahan otak kanan dan kiri berfungsi saling melengkapi,
bekerja secara kooperatif dalam memproses informasi (Clark, 1988). Sedangkan
dikotomi mental sebagai tercemin dalam uraian fungsi belahan otak kanan dan
belahan otak kiri oleh Springer, S.P dan
Deuthsch, G. (1981 dalam Utami Munandar 1999)
Tabel
dikotomi otak :
No
|
Belahan
Otak Kiri
|
Belahan
Otak kanan
|
1
|
Intelek
|
Intuisi
|
2
|
Kovergen
|
Divergen
|
3
|
intelektual
|
Emosional
|
4
|
Rasional
|
Mataforik,
intuitif
|
5
|
Verbal
|
Non
verbal
|
6
|
Horizontal
|
Vertikal
|
7
|
Kongkret
|
Abstrak
|
8
|
Realistis
|
Impulsif
|
9
|
Diarahkan
|
Bebas
|
10
|
Diferensial
|
Eksistensial
|
11
|
Sekuensial
|
Multipel
|
12
|
Historikal
|
Tanpa
batas waktu
|
13
|
Analisis
|
Sintesis,
holistik
|
14
|
Eksplisit
|
Implisit
|
15
|
Objektif
|
Subjektif
|
16
|
Suksesif
|
Simultan
|
Sumber:
Springer, S.P. dan Deutch, G. 1981 (dalam Utami Munandar 199)
Dari
pandangan Wittrock (1980) dan Spinger dan Deutch (1981) jelaslah bahwa
kreativitas merupakan fungsi belahan otak kanan, tercermin dari fungsi
divergen, metaforik, intuitif, sintesis, holistik yang semua fungsi tersebut
merupakan fungsi kreativitas.
Otak
dapat distimulus agar memiliki rangsang yang baik. Jika otak memiliki rangsang
yang baik, maka tidak diragukan lagi kinerjanya. Otak kiri memiliki fungsi atau
peranan yang lebih dibanding otak kanan ketika kita sedang berpikir, tentang
intelegensi seseorang, dan rasionalitas, sedangkan otak kanan manusia memiliki
kecenderungan dalam keindahan, seni, dan kegiatan non verbal.
III.
TEORI-TEORI YANG MELANDASI PRODUK
3.1
Penilaian Produk Penemuan Dalam Hukum Paten
Teori Tentang Hukum paten dalam
Penilaian Produk Penemuan
Hukum
paten AS mempertimbangkan unsur-unsur berikut dalam memberikan hak paten:
ü Kegiatan intelektual yang
bermutu
ü Gagasannya jelas
ü Jumlah eksperimentasi penting
ü Telah mengalami kegagalan
ü
Berguna dan merupakan kemajuan
ü
Kreatif
ü
Harus memenuhi kebutuhan yang belum terpenuhi
Patokan
dari hokum paten cukup membantu,tetapi tidak spesifik untuk penilaian secara
ilmiah dibutuhkan perangkat criteria yang disetujui untuk menilai produk
kreatif dan kemampuan kreatif.
3.2
Model Besemer Dan Treffinger
menyarankan
bahwa produk kreatif dapat digolongkan menjadi tiga kategori,yaitu:
1.
Kebaruan(novelty). Sejauh mana produk itu baru,tekhnik baru,bahan dan
konsep baru,dampak produk terhadap masa depan
2.
Pemecahan(resolution). Menyangkut derajat sejauh mana produk itu
memenuhi kebutuhan dari situasi bermasalah. Produk yang dihasilkan harus
bermakna,logis,dan berguna karena dapat diterapkan secara praktis.
3.
Elaborasi dan sintesis. Sejauh mana produk itu menggabung unsur-unsur yang
tidak sama menjadi keseluruhan yang canggih dan koheren. Produk yang dihasilkan
harus organis,elegan,kompleks,dapat dipahami,dan menunjukkan keterampilan.
3.3
Model Penilaian Kreativitas Dalam Mengarang
Meliputi empat criteria dari berpikir
kreatif,yaitu: kelancaran,kelenturan,keaslian,dan kerincian.
Menurut
Haefele ,Suatu produk kreatif tidak hanya harus baru tetapi juga diakui
kebermaknaannya. Produk yang saya hasilkan memang sudah ada yang membuatnya
dalam bentuk yang lain tetapi produk yang saya hasilkan ada unsure
kebermaknaannya yaitu menghias dinding kamar saya.
IV.
KEBERBAKATAN DAN KREATIVITAS MENJELASKAN PENGERTIAN KEBERBAKATAN DAN KAITAN
DENGAN PENGERTIAN KREATIVITAS
4.1
Pengertian Keberbakatan
Apa yang dimaksud “ keberbakatan” dan “ anak berbakat”?
Dalam kepustakaan yang ditemukan berbagai istilah dan definisi mengenai anak
berbakat dan keberbakatan. Istilah ini yang menunjukkan suatu perkembangan dari
pendekatan “uni-dimensional” ( seperti definisi dari Terman yang
menggunakan inteligensi sebagai criteria tunggal untuk mengidentifikasi anak
berbakat, yaitu IQ 140) ke pendekatan “ multi-dimensional “. Pendekatan
ini yang mengakui keragaman konsep dan kriteria keberbakatan, yaitu memerlukan
cara – cara dan alat – alat yang berbeda – beda pula untuk mengidentifikasinya.
1.
Definisi ESOE tentang keberbakatan
Dalam
seminar nasional mengenai Alternatif Program Pendidikan bagi Anak Berbakat yang
diselenggarakan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Pendidikan dan
Kebudayaan, Pusat Pengembangan Kurikulum dan Sarana Pendidikan bekerja sama
dengan Yayasan Pengembangan Kreativitas pada tanggal 12- 14 November 1981 di
Jakarta ( Utami Munandar, 1982), disepakati bahwa :
Anak
berbakat adalah anak yang oleh orang – orang profesional diidentifikasi sebagai
anak yang mampu mencapai prestasi yang tinggi karena mempunyai kemampuan –
kemampuan unggul. Anak – anak tersebut memerlukan program pendidikan yang
berdiferensiasi dan/ atau pelayanan di luar jangkauan program sekolah biasa
agar dapat merealisasikan sumbangan mereka terhadap masyarakat maupun untuk
pengembangan diri sendiri.
Kemampuan – kemampuan tersebut, baik
secara potensional maupun yang telah nyata, meliputi :
a.
Kemampuan intelektual umum
Para pendidik biasanya mendefinisikan
hal ini berdasarkan skor yang tinggi dari hasil tes inteligensi (biasanya 2
deviasi standar di atas mean) pada pengukuran individual ataupun kelompok.
Orang tua dan guru sering dapat mengenali anak yang memiliki bakat intelektual
umum ini dari keluasan pengetahuan umumnya dan ketinggian tingkat kosa kata,
ingatan, pengetahuan kata-kata abstrak, serta daya nalar abstraknya
b.
Kemampuan akademik khusus
Siswa yang memiliki bakat akademik
spesifik dapat dikenali dari kinerjanya yang menonjol dalam tes prestasi atau
tes bakat dalam satu bidang tertentu seperti bahasa atau matematika.
c.
Kemampuan berpikir kreatif –
produktif
Kreativitas yang menekankan produktivitas kreativitas adalah
munculnya hasil ide yang diperoleh melalui interaksi antara keunikan individu
dengan lingkungannya
d.
Kemampuan memimpin
Kepemimpinan dapat didefinisikan
sebagai kemampuan untuk mengarahkan individu-individu atau kelompok-kelompok ke
satu keputusan atau tindakan bersama. Siswa yang menunjukkan keberbakatan dalam
kemampuan kepemimpinan mampu menggunakan keterampilan kelompok dan bernegosiasi
dalam situasi- situasi yang sulit. Banyak guru dapat mengenali kepemimpinan
dari minat dan keterampilan siswa dalam pemecahan masalah. Karakteristik
kepemimpinan mencakup rasa percaya diri, tanggung jawab, kerjasama,
kecenderungan untuk mendominasi, dan kemampuan untuk mengadaptasikan diri
dengan mudah pada situasi-situasi baru. Siswa seperti ini dapat diidentifikasi dengan instrumen-instrumen seperti The Fundamental Interpersonal Relations Orientation Behavior (FIRO-B).
dengan mudah pada situasi-situasi baru. Siswa seperti ini dapat diidentifikasi dengan instrumen-instrumen seperti The Fundamental Interpersonal Relations Orientation Behavior (FIRO-B).
e.
Kemampuan dalam salah satu bidang
seni
Bakat seni merupakan keunggulan dalam menggambar, melukis,
memahat, dan berbagai ekspresi artistik yang dapat ditangkap oleh mata.
Sedangkan bakat pertunjukan menunjuk pada keunggulan baik dalam musik
instrumental maupun vokal, teater, dan tari. Siswa-siswa ini
dapat diidentifikasi dengan menggunakan instrumen deskripsi tugas seperti the
Creative Products Scales, yang dikembangkan untuk Detroit Public Schools
oleh Patrick Byrons dan Beverly Ness Parke di Wayne State University.
f.
Kemampuan psikomotor ( seperti dalam
olahraga)
Ini mencakup kemampuan kinesthetik
motor seperti keterampilan praktis, spasial, mekanik, dan fisik. Kemampuan tersebut jarang
dipergunakan sebagai kriteria dalam program keberbakatan.
Definisi ini merupakan adopsi dari definisi U.S. Office of
Education ( Maryland, 1972) dan dalam kepustakaan biasanya disebut sebagai
definisi USEO.
2.
Definisi dari Abraham Maslow
Maslow membedakan antara " kreativitas aktualisasi diri
“ kreativitas talenta khusus”. Orang – orang dengan kreativitas talenta khusus
memiliki bakat atau talenta kreatif yang luar biasa dalam bidang seni, sastra,
musik, teater, sains, bisnis, atau bidang lainnya. Orang – orang ini bisa saja
menunjukkan penyesuaian diri dan aktualisasi diri yang baik, tetapi mungkin
juga tidak.
Orang – orang kreatif yang mampu mengaktualisasi diri adalah
sehat mental, hidup sepenuhnya dan produktif, dan cenderung menghadapi aspek
kehidupannya secara fleksibel dan kreatif.
Implikasi dari pembedaan antara keduanya krativitas
aktualisasi diri dan kreativitas talenta khusus adalah penekanan pada
pentingnya ciri – ciri afektif dari kreativitas, ciri kepribadian, sikap,
motivasi, dan predisposisi untuk berpikir kreatif.
3.
Konsepsi Renzulli tentang
keberbakatan
Konsepsi
“ Three-Ring Conception” dari Renzulli dan kawan – kawan ( 1981), yang
menyatakan bahwa tiga ciri pokok yang merupakan kriteria ( persyaratan)
keberbakatan ialah keterkaitan antara :
g.
Kemampuan umum di atas rata – rata,
h.
Kreativitas di atas rata – rata, dan
i.
Pengikatan diri terhadap tugas (
task commitment cukup tinggi)
Menurut Renzulli, anak berbakat adalah mereka yang
memiliki atau berkemampuan mengembangkan gabungan ketiga kelompok sifat
tersebut dan mengaplikasikannya pada bidang kinerja kemanusiaan yang bernilai.
4.
Robert Sternberg dan Robert
Wagner(1982)
Mendefinisikan keberbakatan (giftedness) sebagai "a
kind of mental self-management". Manajemen mental kehidupan seseorang
yang konstruktif dan bertujuan mempunyai tiga elemen dasar, yaitu:
mengadaptasikan diri pada lingkungan, memilih lingkungan baru, dan membentuk
lingkungan.
Menurut Sternberg dan Wagner, kunci psikologis dasar
keberbakatan intelektual terdapat dalam keterampilan berwawasan (insight
skills) yang mencakup tiga proses utama:
- Memisahkan informasi yang relevan dari informasi yang irrelevan;
- Menggabungkan kepingan-kepingan informasi yang tidak berkaitan menjadi satu keseluruhan yang terpadu;
- Mengaitkan informasi yang baru diperoleh dengan informasi yang sudah diperoleh sebelumnya.
Sternberg dan Wagner menekankan kemampuan memecahkan masalah
dan memandang siswa berbakat sebagai individu yang mampu memproses informasi
secara cepat dan mempergunakan keterampilan berwawasan.
4.2
Pengertian Kreativitas
Salah satu masalah yang kritis
dalam meneliti, mengidentifikasi, dan mengembangkan kreativitas ialah bahwa ada
begitu banyak definisi tentang kreativitas, tetapi tidak ada satu definisi pun yang
dapat diterima secara universal. Mengingat kompleksitas dari konsep
kreativitas, agaknya hal ini tidak mungkin dan tidak perlu, karena kreativitas
dapat ditinjau dari berbagai aspek, yang kendatipun saling berkaitan tetapi
penekanannya berbeda – beda. Rodhes (1961, dalam Isaksen, 1987) dalam
menganalisis lebih dari 40 definisi tentang kreativitas, menyimpulkan bahwa
pada umumnya kreativitas dirumuskan dalam istilah pribadi (person), proses,
dan produk. Kreativitas dapat pula ditinjau dari kondisi pribadi dan
lingkungan yang mendorong ( press) individu ke perilaku kreatif. Rodhes
menyebut keempat jenis definisi tentang kreativitas ini sebagai “four p’s of
creativity “,yaitu
dimensi Person,Proses, Press dan Product. Kebanyakan definisi
kreativitas berfokus pada salah satu dari empat P ini atau kombinasinya.
Keempat P ini saling berkaitan: pribadi kreatif yang melibatkan diri dalam
menghasilkan produk kreatif, dan dengan dukungan dan dorongan ( press)
dari lingkungan menghasilkan produk kreatif. Torrance ( 1988) yang memilih
definisi proses tentang kreativitas, menjelaskan hubungan antara keempat P
tersebut sebagai berikut : dengan berfokus pada proses kreatif, dapat
ditanyakan jenis pribadi yang bagaimanakah akan berhasil dalam proses tersebut,
macam lingkungan yang bagaimanakah akan memudahkan proses kreatif, dan produk
yang bagaimanakah yang dihasilkan dari proses kreatif?
Marilah kita melihat beberapa definisi tentang kreativitas
berdasarkan empat P, menurut para pakar.
Definisi pribadi
Menurut Hulbeck (1945) “ tindakan
kreatif muncul dari keunikan keseluruhan kepribadian dalam interaksi dengan
lingkungannya”. Fokus pada segi pribadi jelas dalam definisi ini.
Definisi yang lebih baru tentang
kreativitas diberikan dalam “ three-facet model of creativity” oleh
Sternberg (1988), yaitu “kreativitas merupakan titik pertemuan yang khas antara
tiga atribut psikologis : inteligensi, gaya kognitif, dan kepribadian/
motivasi. Bersama – sama ketiga segi dari alam pikiran ini membantu
memahami apa yang melatarbelakangi individu yang kreatif “.
Inteligensi meliputi
terutama kemampuan verbal, pemikiran lancar, pengetahuan, perencanaan,
perumusan masalah, penyusunan strategi, representasi mental, ketrampilan
pengambilan keputusan, keseimbangan serta integrasi intelektual secara umum.
Gaya kognitif atau intelektual dari
pribadi yang kreatif menunjukkan kelonggaran dari keterikatan pada konvensi
menciptakan aturan sendiri, melakukan hal dengan caranya sendiri, menyukai
masalah yang tidak terlau terstruktur, senang menulis, merancang, lebih
tertarik pada jabatan yang kreatif, seperti pengarang, saintis, artis, atau
arsitek.
Dimensi kepribadian/ motivasi meliputi
cirri – ciri seperti fleksibilitas, toleransi terhadap kedwiartian, dorongan
untuk berprestasi dan mendapat pengakuan, keuletan dalam menghadapi rintangan,
dan pengambilan risiko yang moderat.
Definisi proses
Definisi pada dimensi proses upaya
mendefinisikan kreativitas yang berfokus pada proses berpikir
sehingga memunculkan ide-ide unik atau kreatif.
Utami Munandar menerangkan bahwa
kreativitas adalah sebuah proses atau kemampuan yang mencerminkan kelancaran,
keluwesan (fleksibititas), dan orisinalitas dalam berpikir, serta
kemampuan untuk mengelaborasi (mengembangkan, memperkaya, memperinci),
suatu gagasan. Pada definisi ini lebih menekankan pada aspek proses perubahan (inovasi
dan variasi). Selain pendapat yang diuraikan diatas ada pendapat
lain yang menyebutkan proses terbentuknya kreativitas sebagai berikut :
Wallas (1976) dalam Reni Akbar-Hawadi dkk, 2001
mengemukakan empat tahap dalam proses kreatif yaitu :
Tahap Persiapan; adalah tahap pengumpulan informasi atau data sebagai bahan untuk memecahkan masalah. Dalam tahap ini terjadi percobaan-percobaan atas dasar berbagai pemikiran kemungkinan pemecahan masalah yang dialami.
Inkubasi; adalah tahap dieraminya proses pemecahan masalah dalam alam prasadar. Tahap ini berlangsung dalan waktu yang tidak menentu, bisa lama (berhari-hari, berbulan-bulan, bertahun-tahun), dan bisa juga hanya sebentar (hanya beberapa jam, menit bahkan detik). Dalam tahap ini ada kemungkinan terjadi proses pelupaan terhadap konteksnya, dan akan teringat kembali pada akhir tahap pengeraman dan munculnya tahap berikutnya.
Tahap Persiapan; adalah tahap pengumpulan informasi atau data sebagai bahan untuk memecahkan masalah. Dalam tahap ini terjadi percobaan-percobaan atas dasar berbagai pemikiran kemungkinan pemecahan masalah yang dialami.
Inkubasi; adalah tahap dieraminya proses pemecahan masalah dalam alam prasadar. Tahap ini berlangsung dalan waktu yang tidak menentu, bisa lama (berhari-hari, berbulan-bulan, bertahun-tahun), dan bisa juga hanya sebentar (hanya beberapa jam, menit bahkan detik). Dalam tahap ini ada kemungkinan terjadi proses pelupaan terhadap konteksnya, dan akan teringat kembali pada akhir tahap pengeraman dan munculnya tahap berikutnya.
- Tahap Iluminasi; adalah tahap munculnya inspirasi atau gagasan-gagasan untuk memecahkan masalah. Dalam tahap ini muncul bentuk-bentuk cetusan spontan, seperti dilukiskan oleh Kohler dengan kata-kata now, I see itu yang kurang lebihnya berarti “oh ya”.
Tahap Verifikasi; adalah tahap
munculnya aktivitas evaluasi tarhadap gagasan secara kritis, yang sudah mulai
dicocokkan dengan keadaan nyata atau kondisi realita.
Dari dua pendapat ahli diatas memandang
kreativitas sebagai sebuah proses yang terjadi didalam otak manusia dalam
menemukan dan mengembangkan sebuah gagasan baru yang lebih inovatif dan
variatif (divergensi berpikir).
Definisi produk
Barron ( 1969) menyatakan bahwa “
kreativitas adalah kemampuan untuk menghasilkan / menciptakan sesuatu yang baru
“. Begitu pula menurut Haefele ( 1962) “ kreativitas adalah kemampuan untuk
membuat kombinasi – kombinasi baru yang mempunyai makna sosial “. Definisi
Haefele ini menunjukkan bahwa tidak keseluruhan produk itu harus baru, tetapi
kombinasinya. Unsur – unsurnya bisa saja sudah ada lama sebelumnya. Definisi
Haefele menekankan pula bahwa suatu produk kreatif tidak hanya harus baru
tetapi juga diakui sebagai bermakna.
Definisi “ press”
Definisi dan pendekatan kreativitas yang menekankan
faktor press atau dorongan, baik dorongan internal (diri sendiri) berupa
keinginan dan hasrat untuk mencipta atau bersibuk diri secara kreatif, maupun
dorongan eksternal (dari lingkungan sosial dan psikologis). Definisi Simpson
(1982) dalam S. C. U. Munandar 1999, merujuk pada aspek dorongan internal
dengan rumusannya sebagai “The initiative that one manifests by his power to
break away from the usual sequence of thought”. Mengenai “press”
dari lingkungan, ada lingkungan yang menghargai imajinasi dan fantasi, dan
menekankan kreativitas serta inovasi. Kreativitas juga kurang berkembang dalam
kebudayaan yang terlalu menekankan tradisi, dan kurang terbukanya terhadap
perubahan atau perkembangan baru.
4.3
Hubungan Pengertian Keberbakatan dan Kreativitas
Konsepsi “ Three-Ring Conception” dari Renzulli dan
kawan – kawan ( 1981), yang menyatakan bahwa tiga ciri pokok yang merupakan
kriteria ( persyaratan) keberbakatan ialah keterkaitan antara :
1.
Kemampuan umum di atas rata – rata,
2.
Kreativitas di atas rata – rata, dan
3.
Pengikatan diri terhadap tugas (
task commitment cukup tinggi)
Kemampuan
diatas rata – rata
Salah satu kesalahan dalam identifikasi anak berbakat ialah
anggapan bahwa hanya kecerdasan dan kecakapan sebagaimana diukur dengan tes
prestasi belajar yang menentukan keberbakatan dan produktivitas kreatif
seseorang. Bahkan Terman ( 1959) yang dalam penelitiannya terhadap anak
berbakat hanya menggunakan kriteria inteligen, dalam tulisan – tulisannya
kemudian mengakui bahwa inteligensi tinggi tidak sinonim dengan keberbakatan.
Wallach ( 1976 ) pun menunjukkan bahwa mencapai skor tertinggi pada tes
akademis belum tentu mencerminkan potensi untuk kinerja kreatif produktif.
Dalam istilah “ kemampuan umum” tercakup barbagai bidang
kemampuan yang biasanya diukur oleh tes inteligensi, prestasi, bakat,
kemampuan, mental primer, dan berpikir kreatif. Sebagai contoh adalah
penalaran, verbal numerical, kemampuan spasial, kelancaran dalam memberikan
ide, dan orisinalitas. Kemampuan umum ini merupakan salah atu kelompok
keberbakatan di samping kreativitas dan “task – commitment”.
Kreativitas
diatas rata -rata
Kelompok ( cluster) kedua yang dimiliki anak / orang
berbakat ialah kreativitas sebagai kemampuan umum untuk menciptakan sesuatu
yang baru, sebagai kemampuan memberikan gagasan – gagasan baru yang dapat
diterapkan dalam pemecahan masalah, atau sebagai kemampuan untuk melihat hubungan – hubungan baru antara unsur
– unsur yang sudah ada sebelumnya.
Pengikatan
diri terhadap tugas
Kelompok karakteristik yang ketiga yang ditemukan pada
individu yang kreatif produktif ialah pengikatan diri terhadap tugas sebagai
bentuk motivasi yang internal yang mendorong seseorang untuk tekun dan ulet mengerjakan
tugasnya, meskipun mengalami macam – macam rintangan atau hambatan,
menyelesaikan tugas yang menjadi tanggung jawabnya, karena ia telah mengikatkan
diri terhadap tugas tersebut atas kehendaknya sendiri.
Galton meskipun menganut pandangan dasar genetis untuk
keberbakatan dan “ genius “, namun dia percaya bahwa motivasi intrinsic dan
kapasitas untuk bekerja keras merupakan kondisi yang perlu untuk mencapai
prestasi unggul.
Manfaat dari definisi Renzulli ialah melihat keterkaitan
antara tiga kelompok ciri sebagai persyaratan keberbakatan: kemampuan umum,
kreativitas, dan motivasi ( pengikatan diri terhadap tugas).
Jadi, menurut definisi Renzulli, seseorang yang memiliki
kreativitas pasti berbakat, tetapi seseorang yang berbakat belum tentu memiliki
kreativitas.
BAB
III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Kreativitas lebih bersifat eksplorasi atau pengembangan pemikiran
yang bersifat umum tentang apa saja dan lebih tertumpu kepada individu atau
organisasi yang menggalinya atau mengembangkannya. Terlepas dari kenyataan
bahwa daya kreativitas tentu saja sangat terkait dengan potensi
genetik yang diperoleh seseorang dari orangtuanya. Lingkungan juga mempunyai
peranan besar. Tanpa rangsangan yang tepat, kreativitas anak menjadi kurang
maksimal. Mengapa tidak maksimal? Karena di masa kini, daya kreativitas
tertinggi menjadi acuan kesuksesan. Seperti yang dikatakan (Selo Soemardjan
1983) Timbul dan tumbuhnya kreativitas dan selanjutnya berkembangnya suatu
kresi yang diciptakan oleh seseorang individu tidak dapat luput dari pengaruh
kebudayaan serta pengaruh masyarakat tempat individu itu hidup dan bekerja.
Banyak
motivasi internal untuk melakukan sesuatu demi sesuatu tujuan. Sejak anak
lahir, gerakannya belum berdifensiasi, selanjutnya baru berkembang menjadi pola
dengan kecenderungan kiri atau kanan. Hampir setiap orang mempunyai sisi yang
dominan. Pada umunya orang lebih biasa menggunakan tangan kanan (dominasi
belahan otak kiri), tetapi ada sebagian orang kidal (dominan otak kanan).
Terdapat “dichotomia” yang membagi fungsi mentala menjadi fungsi belahan otak
kanan dan belahan otak kiri. Kreativitas memiliki ketergantungan yang sangat
terhadap otak.
3.2 Saran
1.
Penulisan dan pengkajian mengenai
kreativitas ini adalah telaah awal yang harus dikembangkan dan dilanjutkan
lebih dalam lagi.
2.
Masih banyak teori lain tentang
kreativitas menurut para ahli lainnya.
3.
Diharapkan jiwa kreatif itu ada di setiap
diri kita untuk melahirkan sesuatu yang selalu baru dan positif guna mewujudkan
kehidupan yang lebih baik.
DAFTAR
PUSTAKA
-
Pengembangan Kreativitas oleh
DRS.A.M. Heru Basuki, M.Psi.
- http://unaisatuzzahro.blogspot.com/2011/11/makalah-psikologi-kreativitas.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar